Share

Love After Marriage
Love After Marriage
Penulis: Velvet

L.A.M - 1

Gadis itu sedang duduk di bangku kuliah. Menanti antrian pembagian hasil ujian. Ia duduk bersebelahan dengan teman dekatnya.

“Habis ini pulang, kan?”tanyanya menghabiskan denting jam yang terasa lama ini. Namanya tak kunjung dipanggil.

“Iya,” jawab temannya itu.

Kemudian terdengar suara yang bergema di telinga gadis yang rambutnya dikuncir kuda itu. 

“Kinan?”

“Kinan?”

“KINAN!”

“Eh?” Gadis itu masih mencoba memfokuskan matanya yang sempat kabur. Sedari tadi matanya selalu searah dengan seorang pria yang sedang memasuki kelas ini. Pria bertopi golf yang menyita waktunya. Dengan tas ransel yang dijinjing di satu bahunya saja.

Setelah menyadari namanya dipanggil, ia hendak mengambil hasil ujiannya. Namun siapa sangka malah terjadi sesuatu yang tak terduga olehnya.

“Astaga Kinaaan! Tuh dipanggil Bu Mita!” Beberapa temannya menertawakan gadis yang terlihat sedang melamun itu.

Pandangan gadis kuliah itu masih kabur dan bingung harus ke mana.

Ada suara yang bergeming nyata di telinga Kinan. “Nih? Kamu nggak perlu ke depan.”

Ia pun mendongak setelah melihat sebuah kertas ujian disodorkan padanya. 

“A … ehmm, i-iya. Ma-kasih,” jawab Kinan terbata-bata. Entah kenapa Kinan selalu merasa canggung di depan pria tersebut. Tidak pernah berani berbicara secara gamblang.

Kemudian orang itu pun duduk dengan deretan kursi yang sama dengan Kinan. Ia pun tak henti-hentinya memandang pria yang memakai topi tadi. Masih tak percaya bahwa pria itu mengambilkan kertas hasil ujiannya dan memberikan langsung padanya.

Kinan pun tersenyum pada pria tadi. Yang rupanya ia membalas senyuman Kinan.

“Senangnya senyumku dibalas,” batin Kinan.

***

“Bangun! Kamu nggak kerja?”

“Kinan bangun!”

Gadis itu membuka mata segera setelah mendengar suara perempuan.

“Astaga, Maaa! Aku baru mimpi indah, lhohhh?!”

“Mimpi apa? Paling juga mimpi lagi liburan, kan?”

“Bukan. Ya gitu deh, Ma?”

Mamanya Kinan berdiri di samping ranjang dengan dandanan yang sudah sangat rapi.

“Ya udah, sana mandi.”

Kinan membuka selimutnya perlahan. Namun bola matanya masih memandang heran mamanya yang sudah berdandan rapi. Padahal ini hari Minggu.

“Mama mau ke mana?”

“Ketemu temen lama mama. Mau ikut?”

Kinan menggeleng. “Eh? Kan Kinan mau kerja, Ma?”

“Mana ada? Ini hari Minggu! Masih mimpi ya kamu?”

“Lah? Mama sendiri tadi bilang begitu waktu bangunin aku?”

Mamanya menepok jidat. “Mama cuma bercanda. Biar kamu bisa bangun! Latihan jadi ibu rumah tangga gitu, lho?!”

Kinan mendesah lesu. “Mau jadi ibu rumah tangga gimana, Ma? Pasangan aja nggak punya!”

“Haha. Iya juga! Tapi setidaknya latihan dulu gitu? Dah! Mama mau pergi dulu! Daaa, Sayang!”

Kinan merentangkan badannya dan menguap. “Ya, Maa! Dadaa!”

***

Hari ini ia habiskan untuk bersantai di rumah. Sembari menunggu mamanya pulang. 

Kinan duduk di depan laptop seiring menyelesaikan drama korea yang sedang viral. Di tangannya sudah ada sebuah mangkuk berisi sereal dan susu. 

“Kinaaaan?” panggil seseorang.

Tenang saja. Kinan mengenali suara itu. Siapa lagi kalau bukan mamanya yang datang?

“Astaga! Ini piring-piring belum dicuci?”

Rita—mamanya Kinan, sedang mencaci anaknya sendiri sebab setumpuk piring yang masih kotor ada di wastafel dapur.

Kinan pun langsung berlari panik mendengar omelan mamanya tercinta itu. “Eh? Mama kok udah pulang?!”

“Kinaaan! Kamu tuh udah kerja, lho? Kok ya masih kayak anak SD aja?!”

“Iya, Ma. Nanti Kinan cuci. Tenang aja. Mama jangan ngomel-ngomel mulu, sih?”

Kinan mencoba rayuan ularnya. “Mama cantik jangan ngomel mulu. Nanti mukanya kerutan, lho?”

Rayuan ini selalu saja membuat Rita tersenyum. Sedikit menurunkan emosinya yang meluap karena melihat dapur yang berantakan ini. Ia sangat tak suka apabila dapurnya terlihat tak bersih dan rapi.

“Ini juga! Udah malem makan sereal?”

“Ya laper, lho, Ma?”

Rita berdecak dan menggelengkan kepalanya. “Haduh, anak mama.”

Kinan menyebar senyum lebarnya dan hendak kembali ke kamarnya melanjutkan drama korea yang sempat tertunda itu.

“Kinan?”

Langkah Kinan terhenti seketika. Panggilan itu terasa ambang di telinganya. Intonasi yang datar ini menandakan ada sesuatu serius yang akan dibahas.

“Ya?”

“Besok dandan yang cantik, ya?”

“Kenapa emang, Ma? Besok kan aku kerja?”

“Kamu kerjanya kan bebas. Orang kamu translator.”

Kinan menyunggingkan senyuman. “Ya juga, sih. Tapi emang kenapa, Ma?”

“Besok ketemu Alan, ya?”

Kontan Kinan langsung menaruh mangkuknya di meja makan. Matanya melotot tajam. 

“Ha?!”

“Iya. Daripada kalian saling menjomblo, kan? Lagian kalian juga udah bersama sejak kalian SMP. Mama juga sudah kenal dekat sama keluarganya,” jelas Rita tenang.

Ketenangan Rita bukan berarti menjadi ketenangan Kinan. Keringat dingin malah hampir mengucur di keningnya.

“Maaa! Alan tuh nggak suka sama aku?! Dia cuek abis! Nggak, Ma! Nggak,” rengek Kinan. Kakinya sudah lemas tak berdaya.

“Lah? Orang mamanya udah setuju, kok! Kan kami berteman baik. Kalian juga selalu satu sekolah dan kuliah. Jadi kami berdua nggak perlu bekerja ekstra untuk ini.”

“Ini apa?”

“Ya … comblangin kalian berdua?”

Kinan mengusap wajahnya. “Udah nggak jaman jodohin anaknya kali, Ma?”

“Ya biarin. Terserah mama, kan?”

Kinan mengembuskan napas terakhir pembelaannya. “Ya udah, deh, Ma. Terserah,” imbuhnya lemas.

“Oke! Besok dandan cantik ya,” pesan Rita. Ia sangat girang sehingga menepukkan kedua tangannya beberapa kali seperti bayi yang sedang kegirangan. 

“Besok jam 5 sore di Ambarrukmo Plaza, ya? Nanti mama kirimkan tiketnya,” ucapnya lagi.

Setelah perbincangan ini, Kinan kembali ke kamarnya tanpa suara. Tidak melanjutkan dramanya. Sebab pikirannya kini sudah terasa penuh.

Rasa groginya bermunculan. Padahal pertemuan ini masih besok sore.

Kerutan kini malah muncul di wajahnya.

Aku emang dulu pernah suka sama Alan, sih. Itu pun karena emang cewek-cewek tergila-gila sama dia. Jadi ya ikutan aja. Tapi kalau disuruh omongan sama dia mah aku nggak mau! Sombong begitu! Maunya sama yang pinter sama cantik doang!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status