Share

Love After Marriage
Love After Marriage
Penulis: Velvet

L.A.M - 1

Penulis: Velvet
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-04 22:30:47

Gadis itu sedang duduk di bangku kuliah. Menanti antrian pembagian hasil ujian. Ia duduk bersebelahan dengan teman dekatnya.

“Habis ini pulang, kan?”tanyanya menghabiskan denting jam yang terasa lama ini. Namanya tak kunjung dipanggil.

“Iya,” jawab temannya itu.

Kemudian terdengar suara yang bergema di telinga gadis yang rambutnya dikuncir kuda itu. 

“Kinan?”

“Kinan?”

“KINAN!”

“Eh?” Gadis itu masih mencoba memfokuskan matanya yang sempat kabur. Sedari tadi matanya selalu searah dengan seorang pria yang sedang memasuki kelas ini. Pria bertopi golf yang menyita waktunya. Dengan tas ransel yang dijinjing di satu bahunya saja.

Setelah menyadari namanya dipanggil, ia hendak mengambil hasil ujiannya. Namun siapa sangka malah terjadi sesuatu yang tak terduga olehnya.

“Astaga Kinaaan! Tuh dipanggil Bu Mita!” Beberapa temannya menertawakan gadis yang terlihat sedang melamun itu.

Pandangan gadis kuliah itu masih kabur dan bingung harus ke mana.

Ada suara yang bergeming nyata di telinga Kinan. “Nih? Kamu nggak perlu ke depan.”

Ia pun mendongak setelah melihat sebuah kertas ujian disodorkan padanya. 

“A … ehmm, i-iya. Ma-kasih,” jawab Kinan terbata-bata. Entah kenapa Kinan selalu merasa canggung di depan pria tersebut. Tidak pernah berani berbicara secara gamblang.

Kemudian orang itu pun duduk dengan deretan kursi yang sama dengan Kinan. Ia pun tak henti-hentinya memandang pria yang memakai topi tadi. Masih tak percaya bahwa pria itu mengambilkan kertas hasil ujiannya dan memberikan langsung padanya.

Kinan pun tersenyum pada pria tadi. Yang rupanya ia membalas senyuman Kinan.

“Senangnya senyumku dibalas,” batin Kinan.

***

“Bangun! Kamu nggak kerja?”

“Kinan bangun!”

Gadis itu membuka mata segera setelah mendengar suara perempuan.

“Astaga, Maaa! Aku baru mimpi indah, lhohhh?!”

“Mimpi apa? Paling juga mimpi lagi liburan, kan?”

“Bukan. Ya gitu deh, Ma?”

Mamanya Kinan berdiri di samping ranjang dengan dandanan yang sudah sangat rapi.

“Ya udah, sana mandi.”

Kinan membuka selimutnya perlahan. Namun bola matanya masih memandang heran mamanya yang sudah berdandan rapi. Padahal ini hari Minggu.

“Mama mau ke mana?”

“Ketemu temen lama mama. Mau ikut?”

Kinan menggeleng. “Eh? Kan Kinan mau kerja, Ma?”

“Mana ada? Ini hari Minggu! Masih mimpi ya kamu?”

“Lah? Mama sendiri tadi bilang begitu waktu bangunin aku?”

Mamanya menepok jidat. “Mama cuma bercanda. Biar kamu bisa bangun! Latihan jadi ibu rumah tangga gitu, lho?!”

Kinan mendesah lesu. “Mau jadi ibu rumah tangga gimana, Ma? Pasangan aja nggak punya!”

“Haha. Iya juga! Tapi setidaknya latihan dulu gitu? Dah! Mama mau pergi dulu! Daaa, Sayang!”

Kinan merentangkan badannya dan menguap. “Ya, Maa! Dadaa!”

***

Hari ini ia habiskan untuk bersantai di rumah. Sembari menunggu mamanya pulang. 

Kinan duduk di depan laptop seiring menyelesaikan drama korea yang sedang viral. Di tangannya sudah ada sebuah mangkuk berisi sereal dan susu. 

“Kinaaaan?” panggil seseorang.

Tenang saja. Kinan mengenali suara itu. Siapa lagi kalau bukan mamanya yang datang?

“Astaga! Ini piring-piring belum dicuci?”

Rita—mamanya Kinan, sedang mencaci anaknya sendiri sebab setumpuk piring yang masih kotor ada di wastafel dapur.

Kinan pun langsung berlari panik mendengar omelan mamanya tercinta itu. “Eh? Mama kok udah pulang?!”

“Kinaaan! Kamu tuh udah kerja, lho? Kok ya masih kayak anak SD aja?!”

“Iya, Ma. Nanti Kinan cuci. Tenang aja. Mama jangan ngomel-ngomel mulu, sih?”

Kinan mencoba rayuan ularnya. “Mama cantik jangan ngomel mulu. Nanti mukanya kerutan, lho?”

Rayuan ini selalu saja membuat Rita tersenyum. Sedikit menurunkan emosinya yang meluap karena melihat dapur yang berantakan ini. Ia sangat tak suka apabila dapurnya terlihat tak bersih dan rapi.

“Ini juga! Udah malem makan sereal?”

“Ya laper, lho, Ma?”

Rita berdecak dan menggelengkan kepalanya. “Haduh, anak mama.”

Kinan menyebar senyum lebarnya dan hendak kembali ke kamarnya melanjutkan drama korea yang sempat tertunda itu.

“Kinan?”

Langkah Kinan terhenti seketika. Panggilan itu terasa ambang di telinganya. Intonasi yang datar ini menandakan ada sesuatu serius yang akan dibahas.

“Ya?”

“Besok dandan yang cantik, ya?”

“Kenapa emang, Ma? Besok kan aku kerja?”

“Kamu kerjanya kan bebas. Orang kamu translator.”

Kinan menyunggingkan senyuman. “Ya juga, sih. Tapi emang kenapa, Ma?”

“Besok ketemu Alan, ya?”

Kontan Kinan langsung menaruh mangkuknya di meja makan. Matanya melotot tajam. 

“Ha?!”

“Iya. Daripada kalian saling menjomblo, kan? Lagian kalian juga udah bersama sejak kalian SMP. Mama juga sudah kenal dekat sama keluarganya,” jelas Rita tenang.

Ketenangan Rita bukan berarti menjadi ketenangan Kinan. Keringat dingin malah hampir mengucur di keningnya.

“Maaa! Alan tuh nggak suka sama aku?! Dia cuek abis! Nggak, Ma! Nggak,” rengek Kinan. Kakinya sudah lemas tak berdaya.

“Lah? Orang mamanya udah setuju, kok! Kan kami berteman baik. Kalian juga selalu satu sekolah dan kuliah. Jadi kami berdua nggak perlu bekerja ekstra untuk ini.”

“Ini apa?”

“Ya … comblangin kalian berdua?”

Kinan mengusap wajahnya. “Udah nggak jaman jodohin anaknya kali, Ma?”

“Ya biarin. Terserah mama, kan?”

Kinan mengembuskan napas terakhir pembelaannya. “Ya udah, deh, Ma. Terserah,” imbuhnya lemas.

“Oke! Besok dandan cantik ya,” pesan Rita. Ia sangat girang sehingga menepukkan kedua tangannya beberapa kali seperti bayi yang sedang kegirangan. 

“Besok jam 5 sore di Ambarrukmo Plaza, ya? Nanti mama kirimkan tiketnya,” ucapnya lagi.

Setelah perbincangan ini, Kinan kembali ke kamarnya tanpa suara. Tidak melanjutkan dramanya. Sebab pikirannya kini sudah terasa penuh.

Rasa groginya bermunculan. Padahal pertemuan ini masih besok sore.

Kerutan kini malah muncul di wajahnya.

Aku emang dulu pernah suka sama Alan, sih. Itu pun karena emang cewek-cewek tergila-gila sama dia. Jadi ya ikutan aja. Tapi kalau disuruh omongan sama dia mah aku nggak mau! Sombong begitu! Maunya sama yang pinter sama cantik doang!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Love After Marriage   L.A.M - 18

    Kepala Alan terasa pening ketika diseruduk oleh pertanyaan tersebut. Makanan yang ia kunyah tadi juga tak kunjung ia telan. Mengapa demikian? Mungkinkah memang Alan memiliki wanita lain yang memang dicintainya?“Kenapa nanya gitu, Ra?” Rupanya pertanyaan tadi datang dari Nara.Nara pun terkekeh. “Ah! Aku cuma bercanda. Soalnya … kalian nggak keliatan kayak pasangan menikah. Nggak bucin!”Kinan berdeham kecil. Tenggorokannya tiba-tiba terasa gatal. “Gitu, ya?”Lantas Nara kembali memandang Kinan dengan tatapan candanya. “Kalian cuma malu kan kalau di depan umum?” ledeknya.“Ah, nggak! Kata siapa?” ucap Alan.Sesuatu menyita momen Kinan. Ketika Alan membalas Nara. Tak hanya dengan perkataan. Ia juga langsung merangkul pinggangnya. Sehingga Kinan t

  • Love After Marriage   L.A.M - 17

    “Lho? Anakmu ke mana? Kok nggak ikutan kita aja?”Lantas Vina menjawab pertanyaan salah satu temannya itu. “Ohh … iya, biarin aja mereka berdua. Kita senang-senang aja.”Vina dan teman-temannya yang sesama sudah menjadi ibu maupun nenek itu segera memasuki restoran ala jawa tersebut.Saat sudah memesan makanan, mereka pun mengobrol.“Kamu kapan gendong cucu, Jeng?” tanya satu orang pada Vina.Vina terkekeh tanpa jawaban.Rupanya malah membuat bibir temannya itu semakin menjadi. “Cucumu yang di Jakarta kan nggak pernah diajakin pulang ke Klaten?”“Iya lho, Jeng. Kapan? Suruh Alan cepet-cepet punya anak,” sambung teman satunya.Vina tertawa lagi. “Ya juga. Mungkin mereka juga baru berusaha.” Lalu ia pun berbisik pada dirinya sendiri, “u

  • Love After Marriage   L.A.M - 16

    Bukan pernikahan seperti ini yang Kinan inginkan. Ia hanya ingin bahagia bersama orang yang ia cintai sampai maut memisahkan. Namun malah tangisan yang ia dapatkan.Mereka berdua masih saling memandang tetapi Alan menatap Kinan dengan penuh ceria.Dok dok dokSeketika suara ketukan pintu itu membuyarkan kesedihan Kinan.Alan mengkerutkan dahinya dan langsung membuka pintu depan. Siapa pagi-pagi begini datang?“Mama?” Alan kaget.Setelah saling menyapa, Vina masuk ke dalam rumah.Harapannya datang ke rumah ini untuk melihat kedua anaknya berbahagia sebagai pasangan baru. Namun bukan itu yang ia pandang sekarang.“Kinan kenapa nangis!?” tanya Vina. Melihat mata sembab menantunya itu.Alan datang dan kembali tertawa lagi.

  • Love After Marriage   L.A.M - 15

    Kinan sangat paham bahwa ini tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Mengharap sesuatu yang sepertinya susah untuk didapatkan yaitu hati suaminya sendiri.Sebab sejak tadi Alan memanggilnya, belum ada secercah ucapan lagi yang keluar dari mulut sang suami.Menunduklah Kinan karena merasa kecewa lagi. Sepertinya memang Alan masih berada di alam bawah sadarnya sehingga ia tak merasa benar-benar memanggil nama istrinya.Mungkinkah Mas Alan bukan memanggilku? Melainkan wanita lain? ‘Nan?’ Siapa dia? Nanda? Nana? Nancy?“Kinan? Udah baikan?”Pertanyaan yang mampu membuat mulut Kinan bungkam. Rupanya memang namanya yang dipanggil.Entah mengapa Kinan sering merasa tidak perlu sulit-sulit untuk menjelaskan hal yang ada di pikirannya. Alan selalu bisa membacanya. Namun mungkin semua hany

  • Love After Marriage   L.A.M - 14

    Selamat membaca…***Setelah selesai mengunci pintu rumah, Alan masuk ke dalam kamarnya. Ia pun berbaring di kasur.Niatnya untuk beristirahat. Namun apa daya jika otaknya tidak bisa diajak bekerja sama? Sama sekali? Iya. Sama sekali.Sebetulnya ini tidak terlalu larut malam. Lamun bukankah overthinking tidak mengenal waktu?Alan berbaring ke sana ke mari. Ia merasa tidak nyaman tidur di ranjang sendiri. Mengecek ponselnya berkali-kali. Berharap malam ini sama seperti malam yang lalu sebelum ia menyandang status menjadi seorang suami. Kinan mengiriminya pesan, inginnya.“Kinan baik-baik saja, kan?” Berulang kali ia ucapkan dalam hati. Mengapa terlihat sangat cemas? Bukankah ia berniat mendiamkan Kinan sejak awal menikah?Ia masih berusaha memejamkan mata tetapi bukannya semakin berlabuh di pulau m

  • Love After Marriage   L.A.M - 13

    Sepanjang hari Kinan merasa tak ada harapan. Semua keoptimisannya telah sirna.Setelah melihat-lihat furnitur, Kinan dan Alan duduk berdua di sebuah restoran Thailand. Di hadapan mereka sudah tertata panci rebus berisi kuah tomyam dan pemanggang. Serta beberapa sayuran dan daging-dagingan yang telah dibumbui.Aroma kuah itu semerbak. Meski begitu, Kinan seolah tak bernafsu untuk memakannya segera. Reaksinya sangat berbeda saat berada di rumah mertuanya kala itu. Ia sangat semangat untuk mengambil makan.“Bentar lagi mereka datang,” kata Alan. Namun tak mendapat respon dari Kinan.Diam seribu bahasa. Itu yang dilakukan Kinan setelah sampai di restoran ini.“Kamu kenapa diam aja?”Alan berusaha menghidupkan suasana yang memang sudah tampak mati ini semenjak mereka menikah.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status