Share

6. Bukan Urusanku

Hari ini merupakan hari kedua Zinnia bekerja. Gadis itu selalu rutin bangun pagi. Namun, dirinya kembali dibuat heran. Gadis itu kembali bertukar jiwa dengan pria asing bernama Rey yang ia temui lima hari yang lalu. Kini ia kembali berada di atas tempat tidur besar dan mewah milik Rey.

"Duh Gusti. Kenapa kejadian lagi?" gumam Zinnia frustasi sembari mengusap wajah Rey dengan kedua tangannya.

Gadis itu kemudian beranjak dari tempat nyaman dan empuk itu. Kembali melakukan hal yang sama saat pertama kali ia berada di tempat itu. Setelah selesai, Zinnia memeriksa ponsel mahal milik Rey.

"Nggak dipassword lagi?" gumamnya. Ia merasa Rey sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Belum sempat ia memasukkan nomornya, panggilan datang. Panggilan itu dari nomor ponselnya sendiri. Ternyata Rey menghubunginya terlebih dulu.

"Halo?"

"Ternyata kamu sudah bangun ya, cewek bar-bar?" tanya Rey dengan suara wanita milik Zinnia.

"Apa maksudmu? Aku memang selalu bangun pagi ya. Nggak kaya kamu," sungut Zinnia tak terima.

"Oh iya. Hari ini kamu nggak perlu datang ke kantor. Beruntung kamu karena hari ini tidak ada rapat," ujar Rey memberitahu gadis itu.

"Begitukah? Syukur deh." Zinnia bernapas lega. Lalu ia teringat akan sesuatu yang membuatnya penasaran. "Oh iya, Rey. Ngomong-ngomong kamu kerja di divisi apa?" tanya Zinnia dengan suara maskulinnya.

"Kenapa kamu penasaran dengan pekerjaanku? Kita bahkan tak saling kenal," balas Rey. Padahal ia sudah menyebut kata rapat tadi. Apakah Zinnia tak menyadari posisinya? Gadis itu polos atau benar-benar bodoh sih? Kenapa tim penerimaan karyawan di SJ Grup mau menerimanya?

"Ish. Bukan gitu maksudku. Setidaknya aku ingin ketemu kamu buat bahas masalah kita ini."

"Hmmm. Baiklah kalau kamu maunya begitu. Nanti atau besok kita akan segera ketemu," balas Rey.

"Bagus. Oh iya, hari ini hari keduaku kerja. Kamu harus segera siap-siap, Rey! Aku gak mau bolos di hari keduaku," pinta Zinnia.

"Siapa kau memerintahku seenaknya?"

"Astaghfirullah. Tolonglah, Rey. Aku nggak mau dipecat." Zinnia kembali memohon.

"Bukan urusanku, kan? Yang dipecat kan kamu, bukan aku," balas Rey dengan entengnya membuat Zinnia bertambah dongkol.

"Sialan. Awas kamu, Rey!" ancam Zinnia.

"Dan satu hal lagi, usiaku lebih tua darimu. Jadi kamu harus memanggilku senior," ucap Rey memberitahu.

"Hm? Baiklah senior Rey yang tampan, baik hati, dan tidak sombong. Tolong ya menggantikan diriku ini bekerja hari ini," pinta Zinnia lagi dengan tekanan di setiap kata-katanya. Rey yang mendengar kalimat itu hendak terkekeh dibuatnya. Namun, pria itu menahan tawanya agar tidak keluar. Baginya Zinnia merupakan gadis yang sangat unik dan menarik untuk dikerjai.

"Tapi aku punya permintaan untukmu," ucap laki-laki itu dengan suara datar milik Zinnia.

"Apa?" Zinnia bertanya dengan tidak santai.

"Kamu datanglah ke kontrakanmu ini! Bawa ponselku kemari! Dan mintalah Pak Likin untuk mengantarkanmu kemari!" perintah Rey.

"Sekarang?"

"Tidak. Kemarin."

"Ish. Nyebelin banget sih!"

"Mau tidak? Kalau tidak ya udah nggak apa-apa," ujar Rey santai. Namun dengan nada ancaman.

"Oke. Aku akan ke sana sekarang juga. Bawa hapemu doang, kan?" tanya Zinnia kemudian.

"Bagus," ucap Rey terdengar puas. Pria itu lalu menutup panggilan itu.

"Ish. Nyebelin banget kamu Rey kutu kupret!" rutuk Zinnia.

Gadis itu pun langsung keluar kamar Rey tak lupa sembari membawa ponselnya. Untung saja laki-laki itu tidak mengenakan piyama melainkan memakai kaos hitam berlengan pendek dan celana panjang berwarna abu. Jadi ia tak perlu ganti baju. Sang adik yang sedang duduk menikmati secangkir teh hangat, tatapannya mengikuti pergerakan sang kakak.

"Kak Rey mau ke mana?" tanya Chandra saat kakaknya berjalan menjauhi tangga.

"Mau keluar sebentar. Oh iya. Pak Likin di mana?" tanya Zinnia menoleh menatap adik Rey.

"Sedang manasin mobil kayanya," jawab Chandra masih menatap sang kakak. Sepertinya terjadi sesuatu di hari sebelumnya.

"Oke. Makasih," balas Zinnia. Dengan segera ia mencari keberadaan Pak Likin ke luar rumah mewah itu. Benar saja, sang supir sedang memanaskan mobil hitam milik Rey.

"Pak Likin." Zinnia memanggil sang supir saat ia sudah berada cukup dekat dengannya.

"Iya, Pak. Ada apa?" tanya Pak Likin sembari menatap majikannya yang hanya mengenakan kaos hitam dan celana panjang.

"Bisa tolong antarkan saya ke suatu tempat?" tanya Zinnia di dalam tubuh Rey dengan sopan.

"Bisa, Pak. Silakan." Pak Likin membukakan pintu belakang mobil mewah itu. Setelah mengucapkan terima kasih, Zinnia langsung masuk dan duduk di bangku penumpang. Ia tak sadar jika perbuatannya menimbulkan tanya di dalam hati sang supir. Mau ke mana majikannya itu sepagi ini?

"Mau ke mana, Pak?" tanya Pak Likin. Zinnia pun memberitahukan alamat yang ia tuju, yaitu kontrakannya.

"Baik, Pak."

Mobil mewah milik Rey melaju melewati jalanan kota yang belum terlalu ramai. Setelah setengah jam lamanya, mereka sampai di sebuah kontrakan yang sangat dikenali Zinnia. Akhirnya ia bisa kembali ke tempatnya. Jiwa Rey yang berada di dalam tubuh Zinnia membukakan pintu kontrakan itu setelah mendengar suara mobil miliknya. Zinnia asli yang baru saja turun dari mobil langsung berlari menghampiri dirinya sendiri. Ia malu jika dirinya yang hanya mengenakan kaos pendek dan hot pant dilihat orang lain.

"Jangan keluar! Masuk! Malu masih pakai pakaian itu juga," larang Zinnia. Rey hanya mendongak menatapnya dengan malas. Sang supir yang melihat kejadian itu pun terdiam keheranan.

"Bilang pada Pak Likin untuk ninggalin kamu! Minta jemput nanti sore! Dan bilangin juga agar tidak memberitahukan hal ini pada siapa pun. Terutama orang rumah," perintah Rey dengan seenaknya.

"Kamu yakin?" tanya Zinnia sembari menatap dirinya sendiri.

"Ya. Tenang saja. Pak Likin itu orang yang tidak akan membocorkan rahasia. Aku percaya padanya," ujar Rey meyakinkan.

"Baiklah." Zinnia lalu berjalan kembali dengan tubuh tingginya.

"Pak Likin. Pak Likin bisa tinggalin saya di sini. Nanti sore saya akan menghubungi Pak Likin buat jemput saya. Emmm. Dan untuk keberadaan serta apa yang saya lakukan, saya minta Pak Likin untuk tidak memberitahukan pada siapa pun, ya?" pinta Zinnia dengan sopan.

"Ba-baik, Pak," jawab pria berusia lima puluh tahunan itu sedikit ragu. Ia merasa ada yang aneh dengan majikannya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status