/ Romansa / Living with Mr. Arrogant / 6. Bukan Urusanku

공유

6. Bukan Urusanku

작가: Rizu Key
last update 최신 업데이트: 2021-09-21 13:55:54

Hari ini merupakan hari kedua Zinnia bekerja. Gadis itu selalu rutin bangun pagi. Namun, dirinya kembali dibuat heran. Gadis itu kembali bertukar jiwa dengan pria asing bernama Rey yang ia temui lima hari yang lalu. Kini ia kembali berada di atas tempat tidur besar dan mewah milik Rey.

"Duh Gusti. Kenapa kejadian lagi?" gumam Zinnia frustasi sembari mengusap wajah Rey dengan kedua tangannya.

Gadis itu kemudian beranjak dari tempat nyaman dan empuk itu. Kembali melakukan hal yang sama saat pertama kali ia berada di tempat itu. Setelah selesai, Zinnia memeriksa ponsel mahal milik Rey.

"Nggak dipassword lagi?" gumamnya. Ia merasa Rey sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Belum sempat ia memasukkan nomornya, panggilan datang. Panggilan itu dari nomor ponselnya sendiri. Ternyata Rey menghubunginya terlebih dulu.

"Halo?"

"Ternyata kamu sudah bangun ya, cewek bar-bar?" tanya Rey dengan suara wanita milik Zinnia.

"Apa maksudmu? Aku memang selalu bangun pagi ya. Nggak kaya kamu," sungut Zinnia tak terima.

"Oh iya. Hari ini kamu nggak perlu datang ke kantor. Beruntung kamu karena hari ini tidak ada rapat," ujar Rey memberitahu gadis itu.

"Begitukah? Syukur deh." Zinnia bernapas lega. Lalu ia teringat akan sesuatu yang membuatnya penasaran. "Oh iya, Rey. Ngomong-ngomong kamu kerja di divisi apa?" tanya Zinnia dengan suara maskulinnya.

"Kenapa kamu penasaran dengan pekerjaanku? Kita bahkan tak saling kenal," balas Rey. Padahal ia sudah menyebut kata rapat tadi. Apakah Zinnia tak menyadari posisinya? Gadis itu polos atau benar-benar bodoh sih? Kenapa tim penerimaan karyawan di SJ Grup mau menerimanya?

"Ish. Bukan gitu maksudku. Setidaknya aku ingin ketemu kamu buat bahas masalah kita ini."

"Hmmm. Baiklah kalau kamu maunya begitu. Nanti atau besok kita akan segera ketemu," balas Rey.

"Bagus. Oh iya, hari ini hari keduaku kerja. Kamu harus segera siap-siap, Rey! Aku gak mau bolos di hari keduaku," pinta Zinnia.

"Siapa kau memerintahku seenaknya?"

"Astaghfirullah. Tolonglah, Rey. Aku nggak mau dipecat." Zinnia kembali memohon.

"Bukan urusanku, kan? Yang dipecat kan kamu, bukan aku," balas Rey dengan entengnya membuat Zinnia bertambah dongkol.

"Sialan. Awas kamu, Rey!" ancam Zinnia.

"Dan satu hal lagi, usiaku lebih tua darimu. Jadi kamu harus memanggilku senior," ucap Rey memberitahu.

"Hm? Baiklah senior Rey yang tampan, baik hati, dan tidak sombong. Tolong ya menggantikan diriku ini bekerja hari ini," pinta Zinnia lagi dengan tekanan di setiap kata-katanya. Rey yang mendengar kalimat itu hendak terkekeh dibuatnya. Namun, pria itu menahan tawanya agar tidak keluar. Baginya Zinnia merupakan gadis yang sangat unik dan menarik untuk dikerjai.

"Tapi aku punya permintaan untukmu," ucap laki-laki itu dengan suara datar milik Zinnia.

"Apa?" Zinnia bertanya dengan tidak santai.

"Kamu datanglah ke kontrakanmu ini! Bawa ponselku kemari! Dan mintalah Pak Likin untuk mengantarkanmu kemari!" perintah Rey.

"Sekarang?"

"Tidak. Kemarin."

"Ish. Nyebelin banget sih!"

"Mau tidak? Kalau tidak ya udah nggak apa-apa," ujar Rey santai. Namun dengan nada ancaman.

"Oke. Aku akan ke sana sekarang juga. Bawa hapemu doang, kan?" tanya Zinnia kemudian.

"Bagus," ucap Rey terdengar puas. Pria itu lalu menutup panggilan itu.

"Ish. Nyebelin banget kamu Rey kutu kupret!" rutuk Zinnia.

Gadis itu pun langsung keluar kamar Rey tak lupa sembari membawa ponselnya. Untung saja laki-laki itu tidak mengenakan piyama melainkan memakai kaos hitam berlengan pendek dan celana panjang berwarna abu. Jadi ia tak perlu ganti baju. Sang adik yang sedang duduk menikmati secangkir teh hangat, tatapannya mengikuti pergerakan sang kakak.

"Kak Rey mau ke mana?" tanya Chandra saat kakaknya berjalan menjauhi tangga.

"Mau keluar sebentar. Oh iya. Pak Likin di mana?" tanya Zinnia menoleh menatap adik Rey.

"Sedang manasin mobil kayanya," jawab Chandra masih menatap sang kakak. Sepertinya terjadi sesuatu di hari sebelumnya.

"Oke. Makasih," balas Zinnia. Dengan segera ia mencari keberadaan Pak Likin ke luar rumah mewah itu. Benar saja, sang supir sedang memanaskan mobil hitam milik Rey.

"Pak Likin." Zinnia memanggil sang supir saat ia sudah berada cukup dekat dengannya.

"Iya, Pak. Ada apa?" tanya Pak Likin sembari menatap majikannya yang hanya mengenakan kaos hitam dan celana panjang.

"Bisa tolong antarkan saya ke suatu tempat?" tanya Zinnia di dalam tubuh Rey dengan sopan.

"Bisa, Pak. Silakan." Pak Likin membukakan pintu belakang mobil mewah itu. Setelah mengucapkan terima kasih, Zinnia langsung masuk dan duduk di bangku penumpang. Ia tak sadar jika perbuatannya menimbulkan tanya di dalam hati sang supir. Mau ke mana majikannya itu sepagi ini?

"Mau ke mana, Pak?" tanya Pak Likin. Zinnia pun memberitahukan alamat yang ia tuju, yaitu kontrakannya.

"Baik, Pak."

Mobil mewah milik Rey melaju melewati jalanan kota yang belum terlalu ramai. Setelah setengah jam lamanya, mereka sampai di sebuah kontrakan yang sangat dikenali Zinnia. Akhirnya ia bisa kembali ke tempatnya. Jiwa Rey yang berada di dalam tubuh Zinnia membukakan pintu kontrakan itu setelah mendengar suara mobil miliknya. Zinnia asli yang baru saja turun dari mobil langsung berlari menghampiri dirinya sendiri. Ia malu jika dirinya yang hanya mengenakan kaos pendek dan hot pant dilihat orang lain.

"Jangan keluar! Masuk! Malu masih pakai pakaian itu juga," larang Zinnia. Rey hanya mendongak menatapnya dengan malas. Sang supir yang melihat kejadian itu pun terdiam keheranan.

"Bilang pada Pak Likin untuk ninggalin kamu! Minta jemput nanti sore! Dan bilangin juga agar tidak memberitahukan hal ini pada siapa pun. Terutama orang rumah," perintah Rey dengan seenaknya.

"Kamu yakin?" tanya Zinnia sembari menatap dirinya sendiri.

"Ya. Tenang saja. Pak Likin itu orang yang tidak akan membocorkan rahasia. Aku percaya padanya," ujar Rey meyakinkan.

"Baiklah." Zinnia lalu berjalan kembali dengan tubuh tingginya.

"Pak Likin. Pak Likin bisa tinggalin saya di sini. Nanti sore saya akan menghubungi Pak Likin buat jemput saya. Emmm. Dan untuk keberadaan serta apa yang saya lakukan, saya minta Pak Likin untuk tidak memberitahukan pada siapa pun, ya?" pinta Zinnia dengan sopan.

"Ba-baik, Pak," jawab pria berusia lima puluh tahunan itu sedikit ragu. Ia merasa ada yang aneh dengan majikannya itu.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Living with Mr. Arrogant   126. END

    Setelah kepergian putra mereka, Reyner menatap sang istri yang sedang membereskan piring dan gelas kotor. "Kenapa Mas?" tanya Zinnia curiga.Reyner memeluk sang istri dari belakang. "Mumpung Kenang pergi, kita ke atas yuk!" ajak Reyner sembari menempelkan hidungnya pada leher sang istri."Ih. Geli, Mas," ucap Zinnia."Tapi aku pengen, Sayang," bisik Reyner lagi."Tapi ini masih siang, Mas," balas Zinnia menatap kedua mata Reyner."Nggak papa. Ya?" rengek Reyner dengan wajah memohon."Hahhh. Ya udah deh. Tapi aku selesaiin cuci piring dulu, ya?""Nanti aja! Aku cuciin deh," rengek Reyner tak sabar. "Ah lama," sambungnya sembari menggendong Zinnia menuju ke lantai dua.Pintu kembali ditutup rapat dari dalam kamar. Tak lupa Reyner menguncinya. Kembali ia mencumbui sang istri dengan mesra. Meski usia mereka sudah tak muda lagi. Namun, rasa cinta mereka masih ada. Reyner benar-benar menepati janjinya. Akan selalu mencintai Zinnia sa

  • Living with Mr. Arrogant   125. Monopoli

    Reyner dan Zinnia mendapati televisi yang masih menyala. Kemudian mereka melihat anak semata wayangnya tengah tertidur pulas sembari memeluk makanan ringan. Reyner pun dengan hati-hati menggendong putranya. Berniat memindahkannya ke dalam kamar."Emhh. Papi?" gumam Kenang kembali membuka matanya. "Kok Papi sama Mami lama sih di kamar?" tanya anak kecil itu sembari duduk dan mengucek kedua matanya."Maaf ya kalau lama, Sayang." Zinnia mendekati putranya."Mami sama Papi ngapain sih di kamar? Ken kan lapar," protes sang anak menatap wajah kedua orang tuanya."Emmm. Papi habis kasih huku-""Mami sama Papi habis main monopoli," ucap Zinnia memotong kalimat Reyner. Tak ingin anaknya bertanya yang aneh-aneh tentang hukuman dari suaminya."Yah. Kok Ken nggak diajak?" sungut Kenang."Lain kali aja, ya? Kalau Ken udah besar," balas Zinnia sembari mengelus rambut Kenang."Iya deh. Terus yang menang Mami apa Papi?" tanya anak kecil itu pe

  • Living with Mr. Arrogant   124. Hukuman

    Zinnia langsung terkesiap. Sepertinya Reyner kesal padanya."Tapi Ken belum mau bobok, Pi.""Sudah. Kamu masuk kamar dulu. Nanti kalau udah mau makan malam, baru deh Papi panggil," bujuk Reyner pada putranya."Emmmm. Iya deh. Ya udah. Ken mau baca buku cerita yang kemarin dibeliin Papi dulu," ujar Kenang menurut. Anak itu kemudian berjalan memasuki kamarnya.Kini tinggal Zinnia dan Reyner. Pria itu mendekati istrinya. "Apa, Mas?" tanya Zinnia mulai takut."Kau kan yang nyuruh Ken buat kasih serangga ke aku?" tanya Reyner menatap tajam istrinya."Hehe. Iya," balas Zinnia sembari meringis."Kalau begitu sekarang juga kamu aku hukum. Dasar istri kurang ajar!" seru Reyner sembari tersenyum lebar."Ih. Nggak mau," balas Zinnia sembari berlari meninggalkan suaminya. Naik ke lantai dua.Reyner pun mengejar sang istri. Karena kakinya yang panjang, ia mampu menyusul Zinnia. Segera saja pria itu membawa sang istri masuk ke dalam k

  • Living with Mr. Arrogant   123. Oleh-Oleh Untuk Papi

    Mentari mulai menampakkan sinarnya. Zinnia pun mulai mempersiapkan keperluan suami dan putranya. Wanita itu kini tengah menata barang bawaan untuk pergi karyawisata dengan sang anak."Kenang udah siap?" tanya Zinnia menatap putranya yang kini sudah berusia lima tahun lebih. Anak laki-laki itu sudah siap dengan kaos seragam TKnya."Sudah, Mi," jawab Kenang semangat.Beberapa menit kemudian, Kenang dan ibunya pergi berangkat karyawisata bersama anak-anak TK yang lainnya. Zinnia senang melihat keceriaan putranya bersenda gurau dengan anak-anak lain. Mereka pun pergi ke beberapa tempat wisata. Dari melihat sapi yang diperah hingga menghasilkan susu yang berkualitas, hingga ke perkebunan sayur mayur. Ya. Konsep karyawisata kali ini adalah kembali ke alam. Zinnia pun mengambil setiap momen dengan putranya. Mengabadikannya ke dalam gambar."Seneng nggak piknik kaya gini?" tanya Zinnia pada putranya."Seneng banget dong, Mi. Besok kapan-kapan kita ajak Pap

  • Living with Mr. Arrogant   122. Adek

    Sudah hampir tiga tahun usia pernikahan Reyner dan Zinnia. Bahkan sekarang putra pertama mereka sudah menginjak usia dua tahun. Perkembangan kognitifnya terhitung cepat. Bahkan di usianya yang masih kecil, ia sudah bisa menghafalkan doa sehari-hari dan surat-surat pendek dalam Al-Quran. Zinnia sangat bangga pada kemampuan menghafal putranya. Ternyata kecerdasan sang ayah telah menurun padanya.Malam itu Kenang sudah mulai tidur sendiri. Entah mengapa sejak beberapa hari terakhir anak kecil itu ingin memiliki kamarnya sendiri. Kamar berisi buku-buku cerita, mainan, dan tentu saja poster bergambar ikan."Beneran Ken mau bobok sendiri?" tanya Zinnia memastikan. Ia tengah mengantar putranya ke dalam kamar pada lantai satu."Iya, Mi. Ken mau bobok sendili," jawab sang anak sembari menganggukkan kepala dengan yakin."Ya udah kalau gitu. Sini bobok! Mami selimuti," ujar Zinnia sembari menepuk-nepuk kasur berukuran besar dengan seperei bergambar nemo.Kena

  • Living with Mr. Arrogant   121. Papi Ikan

    Sekitar pukul sembilan pagi, Kenang dengan antusias menanti kedatangan ikan koi barunya. Ia tak sabar ingin segera bermain dengan ikan. Hingga pukul jam sembilan lebih, seorang kurir tiba untuk mengantarkan sepuluh ikan koi dengan ukuran yang cukup besar."Pi, Mi! Ikan, ikan!" seru Kenang kegirangan sembari bertepuk tangan dan melompat-lompat. Jeritan histeris karena bahagia pun terdengar. Membuat kedua orangtuanya menggelengkan kepala mereka secara bersamaan."Iya, Sayang." Zinnia mengelus kepala putranya. Lalu menggendong Kenang untuk menghampiri ikan barunya."Ini ditaruh di mana, Pak?" tanya seorang kurir saat meletakkan sebuah box besar."Taruh situ aja," jawab Reyner."Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu, ya.""Ya. Makasih, ya," ucap Reyner.Kenang pun menghampiri box berukuran besar itu. Tak sabar ingin segera melihat isinya. Kini giliran Reyner yang bingung mau menempatkan sepuluh ikan koi itu di mana. Pasti tidak akan p

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status