Share

Bab 9 Ditinggalkan

     Anjelin benar-benar pindah ke KOS elit putri sebelahan dengan kos Rey. Rey dengan senang hati membantu penataan barang-barang di kamar.

       Rey melihat kotak P3K juga dibawa oleh Anjelin, Rey berniat mengambil botol obat itu untuk di foto. Belum sempat mengambil foto, Anjelin sudah memanggil Rey untuk membantu memindah posisi almari.

“Cla banyak juga ya barang-barang kamu?”

“Iya namanya juga cewek, ini masih 25% yang aku bawa.”

“La sisanya 75%?” tanya Rey dengan heran sembari melihay tumpukan barang Anjelin.

“Ada yang aku buang, aku sumbangkan ke panti asuhan, dan sisanya aku kasih ke tetangga aku yang masih remaja.”

     Rey melanjutkan menata boneka tanpa komen apapun akan jawaban Anjelin. Sedangkan Anjelin yang merasa kelelahan, dia duduk di kasur untuk istirahat sebentar.

     Ketika Rey selesai, Anjelin segera beranjak pergi tapi sudah lebih dulu diketahui Rey dan dia melarang Anjelin untuk berdiri karena terlihat sangat sempoyongan. 

       Rey menyanggupi menata barang-barang Anjelin. Disituasi yang kurang tepat, HP Rey berada di samping Anjelin dan Melody sedang memanggil.

    Anjelin yang berniat untuk mengasihkan ke Rey, dia malah menekan tombol angkat.

“Hallo Rey, dimana aku sudah depan kos kamu nih.” Suara lantang itu di dengar oleh Anjelin dan Rey.

     Rey bergegas mengambil Hpnya dari tangan Anjelin dengan kasar. “Sudah kamu pulang saja, aku masih ada urusan.” Setelah itu Rey lepas kendali, dia membentak Anjlelin “Kenapa kamu angkat?”.

      Anjelin kaget akan sikap Rey, tiba-tiba dia mendadak pucat dan perlahan duduk karena terasa nyeri di dada. Melihat kondisi itu, Rey menampar wajahnya sendiri dengan keras.

      Anjelin melihat itu langsung berdiri dan memeluk Rey. “Jangan menyalahkan diri sendiri, maaf karena aku tadi lancang ya.”

     Rey sadar bukan seharusnya ada privasi antara Rey dan Anjelin, bukankah itu adalah kekasihnya sejak SMP. Rey membelas pelukan Anjelin dengan erat dan mencium keningnya, pipinya dan mulutnya.

“Melody sering ke kos kamu Rey?” tanya Anjelin.

“Iya biasa membawa jajan buat aku, ya semenjak aku kamu tinggal dulu dia jadi leluasa deketin aku.”

“Jangan terlalu dimanfaatkan nanti lepasnya susah.”

“Ah sayang kan udah ada kamu, pasti masalah bisa diselesaikan.”

     Anjelin tidak bertanya banyak, dia sering tidak fokus karena nyeri di dadanya untuk bernafas, dengan sempoyongan dia mengambil obat.

“Sayang ini cara mengurutkan pakaian kamu bagaimana?”

“Bentar sayang aku mau minum.” Dengan alasan itu dia cepat-cepat menelan obat dimulutnya.

        Anjelin berjalan ke arah Rey. Anjelin mengarahkan cara penataan baju agar Anjelin lebih mudah mengambil pakaian ketika akan kuliah.

    Anjelin terlupa bahwa pakaian dalam belum ditata pada tas kacil sehingga ketika rey mengambil hem untuk digantung, celana dalam Anjelin warna merah dengan pita di bagian depan jatuh.

“Sayang ini milikmu?” tanya Rey dengan tatapan nakal

“Iya kalau bukan emang miliki siapa?” Anjelin menjawab sambil merebut kasar dari tangan Rey.

“Lucu juga ya punya cewek, celana dalamku polos semua sih.”

“Ah sayang jangan diterusin, malu lah.”

   Rey hanya terkekeh kecil. Masalah menata pakaian sudah selesai. Sekarang berganti menata make up. Rey perlahan menata di meja rias dengan rapi.

“Sayang minum dulu, sudah 5 jam kamu bantu aku menata semua ini waktunya istirahat.”

“Iya udah beres semua kan ya.”

“Iya sudah sayang, kamu pulang sana mandi habis itu tidur.”

“Iya sebentar orang kos kita Cuma lima langkah.” Sanggah Rey dengan malas.

     Mendengar itu Anjelin mendekati Rey dan memegang tangganya sembari berkata terimakasih, dan menyuruh Rey untuk mandi dan tidur saja di kamarnya. Anjelin kembali duduk di depan latop bersiap mengerjakan tugas.

     Rey menuruti perintah kekasihnya, dia mandi dan langsung tidur di kasur pacarnya yang empuk sekali. Tidak tertinggal Anjelin menyelimuti Rey setelah dia terlelap.

        Anjelin telah menulis cerita sudah mencapai tiga bab, dia tertunduk karena rasa sakit dalam dadanya kambuh sejenak nafasnya menjadi berat, dalam kursinya dia pingsan seketika.

     Rey terbangun, dia menguap kemudian duduk. Dia memakai jaket yang sebelumnya dia lepas. Menghampiri Anjelin yang baginya itu dia sedang tertidur.

      Rey memeluk Anjelin dari belanag, “Cla maaf ya tadi aku membentakmu, aku tidak sengaja. Aku bingung Cla, aku tidak tahu harus berbuat apa dengan Melody. Hatiku untukmu tapi aku takut kehilangan dia.”

     Anjelin hanya diam, tapi sebenarnya dia bisa mendengar perkataan Rey. “Cla aku dan kamu berpisah sudah hampir 8 bulan, selama itu aku menjadi gila aku melakukan banyak maksiat, dan itu Melody selalu ada untuk menutupi kejelekanku.”

     Rey juga mengatakan bahwa sebenarnya hari ini ada janji mau liburan dengan Melody, tapi dia terlupa. Mengapa Rey bisa semudah itu mengatakan semua pada Anjelin.

      Anjelin yang sudah tersadar hanya pura-pura tidur, dan mendengus sebentar agar dilihat dia nyenyak.

     Melihat itu Rey tertawa kecil dan mencium pipinya, kemudian memindah Anjelin ke tempat tidur.

      Sakit, bukan hanya sakit diri tapi sakit hati itu sekarang  kembali menyelimuti hati Anjelin. Rey tidak ingin menganggu Anjelin, dia berpamitan dengan berbisik ke telinganya, “Cla aku berbicara seperti tadi hanya agar hatiku tenang aku sudah terbuka padamu, tapi cintaku tetap untukmu, aku pulang dulu ya.”

   Mendengar Rey menutup pintu, Anjelin terbelalak kemudian menangis.

“Ya Tuhan baru aku merasakan bahagia ini, ternyata semua segera akan berakhir. Entah apa dulu yang akan berakhir.” Anjelin menangis sembari melihat fotonya dengan Rey di dompet.

   Rey berjalan ke KOS, sebelum masuk kos dia terlupa jika ingin mengambil obat milik Anjelin untuk di cek ke ahli medis itu obat apa. “Ah aku terlupa mau mengambil obat itu, yasudah besok saja.”

    Anjelin memandang Rey dari balik jendela kamar. Anjelin menyeka air mata “Aku tidak boleh menyia-nyiakan waktuku disini.”

    Besoknya Rey mampir ke KOS dulu untuk mengajak Anjelin berangkat bareng. “Cla ayo berangkat, sudah siang.”

“Iya sebentar aku masih pakai sepatu.”

     Hari-hari mereka kembali seperti saat SMP. Mereka berangkat bersama, makan bersama, cari buku bareng dan pulang juga sering bareng.

“Hai Rey”

Loh di depan kelas ada Melody

“Mengapa kamu disini Mel?” tanya Rey penasaran.

        Anjelin yang menyaksikan itu hanya diam dan pamit ke Rey untuk masuk kelas.

“Akhir ini kamu sulit dihubungi, ternyata kamu balik lagi sama dia Rey?” kernyit Melody dengan melirik ke punggung Anjelin.

“Iya aku balikan, aku mau masuk kelas Mel.”

“Tapi aku ingin bilang sesuatu Rey.”

“Udah lah pulang dulu, kamu masih marah kan sama aku soale sabtu lalu. Aku minta maaf udah ya kalau ada waktu aku kabari.”

“Ya sudah kalau begitu.” Melody menyembunyikan hadiah kecil yang sebenarnya dia ingin kasih tapi diurungkan.

     Rey masuk ke dalam kelas. Dia segera mengeluarkan buku untuk mencatat materi yang sudah dijelaskan dosen sekitar 6 menit yang lalu.

        Tidak ada kejesalan arah Melody dengan Rey, Yoga yang menghilang juga masih menjadi sebuah rahasia. Anjelin juga seperti menyembunyikan sesuatu besar dari Rey.

      Rey memikirkan itu hanya bisa mengerutkan kening dia menutup diri agar tidak ingin mencari kebenaran di balik mereka bertiga. Yang dia tahu sekarang Anjelin sudah bersamanya. Itu lebih dari cukup. 

     Sepulang kuliah, Rey menunggu Anjelin tapi tidak keluar-keluar. Rey mencoba mencari dalam kelas juga kosong. Menghubungi normornya juga hanya berdering.

    Mengira bahwa mungkin Anjelin sudah pulang terlebih dahulu. Rey memutuskan untuk pulang. “John kamu tidak pulangkah?”

“Masih ada bimbingan pren.”

“Good luck ya.”

“Hokeu”

   Rey berjalan keluar dari kampus. Sampai depan pintu sudah ada mobil, yang membunyikan klakson untuk Rey.

   Setelah dilihat ternyata itu adalah Melody. Dia menyuruh Rey untuk masuk mobil. Karena tercancam akan membunyikan klaksosn terus jika Rey tidak masuk, akhirnya dia menuruti ucapan Melody.

    Melody membawa Rey kesebuh tempat. Setelah sampai Melody segera berlari membukakan pintu mobil Rey dan menarik tangan Rey untuk berlari ke tempat itu.

     Ternyata itu adalah taman kota, Anjelin yang menginginkan mereka berdua disana tapi Rey kesana dengan Melody.

    Melody mempersilahkan Rey untuk duduk. Melody mengeluarkan kotak kecil yang isinya adalah jam tangan.

“Buat apa jam ini?”

“Buat kamu pakai, jam kamu itu-itu saja Rey.”

“Tapi Mel dalam rangka apa?”

“Aku memaafkan kesalahan kamu, dan buat kamu terikat dengan aku.”

“Tapi aku sudah memiliki kembali Anjelin dalam hidupku, orang yang selama ini aku tunggu.”

“Aku tahu Rey, tapi setidaknya kamu masih mau menganggap aku orang penting dalam hidupmu juga.”

Rey hanya bisa terdiam, dia melihat jam tangan itu. Jika dilihat dari jenisnya itu jam tangan mahal. Rey mengembalikkan jam tangan itu ke dalam boxnya.

“Tapi Mel, aku tidak bisa menerima permintaan itu. Kita dekat juga bukan karena sengaja.”

      Mendengar itu Melody sedih, dia berkaca-kaca. Melody tahu usahanya hanyalah sia-sia.

“Apa kerean Anjelin ada buatmu sekarang, kamu jadi tidak mau dekat dengan aku. Aku hanya butuh kamu disamping aku meskipun hatimu buat Anjelin.”

        Rey tetap menolak, dia mengatakan bahwa Melody dianggap sebagai sahabat dekatnya selama ini. Rey juga meminta maaf atas porotannya selama 7 bulan pada Melody.

     Melody makan sambil menangis mendengar penolakan Rey untuk yang seratus kalinya. Menyaksikan pemandangan itu, Rey menggeser kursi di sebelah Melody, mengelus kepalanya dan memeluknya dari samping.

“Maaf Melody, tapi aku sudah menemukan kembali orang yang aku tuju dalam hidup ini.”

“Jikapun jadi simpanan kamu, aku siap Rey asal kamu tidak menghindar seperti akhir-akhir ini Cuma itu.”

“Tapi aku tidak bisa berjanji Mel”

    Melewati waktu mellow itu, Melody sudah bisa kembali tersenyum dia mengajak Rey untuk main air mancur. Taman itu dekat dengan Rumah Sakit Pusat di Jakarta.

    Anjelina ketika keluar dari RS menyaksikan pemandangan yang menyakitkan itu, dia sedikit membungkuk menahan sakit hati yang memancing kenyerian di dada.

     Anjelin enggan untuk menangis ditempat umum. Dia mencoba menghubungi Hp Rey tetapi tidak diangkat. Anjelin melihatnya dari jauh.

     Anjelin membayangkan itu dia diposisi Melody. Tidak terasa air matanya jatuh. Jari yang gemetar juga tidak sengaja memanggil Yoga.

      “Hallo..Hallo Anjelin ada apa” suara Yoga dari jauh, tapi Anjelin hanya terisak dia tidak bisa mendengar suara itu.

        Karena Yoga mendengar isak tangis Anjelin, dia segera melacak keberadaan Anjelin. Yoga dengan push rank mobile langsung menuju Anjelin.

        Anjelin menyaksikan Rey bermain air dengan Melody, Rey mencubit pipi Melody tentu dia membalasanya dengan melempar bunga apung.

     Mereka saling tertawa bahagia. Dua kali Anjelin mencoba menghubungi Rey tapi usahanya sia-sia.

“Hi Anjelin, ada apa dengan kamu, kenapa kamu duduk di pintu keluar RS ini?”

Anjelin kaget “Mengapa kamu bisa sampai disini Yog?”

Yoga menjelaskan semuanya, dia juga bertanya “Kamu sudah kontrol lagi hari ini?”

“Iya aku sudah ambil obat juga” menjawab sambil menangis di depan Yoga. Yoga yang penasaran kenapa dia menangis, Anjelin hanya bisa menunjuk ke arah Rey.

   Yoga kaget dan dia langsung berdiri hendak menghampiri mereka. Tapi Anjelin mencegah itu. Setelah memegang tangan Yoga, Anjelin merasa pusing dan dia jatuh pingsan.

    Yoga membopong Anjelin dalam pelukannya. Sebelum membawa Anjelin masuk ke dalam RS. Dia melihat ke arah Rey dan Melody, secara bersamaan Melody mengajak ke bangku taman yang teduh dan mencium pipi Rey.

      Sangat Benci kini semakin tergambar di wajah Yoga. Membawa dalam ruang ICU Yoga sangat panik.

    Yoga takut, dia berteriak kepada dokter untuk segera menangaki Anjelin.

    Anjelin dinyatakan koma selama beberapa hari, karena sakit yang sudah sampai stadium 4 “Mas kanker di payudara sudah menjalar ke semua tubuh.”

      Yoga terduduk lemas mendengar itu “Dok apa tidak bisa dikemoterapi sekarang?”

“Sepertinya akan sulit mas, dia sudah menolak selama ini virusnya sudah menyebar. Jika orangnya siap saya bisa kemoterapi tapi efeknya akan sangat cepat muncul.”

    Yoga tahu selama ini Anjelin tidak ingin dikemo. Dia menolak orang lain tahu penyakit kronisnya itu. Hanya Yoga yang tahu itu.

     Yoga menjaga Anjelin selama tiga hari koma, setelah dia bangun Anjelin mendapati Yoga tidur di sofa.

   “Yoga kamu orang baik, kamu sahabat baik dalam hidupku. Sekian kali kamu ada disetiap aku mati Yoga aku yakin kamu akan bahagia di waktu yang akan datang.” Anjelin mengucap itu dalam hati, dia memandangi Yoga dengan senyum.

    Kecewa Anjelin jika mengingat Rey. Tapi dia tidak bisa menghapus begitu saja cinta yang kembali dalam untuk Rey. Anjelin sudah terlanjur membuka hati kepadanya.

“Yoga...Yoga aku ingin minum” Anjelin membangunkan Yoga, dia tidak kuat mengambil minuman.

   Yoga mendengar panggilan dari Anjelin, langsung bangun dan mengambil air dalam gelas untuknya.

    Yoga membuka percakapan dengan Anjelin dia memberitahukan bahwa penyakitnya sudah stadium 4 akhir. Yoga membujuk untuknya mau dikemoterapi atau dioperasi.

   “Tidak Yog, aku di operasi hanya akan kehilangan satu payudaraku dan itu membuat cacat lagian juga tidak bisa menjamin kesembuhan.”

“Lantas bagaimana dengan kemoteapi?”

“Tidak Yog, kemoterapi hanya menunda kematianku sementara.”

“Tapi jika kamu masih ingin hidup lama di samping Rey, kamu harus kemo Lin!” tegas Yoga pada Anjelin.

“Sebernanya aku sudah lelah, aku kehilangan semua pahlawan dalam hidupku mama dan papa, aku lelah bekerja keras untuk bertahan hidup, aku baru saja bahagia tapi Tuhan sudah sedikit demi sedikit mengambil ceria itu dalam hatiku”

     Yoga hanya diam memandang wajah Anjelin dengan penuh kasihan.

“Yog kamu yang tahu keadaan aku, kamu menolongku setiap ada masalah. Kamu tahu aku kembali dengan Rey agar aku bisa menghabiskan siswa waktuku dengan orang yang aku sayang. Meskipun perlakuannya sangat mengecewakan.”

       Yoga merubah mimik wajah antara sedih bercampur marah dengan sahabat kecilnya itu. Yoga meminjam ponsel Anjelin dengan alasan untuk mengecek hasil trending sahamnya.

    Diam-diam dia menyalin No Hp Rey, setelah didapatkan dia izin ke Anjelin untuk keluar sebentar. Yoga menghubungi Rey. Sedangkan Anjelin melihat ponselnya terdapat 20 pesan dari Rey, dia sangat cemas.

     Anjelin mengirimi pesan bahwa dia selama tiga hari ini pergi berlibur ke rumah pamannya, dan disana sinyal internet sangat susah.

   Bersamaa itu Rey mengangkat panggilan Yoga.

“Hallo ini siapa ya, saya sedang kuliah?” Rey keluar dari kelas.

“Yoga, ayo kita ketemu di coffe dekat kampus kamu, nanti sepulang kuliahmu.” Tanpa menunggu jawaban Rey, dia sudah menutup ponsel.

      Rey heran kenapa Yoga tiba-tiba menelepon dan mengajaknya bertemu. Rey mengabari Melody bahwa dia diajak ketemu Yoga.

    Melody tidak membalasnya. Rey kembali ke dalam kelas karena sudah terlalu lama dia diluar. Rey menggoyangkan Hp karena merasa ada yang tidak beres.

      Kembali di tempat RS. Yoga kembali masuk ke dalam ruangan Anjelin untuk menemaninya. Yoga memandang wajah Anjelin yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri.

       Dia melihat wajah Anjelin yang sudah kembali pucat, badan yang semakin kurus. Yoga menangis karena sedih melihat cobaan yang dialami oleh Anjelin.

“Anjelin terimakasih sudah menjadi sahabat baikku, yang menggeser posisi Rey disampingku.”

      Membawa tas kecil untuk menemui Rey, Yoga pamit kepada Anjelin yang terkapar lemas sampai tidak sanggup bicara Iya ke Yoga.

   Yoga sudah mengepalkan tangannya untuk menghajar Rey. Yoga terlebih dahulu menunggu Rey ditempat perkopian itu.

    Selang 5 menit dia datang Rey menunjukkan senyum pada Yoga hendak bersalaman, ketika Yoga akan memukul ada seorang wanita yang muncul dibalik tubuh Rey, dia adalah Melody.

   Tanpa pikir panjang, Yoga meluncurkan kepalannya di wajah Rey dua kali, dan ketika Rey tertunduk sakit dia menonjok perut 3 kali. Melody mencoba menghentikan pukulan Yoga, malah ditampar dan dikatakan sebagai wanita jalang.

    Aksi brutal Yoga dicegah oleh satpam penjaga caffee itu. Yoga mengajak Rey dan Melody untuk duduk, mereka bertiga saling tatap.

       Sampai menunggu pesanannya datang, Melody mencoba menyeka darah yang keluar dari mulut Rey tapi ditolak olehnya.

“Yog kamu kenapa sih, ngajak ketemu tahu-tahunya begitu?” tanya Melody.

    Rey masih menahan sakit yang ada di wajahnya, sehingga tidak bisa berbicara dengan Yoga.

“Hey wanita jalang, siapa yang menyuruhmu datang kesini? Aku hanya mengundang Rey kenapa wanita sepertimu ikut?”

“Yoga berhenti menyebut Melody wanita jalang, sebelum aku tahu alasan kalian bisa putus?” Bentak Rey pada Yoga.

“Hey Rey, itu bukan urusan kamu, aku kesini Cuma mau bilang Anjelin sudah sekarat. Kamu masih peduli dengan wanita ini yang mencoba menyingkirkan Anjelin dari hidupmu?”

   Rey kaget mengapa Yoga bisa mengatakan Anjelin sekarat. Dia melotot sengit ke arah Yoga. Dia menarik kerah baju sahabatnya itu.

“Maksud kamu Anjelin sekarat apa? Kamu tahu apa saja?”

“Hah aku tahu kalian sudah balikan, aku tahu apa yang dirasakan Anjelin. Kamu buta Rey sekarang dia sakit kronis kamu juga tidak tahu kan?”

“Yoga katakan dengan jelas sakit kronis apa maksudnya?” selidik Rey dengan sangat cemas.

“Anjelin sakit kanker payudara, dia sekarang terkapar lemas di RS pusat Jakarta.” Belum sempat melanjutkan bicara Yoga sudah tidak mampu, dia langsung pergi.

         Rey saat itu langsung terjatuh dikursi, bagi Rey dunia kedua yang coba dibangun kembali oleh Rey dan Anjelin seakan retak dan akan runtuh.

     Rey beranjak mengikuti Yoga. Dia meninggalkan Melody, dia juga melarangnya untuk ikut menjenguk Anjelin. Rey takut dengan adanya Melody akan merangsang Anjelin sakit hati.

     Yoga melarang Rey masuk untuk melihat Anjelin, karena Anjelin melarang Yoga memberitahu Rey bahwa dia sakit. Rey yang tidak peduli langsung menerobos masuk ke dalam.

    Saat di dalam, Anjelin sedang tidur. Rey perlahan memeluk Anjelin, dia menangis dalam pelukan itu. Rey mencurigai sejak berada di rumah Anjelin saat itu, tapi setiap bertanya selalu dijawab tidak apa-apa.

     Anjelin yang lemas menyangka itu adalah Yoga, “Yoga sudah jangan menangis aku tidak apa-apa, aku besok mau Kemoterapi biar bisa melihat wajah Rey lagi.”

      Yoga yang berada di samping hanya diam dan menangis, sedangkan Rey masih tetap memeluk dengan tangisan yang semakin terisak.

    Yoga memberi kode pada Rey untuk keluar karena itu waktu istirahat Anjelin setelah disuntik obat.

    Mereka berdua duduk dikursi tunggu. Yoga hanya menampilkan pandangan kosong begitu juga Rey dunianya serasa kosong. Tuhan tahu bahwa Rey mencintai Anjelin.

“Yog mengapa kamu tiba-tiba muncul dari sisi orang terdekat Anjelin.”

    Yoga memilih untuk tidak menjawab, justru dia balik bertanya pada Rey “Kamu Rey kenapa muncul dari sisi wanita seperti Melody yang sudah menghancurkan hidupku dulu.”

“Sebernya ada apa Yog diantara kalian?”

“Sebuah ombak besar datang membawa kebahagian ku Rey, dia juga membawa pergi kebahagiaan Anjelin.”

“Maksud kamu Yog, aku selama ini mencarimu kemana-mana tidak ada kabar. Ketika kamu muncul kenapa rahasia besar diantara kalian masih juga belum terungkap?”

“Kamu mau tahu dari mana?”

    Ketika Yoga menawarkan itu dari Rey, tiba-tiba di dalam terdengar suara gelas jatuh. Sontak mereka berdua berlari ke dalam.

   Anjelin kaget melihat Rey ada disana juga. Anjelin memarahi Yoga.

“Yog aku kecewa kenapa kamu memberitahu keadaanku yang menyedihkan ini pada Rey.” Anjelin berkata sambil menangis.

     Rey langsung memeluk Anjelin, dia memberontak dalam pelukannya untuk mengusir Rey dari sisinya.

“Anjelin tenang, kontrol emosi kamu Lin. Aku membawa Rey kesini memang sudah sewajarnya dia sebagi kekasihmu mengetahui keadaanmu.” Pinta Yoga pada Anjelin.

      Anjelin masih tetap menangis dalam pelukan Rey, selang beberapa menit akhirnya Anjelin sudah tenang.

    Dia meminta Yoga dan Rey untuk baikan sepeti dulu mereka selalu bertiga, dengan karakter Yoga yang pamer terus kehebatan pacarnya.

“Kalian tidak mau baikan di penghujung umurku ini?” Anjelin mengatakan dengan senyum yang puas.

“Kamu jangan bicara seperti itu Cla!”

“Iya Cla” Yoga tanpa sadar memanggil Anjelin dengan Cla.

“Heh itu panggilan khusus dari gue.” Rey mengatakan itu dengan melotot.

“Sudah-sudah” Anjelin menyela pembicaraan Rey sebelum mereka bertengkar lagi.

“Besok aku kemoterapi, kalian berdua tetap disampingku ya.”

      Yoga dan Rey mengangguk bersamaam. Ada bahagia menyelimuti wajah Anjelin. Sedangkan Rey dan Yoga ikut tersenyum meskipun aku tahu hati mereka sedang menangis.

       Yoga izin pulang dulu ke Anjelin untuk mengumpulkan berkas pekerjaan. Disana hanya ada Rey dan Anjelin.

      Rey meninggalkan Anjelin untuk tidur, karena hari itu dia diserang rasa kantuk. Anjelin semalaman melihat Rey yang tidur. Dia takut meminta bantuan Rey untuk mengambilkan minum.

      Akhirnya dia memaksakan dirinya yang lemah untuk bangkit mengambil air yang ada di meja.

      Baru berjalan dua langkah saja, wajah Anjelin sudah mengeluarkan keringat dingin. Dia sembari bertumpu pada kasur dia mengambil air dengan susah payah.

      Setelah meminumnya, dia kembali ke ranjang untuk tidur. Dia tidak tertinggal melihat terlebih dahulu wajah kekasihnya dari jauh sebelum dia terlelap dalam tidurnya.

     Suasana dalam kamar ICU itu sangat hangat bagi Anjelin, dia menitikkan air mata dalam tidurnya. Dia menginginkan hidupnya lebih lama dari perkiraan dokter.

     Tapi tubuh Anjelin sudah tidak dapat menunjukkan semangat untuk tetap melanjutkan hidup. Dia hanya terus mengingat bahagianya bersama dengan mamanya.

     Waktu berlalu dengan kilat. Pagi-pagi buta Rey sudah bangun, dia membersihkan sekiat ranjang tidur Anjelin. Rey juga pergi beribadah untuk kali pertama meminta pada Tuhan memberikan keajaiban pada Anjelin.

     Tidak lama kemudian, Yoga juga datang dia membawakan sarapan untuk Rey. Sebenci apapun itu dia masih menganggap Rey adalah sahabat lamanya.

“Rey nanti jadwal kemo pertama Anjelin jam berapa?”

“Jam 7, nanti kita dia dipindahkan ke ruang khusus.”

    Akhirnya mereka setelah mengobrol kembali dingin, dan memakan sarapan yang dibawakan oleh Yoga.

    Anjelin yang terbangun, memangging Rey untuk membantunya ke kamar mandi. Anjelin merasa sakit perut, setelah sampai di kamar mandi, ternyata hanya buang angin.

    Anjelin minta untuk dibawa ke ranjang tidur lagi, dia kembali terlelap. Dia dibangunkan oleh suster untuk dibawa keruang khusus kemoterapi.

        Yoga dan Rey mengikutinya, mereka memegangi tangan Anjelin. Saat kemu berlangsung Anjelin menjerit kesakitan. Kemudian pinsang.

      Dia terbangun dalam tidurnya sudah kembali ke kamar ICU. Dengan posisi Yoga dan Rey menatap dia.

      Anjelin mencoba menggerakkan tangan, dia merasakan tangannya lebih ringan dan badannya juga sudah tidak sesakit sebelumnya.

        Rey dan Yoga merasa lega. Kemudian mereka berebut untuk menyuapi, Anjelin melihat pemandangan itu hanya bisa tersenyum ke arah mereka.

“Sudah-sudah biarkan Rey saja yang menyuapi, kan dia kekasih aku.”

“Iya-iya sekarang aku tidak berguna.” Keluh Yoga

“Baru sadar” sahut Rey disamping Anjelin

“Hey awas ya kamu”

    Anjelin kembali melerai mereka agar tidak berlanjut ke cek-cok yang lebih fatal. Saat itu Anjelin makan dengan lahap. Dia juga menceritakan kisah lucu saat mereka bertiga masih akur.

“Bukannya dulu Yoga ambis banget buat menang olimpiade matematika padahl nilai ulangannya aja selalu diangka 5”

“Haha dan kamu selalu membela si bangsat ini ketika aku memarahinya karena terlalu culun.” Lirik Yoga pada Rey.

      Mereka hanya mampu menceritakan masa lalu ketika SMP, sedangkan SMA sudah tidak dibahas sama sekali, karena hanya akan mengungkit rasa sakit yang masing-masing pendam.

       Sudah sore Anjelin masih tertidur, Yoga yang baru dari luar bertanya kepada Rey mengapa Anjelin tidak bangun-bangun.

       Setelah dicheck oleh Rey detak nadinya sangat lemah, dia ketakutan dan manatap wajah Yoga. Yoga juga ikutan panik.

    Namun, saat itu Anjelin sadar dan meminta Rey untuk memeluknya karena udara terasa dingin. Mendengar keluhan itu Yoga langsung menutup jendela kamar RS.

        Baru saja dipeluk oleh Rey dan pelukan yang belum dilepaskan, Anjelin kembali tidak sadar. Rey mengajak komunikasi tapi tidak disaut.

      Yoga dan Rey saling mengecek denyut nadi sekarang sudah tidak ada tanda berdenyut, tapi EKG Mesin sudah menunjukkan melemah. Rey berteriak-teriak dan Yoga yang memanggilkan dokter.

   Dokter dan satu suster segera masuk ke ruang ICU. Mereka mengecek nadi dan EKG sudah menunjukkan tidak ada denyut nadi.

   Dokter menyuruh suster untuk mengambil merangsang detak jantung beberapa kali joul tapi tetap tidak ada perubahan. Saat itu Kamis, 20 April 2021 tepat pukul 17.05 Anjelin dinyatakan meninggal.

    Runtuh dunia Rey, hatinya terasa hampa, pandangan kabur dia masih tidak bisa menerima bahwa Anjelin benar-benar pergi meninggalkannya. Baru saja dia meminta untuk memeluknya, ternyata itu adalah sebuah perpisahan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status