Share

Bab 8 Dua Pilihan

        Hari bahagia kini datang pada Rey. Anjelin menyatakan dia baik-baik saja, lukanya juga sudah kering. Anjelin juga menyatakan bahwa hari-hari dekat dia ingin mengajak keluar bersama dengan Rey.

      Rey yang senang dan kegirangan karena habis bangun tidur pagi, dia mendapat pesan dari Anjelin demikian. Rey bergegas mandi sembari bernyanyi girang di dalam kamar mandi. 

      Seperti biasa Rey menyetrika terlebih dahulu pakaiannya sebelum berangkat kuliah. Dia juga sudah memasak mie rebus untuk sarapan pagi ditemani secangkir energen rasa kopi. Emang ada? dibuat saja ada. 

      Dia berdandan seperti biasanya, memakai sepatu bertali dengan dilengkapi hem dan celana jeans ala pemuda hits jaman sekarang.

     Rey berjalan menuju kampus dengan penuh semangat, dia juga menunggu di depan pintu masuk siapa tahu Anjelin turun dari angkot.

       Emang benar Anjelin turun dari angkot pagi itu tepat Rey berada di depan pintu masuk kampus.

“Pagi Cla, ayo ke kelas bareng”

“Ayo jalan saja”

“Kaki kamu beneran udah sembuh? Kenapa malam itu tidurmu sampai dini hari?”

“Sembuh kok, iya aku kejar target menulis jadi tidur sampai jam segitu.”

“Tapi makasih ya Cla sudah kembali mau berkomunikasi dengan aku.”

“Iya”

        Mereka berjalan bersama sampai depan kelas masing-masing dan berpisah.  Rey mengucapkan kata untuk semangat belajar buat Anjelin. Sedangkan Anjelin hanya bisa tersenyum dan menyipitkan matanya membalas semangat itu. 

      Rey melihat ekspresi Anjelin hanya bisa mengepalkan tangan tanda dia gemas. John di belakangnya meledeknya “Cie udah bucin, ini mah kuliah membawa berkah cinta lama bersemi kembali iya gak sih?”

       Rey mengikuti perkuliahan pagi itu dengan sangat antusias, apalagi semalam sudah mempelajari beberapa teori sebelum teman-teman lainnya mengetahui materi apa pagi itu yang akan dibahas. 

      Keatifan Rey di kelas membawa banyak perhatian dosen-dosen manajemen bisnis untuk memberikan label sebagai mahasiswa pro learning dan pandai. 

      Kakak tingkat sudah mulai memperhatikan dia, ada yang mengajaknya bergabung ke organisasinya ada yang mengajak untuk ngopi bersama, dan lain-lain. Tapi jurusan manajemen bisnis sudah tidak ada Ospek.

        Hal itu menghindari bullying atau perbedaan senior dan junior yang tidak sehat. Makanya jurusan itu menjadi top favorit murid SMA/K yang ingin masuk di PTN Jakarta masuk ke jurusan itu.

      Baru 3 hari perkuliahan Rey sudah banyak yang mengenal, satu kelas Anjelin juga membahas itu bahkan sampai ada yang stalking semua akun media sosial milik Rey tanpa tersisa.

      Tidak terkecuali dua teman dekat Anjelin. Mereka berdua kaget ketika melihat Anjelin biasa saja jika mantannya mulai digemari banyak orang.

“Anjelin kamu tidak khawatir tuh sama boy cool mu udah digemari banyak mahasiswi nih?” tanya salah satu teman dekatnya.

“Sudah biasa melihat fenomena ini, jadi aku percaya Rey tidak mungkin goyah sama rayuan mereka.”

      Anjelin tahu Rey tidak mungkin tergoda sama perempuan lain kecuali Melody. Anjelin curiga Melody masih mendekati mantannya itu.

    Anjelin tiba-tiba menjadi cemas, dia tidak ingin kehilangan Rey kedua kalinya. Dia selama hampir 7 bulan tidak bersama Rey merasa hatinya begitu hancur.

     Anjelin langsung mengirim pesan pada Rey karena kecemasan itu “Rey jangan lupa makan ya, semangat untuk hari ini.”

      Rey yang masih ada kelas, diam-diam membuka ponsel yang diketahuinya layarnya berkedip artinya ada sebuah pesan. Diketahuinya itu adalah pesan dari Anjelin.

        Rey dengan pelan-pelan membuka pesan, setelah membaca dia nampak tersenyum “Iya Cla, siap laksanakan dengan beres.” Rey yang tersenyum dipergoki oleh dosen.

“Rey apakah ada yang lucu dari tulisan kamu?’

“Oh tidak bu, tadi sama salah menulis makanya tersenyum.”

“Yasudah lanjutkan menulis ya, sebelum slide PPT saya next.”

        Rey dengan santai mencatat materi yang ditayangkan di selayang pandang. Ada beberapa persoalan yang kurang jelas, Rey langsung bertanya pada dosen meskipun belum dibuka pertanyaan.

      Perkuliahan hari itu cepat berlalu, ketika Rey keluar kelas di dapan kelas sudah ada Anjelin yang menunggunya. “Rey ayo pulang bareng.”

    Rey spontan menjawab iya “Tapi aku tidak bawa kendaraan lo ya Cla.” Anjelin mengetahui itu tidak mempermasalahkan. Dia tetap mengajak Rey pulang bersama dengan jalan kaki.

     Anjelin bertanya mengenai kos Rey mulai dari biaya sampai letak dan aturan kos. Melihat itu mereka benar-benar sudah kembali seperti dulu, tidak ada kebencian lagi.

     Sebelum Rey belok masuk gang KOS nya, dia melihat Anjelin naik ojek online terlebih dahulu. Setelah saling berlambai tangan, Rey pulang ke KOS.

      Melepas sepatu dan ditaruh di rak sepatu, mengeluarkan buku dari tas, menempel stick note di tembok sebagai timeline tugas, dan rebahan sejenak adalah aktivitas rutin yang akan dan sedang dilakukan oleh Rey.

       Rey menggulir-gulir foto dalam ponselnya, dia membackup lagi fotonya dengan Anjelin. Dia mulai tertawa sendiri melihat perubahan dia dari culun sampai seperti saat ini adalah cool. 

       Setelah berjam-jam dia memandangi foto-foto di ponselnya, Melody menghubungi Rey.

      Kenapa dia selalu datang meskipun tidak harapkan.

     Rey bergumam kata itu dalam hati, Rey yang merasa terusik kenyamanannya menjawab telepon Melody dengan nada sedikit keras.

“Kamu kenapa Rey, kesambet ya? Kok tiba-tiba membentak?”

“Baper pasti, aku biasa saja. Ada apa sih nelpon aku?”

“Aku Cuma memastikan kamu udah pulang kampus belum? Sudah makan siang belum?”

“Pulang sudah, makan sore belum.”

“Tapi aku kan tanya sudah makan siang belum?” Melody kembali bertanya

“Tapi sekarang kan sudah sore.” Tegas Rey dari kejauhan.

“Tapi aku tanyanya siang?”

“Terserah.” Akhir kata dari Rey untuk Melody.

      Rey memutuskan percakapan itu, dan langsung menonaktifkan ponselnya untuk ditambah daya baterai. Rey juga membersihkan diri, dan kembali rebahan untuk meluruskan punggung dan kaki lebih lama.

     Waktu berganti dengan sangat rapi, Rey terbangun dikondisi waktu sudah tengah malam. Dia lagsung menyalakan gawainya untuk melihat WA group apakah ada informasi penting dari kampus.

    Setelah di lihat yang ada chat banyak dari Melody. Tapi terselib di bawah pesan dari Anjelin. Tentu Rey terlebih dahulu membalas pesan dari Anjelin beru Melody yang dianggapnya tidak penting.

      Anjelin mengirimkan pesan bahwa besok lusa dia mengajak Rey keluar. Rey langsung mengirimkan stiker oke siap sayang.

      Sekarang adalah hari Sabtu, Rey meminjam sepeda motor milik John untuk pergi ke taman dengan Anjlein. Dijemputlah Anjelin oleh Rey di rumahnya.

“Selamat pagi Nona, ayo naik abang ojek sudah siap.”

“Siap Mang, tancap gas saja ya.”

       Rey tidak lupa memberitahukan Anjelin untuk berpegangan agar tidak jatuh. Anjelin hanya diam dan patuh perintah Rey.

      Perjalanan Rey ke taman kota tidak jauh, setelah sampai ternyata taman kota tutup karena adanya pembatasan sosial akibat penyebaran virus yang berbahaya.

      Rey langsung menyarankan pergi saja ke tempat bemain, setelah sampai disana juga adanya pemberitahuan bahwa ditutup sementara.

       Rey yang sudah buntuk karena usul kemana saja tapi selalu tutup. Rey nampak sangat kesal, dengan kesabaran Anjelin dia memberikan ketenangan pada Rey.

     Anjelin mengusulkan untuk pergi saja ke sebuah perpustakaan kota. Akhirnya dua sejoli itu pergi kesana dengan pertimbangan mencari buku yang dibutuhkan, disana juga ada caffetaria perpus juga.

      Setelah sampai mereka melakukan regristasi karena masih pertama kali mengunjungi, membutuhkan waktu 15 menit mereka sudah bebas akses.

      Anjelin langsung memesankan minuman, sedangkan Rey menuju tempat duduk yang kosong untuk diboking. Setelah semua beres, Anjelin memberi waktu 20 menit untuk Rey memilih buku cerita yang ada di depannya sekaligus buku mata kuliah.

        Anjelin mendapatkan 2 buku cerita dan 1 buku mata kuliah, Rey hanya mendapat 1 buku cerita saja. Mereka mulai membaca buku yang diambil, sembari menyeruput minuman pilihan dari Anjelin.

“Cla kamu baca apa itu? Menarik kah ceritanya kamu sampai tersenyum gitu?” tanya Rey yang dari tadi memperhatikan.

“Iya lucu, dua buku cerita ini sama-sama kocak. Kamu kok seperti tidak menikmati novel itu?”

“Iya aku salah ambil cerita pra nikah.”

“Haha cepet ambil lagi aja!” suruh Anjelin pada Rey.

“Enggak, cukup melihat kamu senang membaca aku juga merasa ikut membaca.”

“Hem tunggu 5 menit lagi ya, habis itu kita mengobrol.”

      Anjelin asik dengan dua novel yang diambil, Rey yang gabut membaca buku mata kuliah yang diambil Anjelin. Perlahan-lahan Rey mulai mengantuk, dan menundukkan kepala langsung tertidur.

       Anjelin setelah selesai mengira Rey membaca buku, tapi ketika buku diambil ternyata Rey sudah tertidur pulas. Anjelin hanya bisa menatapnya dan mengusap lesung pipi Rey.

       Merasakan sentuhan tangan Anjelin membuat Rey terbangun “Eh maaf Cla, aku ketiduran.”

“Iya tidak apa-apa, yuk kita ngobrol.” Anjelin sambil mengusap rambut Rey seperti anak kecil.

Rey menahan kegirangan dalam hatinya, “Bagaimana apakah kamu sudi menerimaku kembali jadi pengisi hatimu?”

“Tapi aku takut tersakiti untuk kedua kalinya.”

“Tapi Cla itu kan hanya salah paham, dan aku mencoba perbaiki lagi rasa sakitmu itu.” Sambail memegang tangan Anjelin.

       Karena Rey yang menampilkan wajah tulus Rey menerimanya kembali dengan perjanjian Rey tidak mengulangi dekat atau bermesraan dengan Melody dan Rey berjanji akan itu.

       Mendengar jawab iya dari Anjelin sepeti guyuran air di tanah yang kering. Rey sontak membawa Anjelin dalam pelukannya. Mereka lupa bahwa itu di perpustakaan.

         Alhasil mereka terkena teguran oleh penajaga perpus “Mas dan Mbak kalau mau berpacaran/bermesraan silahkan keluar, disini bukan tempat demikian ini tempat anak-anak sekolah.”

         Rey hanya bisa meminta maaf dan mengajak Anjelin keluar, namun sebelum meninggalkan itu Anjelin ke tempat petugas peminjaman buku.

“Cla kita mau kemana lagi?” tawar Rey pada Anjelin.

“Kita kan sudah 3 jam di perpustakaan, bagaimana kalau kita ke mall terbesar di Jakpus?” pinta Anjelin.

     Rey mengangguk tanda mengiyakan ajakan Anjelin.

     Mereka memainkan berbagai permainan yang ada di mall, mulai dari rollkoster, tembak barang, dan mobil elektrik. Semua mereka coba, tentu diiringi tawa bahagia.

        Tanpa disadari keberadaan mereka bermain sudah sampai larut malam, berangkat jam 8 sampai jam 8 malam. Menyadari itu Rey mengajak Anjelin untuk pulang. Anjelin mengiyakan.

“Rey sebelum ke parkiran yuk foto di photoboth itu dulu?”

“Ayo Cla.”

        Anjelin mengajak Rey foto bersama, setelah foto Anjelin memegang tangan Rey dan meminta dia untuk selalu ada di sampinya, dan siap menjaga hati untuknya.

     Rey berjanji lagi akan hal itu. Kemudia mereka beranjak keluar dari Mall. Rey setelah mengantarkan pulang, dia menghubungi John untuk izin mengantarkan motornya.

    Ternyata John ke luar kota, dia meminta sepeda motornya disimpan di KOS Rey saja. “Untung saja aku belum kerumahnya tadi.” Ungkap Rey dengan lega.

     Sehari penuh dia tidak membuka HP kecuali ingin menghubungi John. Selang 2 detik menyalakan GPS dan data, berondong pesan online dari Melody, juga riwayat telepon ada 52 panggilan.

      Rey terlupa jika hari ini Sabtu dia ada janji menemaninya ke luar. Rey yang merasa telah ingkar janji mencoba menghubungi Melody, tetapi nomornya tidak aktif.

    Rey dengan bertahap membaca pesan dari Melody.

  08.12 Rey aku bawa jajan banyak, nanti kamu bantu keluarin dari mobil, buat stok sebulan kamu.

 08.32 Rey aku sudah di depan KOS tapi kata penjaga kamu keluar

 08.42 Rey kemana? Aku telpon tidak diangkat. Jangan ingkar janji ya aku sudah siapkan semuanya buat self healing

  09.00 Rey kemana sih aku sudah lama menunggu depan kos nih. Jajannya aku kasih ke penjaga dulu aja ya, sumpek nih.

  09.30 Rey kamu masih dendam padaku soal putusmu dengan Anjelin

 09.45 keterlaluan sih kamu, aku sudah boking penginapan, dan pantai biar kita bisa refresh otak. Itu juga menyambut kamu masuk kuliah.

  10.00 kalau emang ada kepentingan, setidaknya kamu kasih tahu.

 10.21 aku udah capek menunggu Rey. HP kamu juga tidak aktif, aku tanya ke teman KOS mu baru saja juga tidak tahu kamu dimana.

 10.30 Rey aku mulai mual aku dari tadi belum sarapan.

 10.45 aku beli sarapan di resto depan kampus kamu ya, kalau udah katif tidak apa-apa aku jemput.

  11.15 aku tunggu sampai jam 2 siang kalau kamu emang tidak bisa yasudah Rey.

  14.00 Okey Rey aku pergi sendiri saja, makasih udah buat aku menyadari bahwa kebaikanmu itu untuk membuatku sengsara.

  14.05 aku tahu aku selama ini berharap kamu mau membuka hatimu untukku, tapi kamu masih tidak percaya putusnya kamu dengan Anjelin bukan sepenuhnya salah aku.

  14.10 jika memang sebenci itu ke aku, okelah kamu memang tidak jauh berbeda dengan sahabatmu.

 14.12 tidak-tidak aku saja yang salah menaruh hati pada laki-laki yang masih terjerat soal cinta.

        Rey membaca semua pesan yang dikirimkan Melody, tanpa dia sadari dia meneteskan air mata. Dia mengambil bungkusan besar di depan kamar yang tadi itu milik kamar sebelah ternyata ada tulisan “Untuk Rey.”

   Rey membuka isi tas besar itu, ternyata Melody membelikan berbagai jenis obat, vitamin, camilan ringan, mie, roti, dan minuman yang kaya akan nutrisi.” Jika dijumlahkan harganya bisa sampai 3 juta.

    Rey merasa sangat menyesal, kenapa dia sampai bisa terlupa. Ada satu sisi yang hilan dari diri Rey. 5 menit lalu dia bahagia, sekarang dia merana.

“Ayolah Mel aktifkan HP kamu.”

      Berkali-kali Rey menghubungi Melody tapi gagal, dia mengirimkan pesan suara permintaan maaf untuk Melody. Dia berjanji akan menuruti apa saja asal jangan marah akan kelalaiannya kali ini.

       Fikiran Rey sudah kemana-kaman, dia mulai membayangkan pertama dia berterngkar dengannya di SMA, dia yang menemani ketika dia sakit, dia yang mendukung hobi balapan motor, dia ada disisi terendahnya selama ditinggal Anjelin.

       Saat itu juga Rey bimbang diantara dua pilihan. Anjelin dan Melody sama-sama sayang padanya. Satu adalah mantan yang baru saja balikan menjadi kekasih dari jaman SMP, sedangkan satunya lagi adalah wanita yang menemaninya dititik terendah dalam hidup.

       Dia membaca kembali pesan Melody, dia bisa membayangkan betapa megah dan mewahnya rencana liburan Melody. Rey juga tahu dia sedang proses bekerja untuk hidup mandiri.

      Semakin lebih tidak mengerti Rey goyah pada dirinya sendiri, dia menangis terisak dan teriak dalam hatinya. “Kenapa semua datang secara bersamaam tanpa permisi, atau aku yang selama ini buta.”

      Posisi yang sedih, tiba-tiba ada sebuah pesan dari Anjelin, dia meminta Rey untuk menemaninya dirumah karena rumah sebelah kemalingan tadi siang.

     Membaca itu Rey dengan pelan mengusap air matanya dan bergegas pergi ke rumah Anjelin. Sampai dirumah Anjlein, Rey langsung memasukkan motor John dalam rumahnya.

     Anjelin menyambutnya dengan segelas teh hangat, dia nampak sangat takut dan wajahnya pucat pasi. “Kamu kenapa Cla, aku sudah disini jangan takut.”

      Anjelin mendengar itu langsung merasa aman. Dia menawarkan Rey untuk tidur di dalam kamar, tetapi Rey menolak karena takut khilaf dan berbuat macam-macam. 

“Rey sekamar sama aku saja ya tidurnya, tapi aku dikasur kamu di bawaha bagimana?”

“Ah aku jaga kamu di sofa sini aja, biar ada apa-apa aku yang tahu pertama kali”

“Sama aku aja ayo lah”

“Aku juga takut khilaf Cla.”

     Karena Anjelin kembali ketakutan, Rey memeluk erat tubuh kurus Anjelin. Ambulans berdatangan ke rumah sebelah, suara warga kumpul juga terdengar dari rumah Anjelin.

     Rey menyadari itu dia semakin memeluk erat tubuh Anjelin. Dia mengelus kepala dan punggungnya agar membuat Anjelin tenang. Rey juga menutup telingan Anjelin dengan jaket. 

      Anjelin masih dengan nafas terengah-engah karena ketakutan. Rey yang heran bertanya kepadanya.

“Cla kenapa kamu masih saja takut kan aku sudah disamping kamu?”

“Em aku takut malingnya menargetkan aku Rey.”

“Kenapa begitu?”

“Kan rumah ini dulu pemiliknya adalah tetangga sebelah itu, dia adalah teman ibuku.  Sedangnan Maling itu merupakan musuh dari pemilik rumah ini.”

“Tapi dia tahu yang menghuni rumah ini bukan orang yang bersangkutan.” Jelas Rey

“Tapi tadi aku melihat wajah malingnya, dan dia mengancam aku agar tidak berteriak, jika memberitahu aku akan dibunuh.”

“Terus kamu?”

“Iya aku membiarkannya kabur setelah dia membunuh tetanggaku.”

     Mengetahui cerita itu, Rey akhirnya menyetujui ajakan Anjelin untuk tidur sekamar. Di dalam kamar mereka bedua masih berpelukan.

      Anjelin pasti sangat syok, melihat sebuah kematian baginya kematian itu mengingatkan pada saat ibunya dia meninggal. Anjelin semakin menempel dalam pelukan Rey.

     Yang diherankan Rey adalah nafas Anjelin yang masih ngab. Rey bertanya kembali padanya

       “Cla jujur saja, aku bisa membedakan mana nafas orang sehat sama yang tidak. Kamu sakit kan ini, dimana obatnya?”

       Anjelin yang sudah tidak berdaya menahan itu menunjuk pada kotak P3K. Setelah diambilkan oleh Rey, Anjelin dengan segera meminum obat.

    Botol obat itu polosan tanpa merek. Rey bertanya pada Anjelin, dia mengatakan bahwa terkenap gangguan pernapasan di paru-paru.

“Tapi jika itu benar, kenapa botolnya mencurigakan sepertinya ini obat…”

        Belum sempat melanjutkan Anjelin sudah meminta Rey untuk tidur.

      Rey yang energinya terkuras, dia mengiyakan Anjelin untuk tidur. Anjelin melihat ke bawa kasur memandangi wajah Rey, dan mengucapkan selamat tidur sayang.

      Mendengar itu, dan melihat sorot wajah Anjelin yang sepeti dulu waktu SMA, dia mulai melupakan soal Melody. Dia juga memutuskan untuk menganggap pengorbanan Melody seimbang dengan menghilangkan Anjelin dair hidupanya dulu.

       Rey kembali meyakini diri untuk tetap mempertahakan Anjelin dalam hidupnya mulai saat ini. Akhirnya mereka berdua saling tidur dengan nyenyak.

     Hingga esok hari, Rey bangun kesiangan dia mendapati Anjelin masih tertidur pulas. Pelan-pelan dia bangun untuk ke kemar mandi.

      Sampai selesai dari kamar mandi, dia masih mendapati Anjelin tidur dengan tidak bergerak. Rey mengira dia tidur dengan sangat nyenyak.

       Rey pergi ke dapur dan membuat salad untuknya dengan buah seadanya yang ada di kulkas. Setelah selesai, dia pergi ke laptop Anjelin melihat-lihat isinya.

        Dia melihat perkerjaan menulisnya, dia melihat judul novel yang dia karang isinya ada yang membahas hubungan Anjelin dengan Rey, kisah inspirasi sampai cerita anak-anak. 

        Rey mencoba melihat isi email tapi terkunci, mencoba memasukkan tanggal lahir dia, ternyata bukan, tanggal lahir Anjelin juga bukan.

        Rey menjadi sangat ingin tahu, dan berencana untuk membangunkan Anjlein. Dirasa waktu sudah semakin siang.

          Rey heran kenapa dipanggil tidak menyahut, dia menggoyang sedikit tubuhnya tapi tidak menyahut. Dia mengecek nafas Anjelin nafasnya sangat lemah.

        Rey yang kaget langsung memeluknya, dia sangat takut kehilangan raga Anjelin untuk selamanya.

      Rey mencoba menyemprot wajah Anjelin dengan air, mengoles minyak kayu putih, sampai memberikan nafas buatan tapi kondisi Anjelin tidak berubah sama sekali.

     Rey yang semakin takut menghubungi pihak rumah sakit. Penggilan pertama langsung diterima, Rey menjelaskan kondisi dari Anjelin dengan detail.

      Ketika Rey meminta untuk dijemput ambulans, tiba-tiba Anjelin sadar dan melarangnya. Akhrinya dengan keyakinan Anjelin, Rey membatalkan.

      Rey melepas pelukan dengan perlahan-lahan dan mendapati wajah Anjelin yang sudah kembali normal.

“Cla sayang kamu kenapa sebanarnya jangan membuat aku takut?”

“Aku lagi kecapekan saja sayang, tidak apa-apa kok.”

“Tidak mungkin. Jika kamu enggak apa-apa kenapa bisa sampai pingsan selama itu? Kaakan semuanya padaku Cla!”

“Aku tidak apa-apa percayalah sayang.”

       Rey mengerti kekasihnya tidak akan memberitahukan ketika dia sudah mengatakan tidak apa-apa. Rey mengajak Anjelin untuk sarapan pagi.

     Anjelin nampak senang sudah lama dia tidak memakan salad. “Makasih sayangnya aku, huwaw segar sekali ini ya.”

      Rey mengusap kepala Anjelin dengan tersenyum. Rey menawarkan Anjelin untuk ngekos di sebelah KOS nya. Tapi Anjelin menolak bahwa dia surah membayar rumah ini, sayang kalau tidak ditempati.

      Rey membujuk Anjelin dengan alasan maling masih belum ditangkap itu menjadi ancaman yang mengerikan. Rey akan membantu penjualan rumah nanti setelah pindah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status