Share

Perasaan Alea Yang Kacau Balau

Sesampai di rumah, Alea langsung mengetuk pintunya, dan tak lama kemudian pintu itu pun terbuka lebar. Alea melihat bundanya yang ternyata belum tidur, padahal biasanya jam segini sudah tidur nyenyak.

“Assalamualaikum, Bunda,” ucap Alea sambil mencium punggung tangan Bunda Zahra.

“Waalaikumsalam, kok pulangnya malam gini?” tanya Bunda Zahra sambil menutup pintunya. Ia melihat Alea tengah duduk di kursi sambil memejamkan matanya. Ia pun menghampirinya dan duduk di samping Alea.

“Iya, tadi aku ngobrol panjang lebar dengan Mas Fahri, Bun,” jawab Alea sambil membuka matanya kembali dan ia melihat ke arah sang bunda.

“Oh, terus yang nganter kamu pulang siapa?” tanyanya.

“Mas Fahri, Bun. Tapi dia minta maaf gak bisa mampir karena ini sudah malam,” sahut Alea tersenyum.

“Gimana, kamu cocok kan sama Fahri?” tanya Bunda Zahra. Alea hanya diam sebentar, mau bilang tidak cocok pun percuma, karena ia pasti akan dinikahkan dengan Fahri, lalu buat apa masih bertanya seperti itu.

“Cocok, Bunda,” jawab Alea berbohong.

“Syukurlah, Bunda senang mendengarnya. Iya sudah, kamu langsung istirahat, ini sudah malam,” ucap Bunda Zahra. Alea pun menganggukkan kepalanya.

“Iya, Bunda.” Alea langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kamarnya dengan lesu.

Sesampai di kamar, Alea langsung menaruh tasnya dan membuka hijabnya. Lalu ia pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelahnya, ia mengeringkan wajahnya dengan handuk kecil.

Ia berjalan ke meja dan mengambil Hp dari dalam tasnya. Saat ia membuka Hp, ia sudah melihat ada dua panggilan tak terjawab. Dan beberapa chat dari Arga.

Alea pun langsung merasa bersalah, karena sedari tadi ia bahkan tak melihat Hp sama sekali, terakhir ia lihat saat ia di resto. Dan setelah ia fokus mengobrol dengan Fahri, ia pun sudah lupa dengan Hpnya.

Alea pun segera membalas chat dari Arga.

“Waalaikumsalam. Maaf ya, Kak. Aku baru pulang dari resto. Tadi Ayah dan Bunda mengajak aku makan malam di luar,” ketik Alea. Ia tidak berbohong, karena memang ia di ajak ayah dan bundannya makan malam di resto dan baru pulang. Hanya saja, Alea tak menjelaskan secara detail dengan siapa aja ia makan dan dengan siapa, ia diantar pulang.

Tak lama kemudian, ada balasan dari Arga.

“Syukurlah, aku fikir kamu kenapa-napa di sana. Oh ya sepertinya aku lama di sini, baru bisa pulang bulan depan, gak papakan? Tapi aku sudah bilang ke Daddy dan Mommy aku, kalau aku akan melamar kamu setelah pulang dari sini, dan mereka pun setuju,” balasnya.

Membaca chat itu, lagi-lagi membuat Alea semakin merasa bersalah.

“Kak, bisahkah jika kita nikahnya di undur dulu,” tanya Alea lewat pesan chat. Namun, baru beberapa detik pesan itu terkirim. Arga langsung menelfonnya. Untungnya hanya telfon biasa, bukan vidio call.

Alea pun segera mengangkat telfon dari Arga.

“Assalamualaikum, Kak,” sapa Alea lebih dulu.

“Waalaikumsalam, Sayang. Oh ya maksud kamu apa tadi, kok kamu bilang nikah kita di undur dulu. Emang kenapa, ada apa?” tanya Arga yang merasa jika Alea tengah menyembunyikan sesuatu darinya.

“Aku masih mau kuliah S2, Kak. Bisakah jika kita nikahnya setelah aku lulus S2 saja?” taya Alea, entahlah kenapa tiba-tiba Alea punya ide itu.

“Hemm gitu, ya mau gimana lagi. Sejujurnya aku ingin segera menikah dengan kamu, tapi jika kamu masih ingin sekolah lagi, ya gak papa. Aku akan sabar menanti. Tapi janji ya, setelah itu, jangan di undur lagi,” ucap Arga penuh harap.

“Iya, Kak. Maaf ya,” ujar Alea tak enak hati.

“Enggak papa, Sayang. Aku bisa mengerti, kok. Oh ya kapan sih aku boleh ketemu orang tua kamu, biar makin akrab gitu?” tanya Arga, sudah beberapa kali, ia ingin menemui kedua orang tua Alea, hanya saja Alea seringkali mencegahnya dengan alasan bahwa dia tak boleh pacaran.

“Sabar ya, Kak. Aku janji, suatu saat nanti, aku sendiri yang akan mempertemukan Kak Arga dengan orang tua aku,” jawab Alea. Dulu ia tak memperbolehkan Arga  bertemu kedua orang tuanya karena waktu itu, ia di larang pacaran. Tapi sekarang, ia lagi-lagi tak bisa mempertemukan Arga dengan kedua orang tuanya, karena ia yang kini telah di jodohkan.

Sebenarnya, jauh di lubuk hati Alea yang paling dalam, ia juga ingin mempertemukan Arga dengan kedua orang tuanya. Tapi apalah daya, keadaan yang membuat dia tidak bisa melakukan hal itu. Allah seakan ingin menguji cintanya untuk sang kekasih. Dan ia pastikan bahwa Alea hanya akan jadi milik Arga seorang.

“Iya, aku akan sabar. Aku tau, kamu pasti punya alasan kenapa sampai detik ini, kamu melarang aku datang dan menemui kedua orang tua kamu. Aku percaya kamu, Sayang,” ucap Arga, ia selalu saja mempercayai ucapan Alea seratus persen. Mungkin karena rasa cintanya yang sangat besar untuk Alea.

“Aku sangat mencintai Kak Arga, dan aku selalu berharap, bahwa Kak Argalah jodoh terakhir aku. Yang kelak menjadi ayah dari anak-anakku,” tutur Alea sambil menitikkan air mata. Untungnya ini hanya nelfon biasa, bukan vidio call. Sehingga Arga tak tau, jika Alea saat ini tengah menangis.

“Ya aku juga berharap seperti itu. Iya sudah, ini sudah tengah malam. Kamu harus tidur, besok aku akan nelfon kamu lagi,” ucap Arga yang ingin mengakhiri obrolannya dengan Alea. Bukan karena ia gak kangen lagi, tapi ia sadar, ini sudah malam dan ini sudah waktunya Alea tidur. Jika menuruti ego dan nafsunya, bisa aja ia ajak Alea mengobrol sampai pagi hari.

“Iya, Kak. Kak Arga juga jangan lupa istirahat ya, jangan kerja terus. Kasihan tubuh kakak, juga butuh istirahat,”

“Iya, Sayang. Setelah ini, aku juga langsung mau tidur,”

“Aku tutup dulu ya, Kak. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.” Dan setelah itu, Alea pun mematikan Hpnya. Ia menangis sendirian di dalam kamar. Ia menatap foto Arga yang ia jadikan sebagai walpaper.

Arga terlihat sangat tampan dengan balutan jas mahalnya.  Ia terlihat berwibawa sekali. Apalagi postur tubuhnya yang sangat pas, karena Arga rajin olah raga. Wajahnya juga sangat tampan, hidung mancung dan bibir yang mungil. Di tambah bulu mata yang lentik membuat wajah Arga semakin tampan mempesona. Kulit putihnya juga menambah nilai plus untuk Arga.

Bagaimana mungkin Alea tak jatuh cinta pada Arga. Terlebih setelah tau sifat Arga yang sangat sabar, pengertian, perhatian, selalu mengalah dan tak menuntut ini dan itu padanya. Arga juga sangat menghormati dirinya sebagai seorang perempuan. Arga juga tak  pernah marah padaya. Terlebih di usianya yang sangat muda, Arga sudah bisa menjadi seorang pengusaha sukses dari jerih payahnya sendiri. Ini yang membuat Alea sangat mencintainya dan gak mau kehilangan Arga.

Setelah cukup lama menangis, barulah Alea menaruh Hpnya di atas meja, dan ia pun siap-siap untuk tidur. Ia harus cepat tidur, agar besok, ia bisa bangun jam tiga pagi untuk sholat  malam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status