Share

5. Go to Work

Zinnia sudah kembali ke dalam tubuhnya sendiri di hari berikutnya. Ia bersyukur atas jiwanya yang telah kembali, eh. Satu hari sebelumnya bahkan terasa seperti mimpi. Meski ia terjebak di dalam tubuh pria menyebalkan seperti Rey, tetapi keluarga laki-laki itu benar-benar hangat. Sungguh keluarga yang bahagia di matanya. Gadis itu jadi teringat dengan kedua orangtuanya yang tinggal di desa. Rindu.

Setelah terbangun dari tidurnya, Zinnia baru sadar bahwa pakaiannya telah berganti. Berbeda dengan pakaian yang ia pakai di hari sebelumnya. Ia hanya memakai tank top dan hot pant. Ternyata Rey telah melanggar janjinya. Tunggu, memangnya sejak kapan mereka membuat janji? Gadis itu bahkan tak nyaman dengan pakaian dalam yang dipakainya. Terutama bra yang ia pakai. Pengaitnya tak terpasang dengan benar.

"Parah tuh cowok," sungut Zinnia sembari membetulkan pakaiannya. Ia membayangkan bagaimana Rey kesusahan mengenakan pakaian wanita. Rona merah pun muncul di kedua pipi chubby Zinnia. Malu, tentu saja.

Setelah selesai membersihkan diri dan bersiap dengan pakaian kerja, gadis itu menyiapkan sarapan. Ia terkejut tatkala melihat piring, gelas, dan teflonnya yang masih kotor di atas wastafel. Stok mi instan dan makanan di dalam kulkasnya pun sudah berkurang. Bahkan sosis kesukaannya sudah raib dimakan Rey semua.

"Sabar, Zin. Anggep aja ini barter buat makanan lezat dan mewah yang kemarin kamu makan," gumam Zinnia mencoba memaklumi. Dengan terpaksa ia hanya sarapan dengan roti tawar dan segelas susu cokelat. Tak ada waktu untuk memasak.

Gadis itu pun berangkat dari kontrakannya dengan naik ojek online. Tepat pukul tujuh ia sudah sampai di kantor perusahaan SJ Grup. Tiga puluh menit sebelum jam kerja. Karena hari itu merupakan hari pertamanya mulai bekerja, Zinnia sudah mempersiapkan semangat empat limanya.

'Oke. Aku akan cari cowok rese bernama Rey itu. Dia bekerja di divisi mana dan apa yang ia kerjakan. Seenggaknya aku ingin membicarakan masalah pertukaran jiwa ini,' batin Zinnia saat berjalan kembali memasuki gedung perusahaan SJ Grup.

'Kalau perlu ingin kutendang lututnya biar dia susah jalan,' imbuh Zinnia lagi sembari tersenyum jahat. Membayangkan kesialan Rey yang sudah membuat berantakan tempat tinggalnya.

"Rey. Aku mau tanya, cewek yang waktu itu sebenarnya siapa?" tanya seorang pria berusia tiga puluh satu tahun yang sedang menyerahkan berkas pada Rey.

"Bukan siapa-siapa," jawab Rey datar. Pria yang bertanya malah menatap curiga pada Rey.

"Dani, aku mau tanya sesuatu," ucap Rey kemudian. Laki-laki itu satu tahun lebih muda dari pria bernama Dani.

"Apa?" tanya Dani menatap heran pada kawannya.

"Apa kamu percaya jika jiwa dua orang itu bisa tertukar? Maksudku seperti bertukar tubuh?" tanya Rey menatap lurus kawannya. Dani hanya memiringkan kepalanya. Tampak dari raut wajahnya ia tengah berpikir.

"Hahaha. Mana ada hal seperti itu, Rey. Tumben kau bercanda seperti ini?" tanya Dani sembari tertawa. Ia merasa bahwa kawan sekaligus atasannya itu sedang membuat lelucon untuknya. Atau itu hanya sebuah pengalihan untuk pertanyaannya?

"Kamu bener juga, Dan. Gak mungkin juga hal seperti itu bisa terjadi." Rey membenarkan ucapan Dani.

"Memangnya kau pernah merasakannya? Jangan ngaco ah, Rey!" seru Dani dan hanya dibalas tatapan dingin temannya.

"Ngomong-ngomong pertanyaanku yang tadi belum kau jawab dengan jujur. Siapa sebenarnya cewek itu? Apa dia pacar yang kau sembunyikan dari kedua orangtuamu?" tanya Dani lagi. Rey mendelik menatapnya, membuat Dani tampak senang dengan dugaannya.

"Oh. Jadi beneran? Pantesan kamu peluk dia sampai seperti itu."

"Jangan bercanda! Dia cuma buat masalah. Dia bukan pacarku," ujar Rey kesal.

"Hooo. Benarkah? Padahal kalau menurutku dia cantik dan imut begitu."

"Sudahlah. Lebih baik kamu segera keluar! Sana! Serahkan berkas ini pada manajer tiap divisi!" perintah Rey sembari menyerahkan beberapa berkas yang tadi dibawa Dani.

"Oke, Pak Direktur," balas Dani sambil tersenyum penuh arti. Laki-laki itu lalu pergi meninggalkan atasannya.

'Sialan si Dani. Tapi kejadian itu memang mustahil dan sulit dipercaya,' batin Rey saat menatap pintu ruangannya yang sudah kembali tertutup rapat. Pria itu lalu membuka laci mejanya.

'Zinnia Shafira, jadi kamu karyawan baru di perusahaan ini?' ucap Rey dalam hati sembari menatap sebuah salinan berkas pendaftaran yang ia sembunyikan di dalam laci meja kerjanya. Pria itu ternyata sudah menyelidiki identitas Zinnia setelah ia melihat kartu nama gadis itu yang tergantung di dekat baju kerja.

Rey tersenyum simpul mengingat kejadian sehari sebelumnya. Ia menikmati hari liburnya yang tak biasa. Ia bahkan bisa membayangkan bagaimana reaksi Zinnia jika mengetahui apa yang ia lakukan di kontrakan gadis itu. Termasuk mandi, berganti pakaian, menghabiskan stok makanan, tak lupa dengan mengotori peralatan masak dan makannya. Pria dingin itu terkekeh pelan seperti sedang menonton drama komedi. Dan baru hari itulah ia memakan makanan orang biasa. Lalu biasanya kau makan apa Rey?

Kembali ke Zinnia. Gadis itu kini sudah mulai bekerja, duduk di meja kerja perusahaan sebagai karyawan. Tak tinggi memang jabatan yang ia dapatkan. Namun, gadis itu tetap bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan.

"Kalau ada yang belum kamu mengerti, jangan malu buat tanya padaku atau rekan-rekan yang lainnya, ya? Kami akan selalu siap membantu," ujar seorang wanita berusia sekitar dua puluh tujuh tahun. Ia merupakan senior Zinnia yang sudah bekerja selama tiga tahun di SJ Grup.

"Baik, Mbak Desi. Terima kasih," balas Zinnia sembari tersenyum.

"Siap. Sama-sama, Zin." Setelah perkenalan itu, Desi kembali duduk ke meja kerjanya. Namun, wanita itu menghentikan langkahnya dan kembali mendekati Zinnia.

"Ada apa, Mbak?" Zinnia menatap heran pada seniornya.

"Gini, Zin. Mbak cuma pengen kasih tahu kamu aja," ucap Desi membuat Zinnia menghentikan sejenak aktivitasnya menghidupkan komputer. "Mbak cuma mau ngasih tahu kamu kalau atasan kita itu dinginnya minta ampun. Selain itu beliau terkenal galak dan arogan. Beliau bahkan gak mau nerima kesalahan sedikit pun dari bawahannya. Jadi, kamu harus hati-hati ya saat kerja! Harus teliti. Kalau nggak kamu bisa dipecat," jelas Desi memberi peringatan.

"Begitukah, Mbak?" Desi membalas dengan anggukan.

"Baik, Mbak Des. Makasih atas nasihatnya. InsyaAllah aku akan hati-hati dan teliti saat bekerja."

"Harus itu, Zin. Dan satu lagi. Atasan kita itu merupakan anak dari pemilik perusahaan ini. Jadi dia memiliki kekuasaan di atas kita semua. Ya udah. Itu hanya sekedar informasi aja. Kalau kamu ketemu atasan kita, Pak Direktur Utama, setidaknya berikan salam hormat padanya," imbuh Desi lagi.

"Ba-baik, Mbak," balas Zinnia yang kehabisan kata-kata. Ia merasa merinding mengetahui sikap atasannya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status