Share

Bab 7 Pertemuan Kembali Rey dengan Anjelin

     Saling diam dengan tatapan kosong, Rey mencoba menawari roti yang sengaja dia bawa untuk makan siang nanti, tapi Anjelin menolak karena saat itu dia sedang diet.

“Kamu kuliah disini jurusan apa Cla?”

“Manajemen Bisni, kamu?”

“Sama lah kita, kelas apa sih kalau aku kelas A.”

“Aku kelas B kok.”

“Yuadah Cla, aku masuk kelas dulu maaf tadi tidak sengaja menabrak.”

“Iya”

        Rey mencoba tegar saat meninggalkan Anjelin yang masih duduk di bangku depan kantor M.Bisnis.

        Hati mereka sama-sama sakit, saat itu Anjelin juga terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Rey ingin menanyakan itu tapi dia tidak bisa untuk mengutarakannya.

        Tiba perkuliahan berlangsung, masing-masing mahasiswa baru saling memperkanalkan diri agar bisa dihafal oleh teman di kelas.

        Di kelas manajemen bisnis A mahasiswanya berjumlah 34, dengan 14 laki-laki dan 20 perempuan. Laki-laki di kelas itu memakai pakaian yang rapi alian baju masuk, sangat berbeda dengan Rey.

        Namun tetap saja pesona Rey mampu membius semua perempuan di kelas itu. Giliran Rey berkenalan mahasiswi banyak yang bertanya ini itu, sampai dihentikan oleh dosen karena pertanyaannya terlalu pribadi.

          Rey juga malas ditanya-tanya mengenai jomlo tidaknya. Sehingga dia menampakkan wajah yang tidak suka.

        Pelajaranpun berlangsung, dosen memperkenalkan buku yang harus dimiliki oleh masiswa Mabis baru, yaitu dasar-dasar manajemen bisnis.

             Empat jam berlalu, dosen menutup kelas untuk pagi itu. Rey dirangkul oleh mahasiswa baru oh namanya John. Ia blasteran dari Inggris dan Indonesia.

         Kini dia menjadi teman dekat Rey di kampus. Rey yang masih cupu secara dia mahasiswa baru yang hari-hari sebelum masuk tidak mau mengelilingi kampus.

         John mengajaknya untuk melihat detail gedung Mabis dulu. Rey yang sudah lapar, malah mengajak makan dikantin.

        John menyetujui karena sebenarnya dia juga lapar. John merekomendasikan kanti dijurusan lain.

“Ayo makan di kantin FIK, disini menu-menunya kurang rekomen”

“Di kantin kita sendiri saja, waktu pergantian kita kan hanya sisa 15 menit, dan udah terpakai 4 menit dari tadi.”

“Yaudah kalau begitu, kuy lah.”

         Rey dikantin juga melihat Anjelin duduk dengan dua temannya, sepertinya mereka memesan mie rebus pakai telor.

        Rey melihat itu segera memesan makanan di kedai yang sama. Dia bertanya pada penjual apakah Anjelin sudah membayar makanannya.

        Ternyata belum, Rey yang membayar makananya sekalian. Rey memesa tahu telor memakai lontong.

“Eh bro, kamu kenal sama cewek itu?” Tanya John pada Rey

“Iya dia mantan SMA aku, kenapa kepo?”

“Enggak cuma tanya aja, pantesan kamu yang bayar. Kenapa bisa putus padahal kalian berdua mirip.”

“Itu urusan ku lah”

        Rey teringat dia SMP waktu itu dikantin lupa tidak bawa uang, Anjelin yang membayarnya. Rey juga tiba-tiba tertawa mengingat mereka dinobatkan murid terculun di sekolah oleh kakak kelas saat ospek.

“Lah kamu kesambet setan ya, tiba ketawa?”

“Sut, aku lagi memorial.”

“Oo”

        Masa lalu itu membuat rasa lucu, sebelum akhirnya dekat dengan Melody yang membuat masa-masa indah itu kabur. Tapi Rey juga menyadari, Melody tidak sepenuhnya salah.

         Sudahlah semua sudah berlalu!

Anjelin dan teman-temannya sudah selesai makan. Mereka hendak membayar, ketika satu persatu membayar tiba giliran Anjelin “Maaf mbak tadi sudah dibayar sama mas-mas yang di sana.”

         Anjelin melihat ke arah yang ditunjuk ibu kantin. “Loh Rey, mengapa masih perduli dengan aku.”

         Anjelin hendak menghampiri Rey, tapi keburu dipanggil temannya karena sudah waktunya masuk kelas. Anjelin hanya bisa memberikan pandangan sedih campur marah ke Rey.

         Rey makanannya baru datang, dengan cepat mereka berdua makan. Setelah 5 menit makan, mereka berdua langsung berjalan cepat untuk masuk kelas.

         Rey dan John masih telat masuk kelas, mereka yang tidak temperamen dosen kali ini kaget ketika dibentak

“Kalian telat 5 menit, silahkan berdiri di depan selama 15 menit”

            Mereka berdua sempat kaget dan langsung mengikuti, teman-teman yang lain ketakutan sambil menunduk membaca lembaran kertas yang dibagikan dosen itu.

           Ternyata itu adalah aturan yang dibuat oleh dosen tersebut. Dalam lembaran kertas terdapat 25 poin yang harus ditaati oleh mahasiswa baru.

“Permisi Pak kami sudah 16 menit berdiri disini” konfirmasi John pada dosen.

“Silahkan menyanyikan lagu kesukaan kalian, salah satu saja yang menyanyi!”

“Karena John yang kurang tahu lagu-lagu indonesia, akhirnya Rey yang memutuskan menyanyi”

        Rey membawakan sebuah lagu hasil karangan dia dengan Anjelin yang berjudul “Akhir adalah awal untuk cinta,” lagu itu dinyanyikan dengan suara lantang dan penuh penghayatan.

           Tidak diduga kelas Anjelin bersebelahan dengan kelas Rey, samar-samar Anjelin mendengar itu “Rey kamu masih mengingat lagu itu.” Gumam Anjelin dalam kelas.

        Rey hampir menitikkan air mata, tapi teman-temannya memberinya tepuk tangan. “Nah bagus juga suara kamu, silahkan duduk sebenarnya saya tidak suka menghukum tapi untuk pelajaran saja ya.” Pungkas dosen dengan tepuk tangan sekali lagi.

         Kelas kembali hening, menikmati pemaparan materi dari dosen, semua mahasiswa mencatat apa yang dituliskan dosen di papan tulis, juga sesekali dosen menunjuk mahasiswanya untuk brainstorming.

        Sehingga mahasiswa harus fokus, dan banyak membaca agar pemikiran semakin luas. Detik itu juga Rey kembali menjadi sesorang yang tertib dan rajin membaca.

         Meskipun penampilan seperti mahasiswa sastra yang bois, tapi otak sudah sepenuhnya mahasiswa kantoran. Beberapa kali berpapasan dengan Anjelin, tapi dia hanya bisa mengalihkan pandangan sedangkan Anjelin sebenarnya ingin berbicara.

Digrup w******p angkatan, ketua jurusan menghibaukan untuk besok Kamis, mahasiswa baru Mabis berkumpul di aula mengikuti seminar nasional.

          Mengambil kesempatan itu, Anjelin duduk disamping Rey. John yang melihatnya hanya bisa berdiam, dan tidak berani meledek.

“Rey makasih ya untuk traktiran kemarin”

“Iya Cla, udah seharusnya aku membayar kan kamu sering ketinggalan uang”

“Haha iya, kamu masih mengingat semua itu,” Anjelin sembari menahan kesedihan yang dalam.

“Semua tentang kita aku ingat Cla, tapi sudahlah jangan dibahas lagi.”

“Rey kamu tidak ingin memperjelas permasalahan dulu.”

“Semua kan sudah berlalu Cla, apa yang hilang tidak dapat diulang.”

“Aku yang hilang semua, bukan kamu Rey.”

          Ketika Anjelin mengatakan itu, Rey seperti tersambar petir dalam hati. Jika saja saat itu tidak duduk diruang aula yang banyak orang, dia sudah menjerit.

      Menahan emosi yang dalam, Rey ingin mengatakan dengan lantang bahwa,

 “Aku Cla yang sakit, aku demam tinggi selama 7 hari, aku membuat ibuku pingsan karena mecoba bunuh diri, akhirnya aku menjadi berandal dan itu membuatku semakin nyaman meskipun aku tahu Tuhan akan menghukumku nanti”.

       Tetapi Rey hanya menahannya sehingga membuat pundaknya semakin naik, dan wajahnya memerah antara ingin marah, menangis, atau apalah semua bercampur saat itu. Padahal semua karena salah paham.

           Kegiatan seminar saat itu masih berlangsung, namun diberikan jeda 15 menit untuk peserta istirahat dan menyusun sebuah pertanyaan untuk pemateri.

        Memanfaatkan kondisi itu Rey mencoba lihat-lihat kesekeliling barang kali ada bangku kosong untuk dia pindah.

“Tidak usah pindah Rey, 5 menit lagi aku yang keluar dari aula kok.”

         Mendengar ucapan itu, seakan-akan Rey merasa bersalah memang apa salahnya dia mendengar dulu penjelasan dari Anjelin.

“Emang kamu mau kemana, kam seminar sampai jam 2 siang?”

 “Tidak kemana-mana sih”

“Kena…”

          Belum sempat Rey bertanya kembali, kalimat pertanyaannya dihentikan oleh gawai Rey yang berdering. Ketika dilihat ternyata itu Melody.

         Karena Rey saat itu tidak menggunakan mode gelap untuk layar Hp, maka sangat dimungkinkan Anjelin melihat siapa yang menelepon.

          “Hallo Rey, kamu masih di kampus? Dua hari kedapan ini aku free dari Kantor. Kita jalan Yuk?

          “Kamu ngapain telpon sih, aku masih ada seminar”

          “OMG sorry lagian kamu angkat juga”

          “Dua hari lagi kan hari Sabtu, kamu aku suruh kamu bawa pesenanku itu ke kos.”

“Iya aku ingat, sekalian antar itu kita jalan aja.” Paksaan Melody didengar oleh Anjelin.

       Mendengar itu Anjelin hanya bisa tertunduk lalu mengambil totebagnya dan beranjak pergi. Rey mengetahui itu segera mematikan Hp dan menyusulnya, tapi dicegah oleh John karena hari ini dia ditunjuk dosen Killer yang menghukumnya untuk bertanya.

       Anjelin paham dia kuliah di PT itu adalah pilihan yang salah. Dia menyalahkan dirinya kenapa bisa lolos di PT pilihan kedua sedangkan dia menginginkan perguruan tinggi yang ada di Surabaya.

Ting! Ting!

       Sebuah pesan masuk bertuliskan “Hay Anjelin, bagaimana kabar kamu? Besok kita bisa ketemu #Yoga.”

       Membaca pesan itu Anjelin langsung pucat pasi, dia yang semula berdiri menjadi terjongkok di depan koridor aula. Dengan terhuyung dia berdiri dan berjalan keluar kampus.

       Melody yang tadi bicara belum selesai, memberondong chat ke Rey.

  1. Rey aku setress kita sekali aja mutualan, aku dah bawain semua pesenan kamu. Yuk lah temenin aku jalan ke mana gitu.
  2. Yo ya wajib iya
  3. Tidak boleh tida

         Karena Rey yang risih ketika mendapat chat begitu banyak. Akhirnya pasrah saja.

Iya aku bisa temani kamu

         Giliran Rey bertanya dalam forum tersebut dan memang benar bawah pertanyaan Rey menjadi diskusi yang panjang antar pemateri, bahkan jika dikategorikan pertanyaan sebanding dengan mahasiswa S2.

      Setelah selesai, Rey dan John bersama-sama keluar, mereka masih menunggu kerumunan keluar semua dari ruangan baru mereka pergi keluar.

Dia melihat bangku disebelah kanannya yang kosong, semula itu disinggahi oleh Anjelin. Lirikan mata yang beralih di bawah bangku, terdapat benda yang jatuh.

       Diambillah oleh Rey dan ternyata itu adalah sebuah dompet. Rey memeriksa dalam dompet untuk mengetahui identitas pemiliknya.

      Sekali membuka terpampang foto mereka sewaktu SMP. Rey langsung mengenali itu dompet Anjelin.

      Rey tidak sengaja membuka dalamnya lagi, terdapat uang tiga ratus ribu dan sebuah surat yang dilipat paksa untuk menjadi kecil.

      Rey yang penasaran membuka surat tersebut, alangkah kaget Rey tepat dua hari setelah Anjelin pergi menangis karena melihar dia dengan Melody mama kesayangannya meninggal.

      Itu adalah surat pernyataan dari rumah sakit bahwa mamanya meninggal. Rey juga membuka sisi dompet lain, terdapat sebuah surat dilipat menjadi emapt dengan ukuran A4 itu adalah sebuah pernyataan pengalihan sertifikat rumah kepada pembeli.

        Rey menyadari arti kata Anjelin bahwa dia lebih kehilangan segalanya dari pada dirinya. Rey sangat merasa bersalah lebih dan lebih saat itu.

         Rey pun tahu kalau Anjelin masih menyimpan foto mereka didompeta artinya bahwa Anjelin masih ada perasaan dan belum bisa melupakannya.

      Ketika Anjelin hendak naik angkot pulang, ia baru menyadari dompetnya hilang. Sontak dia pun berlari lagi ke ruang aula untuk melihat apakah dompetnya tertinggal di dalam.

      Nahasnya ruang aula sudah tutup, ketika berbalik dia menabrak dada seseorang itu adalah Rey. Rey tahu dia pasti panik dompetnya hilang, dia berencana mengajak Anjelin keluar dengan dompet sebagai stimulusnya nanti.

          “Rey, kamu lihat dompetku tidak?      Tiba-tiba dalam tasku sudah tidak ada. Aku tidak bisa pulang karena uangku disitu semua”

          “Enggak lihat Cla, kamu selalu saja lupa akan barang-barang penting”

      Mendengar itu Anjelin hanya bisa menangis dengan terisak. Rey yang rindu melihat tangisan itu, menyentuh wajahnya dan mengusap air matanya.

      Sudahlah dompetmu sulit ditemukan apalagi tadi banyak orang dalam aula, dan sekarang penjaga udah pulang kan.

      Rey segera mengajak pulang Angelin dan menawarkan diri untuk mengantarnya ke rumah.

          “Sudahlah Cla sepertinya gak ketemu Cla, kita pulang aja dulu. Besok lagi kita cari ke sini pagi-pagi”

          “Bagaimana aku pulanya” anjelin masih menangis dan berusaha menelusuri koridor depan aula.

          “Aku antar kamu pulang saja”

“Jangan nanti kekasihmu si Melody marah”

"Halah dia, tidak usah di gubris”

      Mendengar itu aslinya hati Anjelin semakin sakit, padahal dia berharap Rey akan bilang “Dia Cuma temen kok.” Ternyata Rey tidak menyangkal sedikitpun.

“Cla sudah aku antar kamu saja ya.”

“Em iya kalau begitu.”

 “Siap, aku ambil motor dulu, kamu tunggu disini. Awas jangan kemana-mana. Aku lebih susah nyariin kamu dibandingkan dompetmu”

      Perkataan Rey membuat Anjelin tertawa. Dia senang karena Rey masih memperdulikan dia. Namun Anjelin juga sedih karena tidak bisa bersama seperti dulu lagi.

          “Iya siap, cepat-cepat ya”

          “Oke bentar”

      Rey kembali ke tempat Anjelin dengan motornya. Anjelin segera naik ke motor.       Saat dalam perjalanan mengatar Anjelin karena ada kendaraan yang tiba-tiba berhenti di depan mereka, Rey menginjam rem mendadak.

        Anjelin tidak sengaja memeluk Rey dengan erat. Tanpa disadari Rey sangat merasa senang. Agar tetap di peluk Anjelin. Rey malah menakut-nakuti Angelin.

      Anjelin yang tetap polos merasakan Rey membawa motor dengan sangat cepat dia sangat ketakutan dan mencoba memeluknya meskipun sebenarnya merasa enggan, tapi Rey langsung menarik tangannya Anjelin tanpa ragu.

          Saking senangnya Rey karena kembali bisa merasakan pelukan kekasih tercinta dulu, dia lepas kontrol dalam menambah kecepatan motornya.

       Hingga tiba-tiba Anjelin menjerit “Rey berhenti.” Rey sontak mendadak memberhentikan sepedangan dan mereka berdua terjatuh.

       Rey yang panik berusaha melepas kakinya yang tertimpa motor dan berusaha menenangkan Anjelin.

“Anjelin kamu tidak apa-apa kan?”

“Tidak Rey, hanya lecet sedikit di kaki saja kok.”

“Maaf aku tidak lihat kalau di depan ada nenek dengan cucunya menyeberang jalan.”

“Untung saja kamu masih bisa dengar teriakan aku Rey, jangan diulangi lagi ya.”

“Iya tidak akan.”

          Akhirnya mereka berdua kembali berkendara dengan hati-hati. Kaki Anjelin yang sakit menyebabkan dia semakin menyenderkan ke punggung Rey.

“Anjelin ternyata kamu masih seperti dulu, tidak bisa marah melihatku berbuat salah.’

“Tidak Rey, aku marah pada sesuatu yang salah namun dikategori berat seperti kamu selingkuh.”

       Rey hanya berdiam, dia ingin menjelaskan pada Anjelin tapi pesimis karena Anjelin tidak akan pernah bisa percaya.

          “Rey orang yang salah masih bisa dimaklumi, tapi yang lebih salah adalah dia ketahuan bersalah tapi tidak ada pembelaan untuk dirinya sendiri agar tidak dipandang salah.”

         Ada sebuah harapan untuk Rey, ia mengelus tangan Anjelin yang melingkar di perutnya. “Anjelin aku akan jelaskan saat berada dirumah kamu.”

      Tiba Rey dirumah baru Anjelin, Rey pura-pura tidak tahu dan bertanya “Cla ini rumahmu pindah kesini.”

      Anjelin hanya tertawa “Rey bukannya sudah tahu kan dompetku ada di tasmu.”

      Rey menjadi kikuk bagaimana dia bisa tahu. Rey menampakkan ekspresi kaget, dan Anjelin menjelaskan bahwa saat jatuh dia membawakan ransel Rey dan dia melihat dompetnya di dalam.

HAHA

       Anjelin membuka pintu rumah, dia mempersilahkan Rey masuk ke dalam. Rumah yang sederhana tapi suasana yang damai terpnacar dari rumah baru Anjelin.

“Cla dimana kotak PK3 mu?”

"Depan kamu Rey di lemari paling atas”

        Rey mengambil kotak P3k. Dia membantu Anjelin membersihkan luka di kakinya, Rey kaget ternyata lukanya cukup parah tapi Anjelin hanya mengatakan lecet.

"Cla lukamu ini harus dibawa ke rumah sakit”

“Sudahlah Rey, ini bisa ditangani sendiri jangan dikit-dikit ke ahli medis.”

      Rey hanya menuruti dan membantunya menyiapkan perban, sedangkan membersihkan luka dilakukan sendiri oleh Anjelin.

“Rey kamu masih takut dengan darah, bagaimana jika Melody jatuh kaya begini?”

“Dia bisa sendiri.”

      Rey yang melihat wajah Anjelin berubah menjadi muram, Rey mengoreksi lagi apa yang salah dari jawabannya. Rey sadar bahwa sedari tadi Anjelin terus mengira Melody adalah pacarnya masa kini.

“Cla jangan pernah berfikir Melody adalah pacarnya, dia hanya sering aku repotkan saja.”

“Sering direpotkan akan menumpuk hutang budi Rey, hati-hati. Oh, iya tadi kamu mau menjelaskan apa?”

      Rey akhirnya menceritakan kenapa Melody bisa ada di kamarnya saat itu. Berkali-kali dia mencoba menghubungi Anjelin tidak bisa akhrinya dia sempat prustasi.

“Iya aku block kamu di semua akun, aku depresi mamaku semakin parah jadi aku sudah putus harapan dan tidak maumendengar apapun.”

      Rey menyadari itu dan menundukkan kepala kemudian meminta maaf.

      “Rey semua tidak ada yang salah kok, yang penting kan kita sudah tahu alasannya. Aku juga minta maaf”

       Mereka akhirnya bercengkrama dengan begitu romantis. Anjelin juga menanyakan mengapa dia menjadi seperti itu penampilannya. Rey menjelaskan dan berjanji untuk kembali seperti dulu.

        Tetapi Anjelin melihat Rey semakin bersinar dengan berpenampilan sesuai dengan dirinya sendiri. Rey yang salut langsung memeluk Anjelin.

“Cla kita mungkin bisa bersama lagi tidak?”

“Mungkin tapi duniaku sudah berbeda dari sebelumnya memang bukan masalah buatmu?”

“Apa yang membuat kita beda?”

“Sekarang aku harus bisa menghidupi diriku sendiri dengan beasiswa dan kerja part time menjadi penulis.”

“Justru itu kamu lebih dewasa dari yang lain. Aku menerima itu.”

      Anjelin mendengar itu dia menjadi senang, tapi dia tidak segera menjawabnya. Ia akan menjawab ketika Rey menuruti keinginan Anjelin untuk pergi berlibur.

      Rey langsung mengiyakan. Tiba-tiba langit menjadi mendung, Rey mengingat dia tidak membawa mantel. Dia juga meminjam motor John untuk mengantar Anjelin.

      Rey berpamitan untuk pulang, Anjelin berusaha mengantar sampai pintu dan melambaikan tangan pada Rey.

        Pulang dari rumah Anjelin, hatinya berbunga-bunga. Ratusan chat dari Melody kembali diabaikan. Melody yang cemas terus menghubungi Rey tapi dia tidak mendengar dering Hpnya karena sudah berisik dengan detak jantungnya.

          Rey kembali ke kampus, John masih berada disana kebetulan dia ada bimbingan untuk mengikuti penelitian bisnis diperusahaan, secara ayahnya Wakil Dekan jadi sudah dipastikan putranya akan diikutkan kegiatan dosen.

“Hay Rey gimana sukses misimu?”

“Alhamdulillah membawa berkah perkataanmu.”

“Terus kamu pulang naik apa Rey?”

“Cuma di belakang kampus bisa jalan kaki”

“Udah lah ayo aku antar sekalian biar tahu kos kamu.”

       John mengantarkan Rey pulang, ketika sampai Rey langsung masuk ke kamar sambil bersiul. Rey seperti menemukan kebahagian yang lama terpendam.

      Sampai kamar dia bercermin sembari menata rambut panjangnya, betapa senangnya dia Anjelin menerima dia lebih dari sebelumnya, “Tapi dia kan belum menjawab ajakan balik dari aku iya atau tidak.”

     Rey kembali murung kemudian beranjak bersih diri dan tidur. Sebelum tidur dia membuka Hp banyak sekali pesan dari Melody.

      Ternyata dari tadi Melody juga menghubungi lewat telepon. Rey ikut cemas karena di dalam pesan terdapat kata-kata mobil ditabrak orang dari belakang.

      Rey menghubungi berkali-kali tidak diangkat, dia juga mengirimkan pesan suara. Namun juga tidak ada respon.

      Rey hanya bisa mondar-mandir mencemaskan keadaan Melody. 35 menit berlalu, Rey selalu memantau ponselnya. Sampai dia ketiduran.

      Hingga akhirnya ponselnya berdering tanpa pikir panjang dia mengangkat dan langsung bertanya “Bagaimana keadaanmu sekarang Mel?”

“Mel siapa bro aku John mau tanya tugas dari dosen Bagus tadi.”

       Shit ternyata itu John dia kira Melody. Setelah panjang lebar menjelaskan ke temannya Rey segera menutup percakapan. Dan kembali menghubungi Melody.

      Akhirnya diangkat oleh Melody. Rey segera menanyakan keadaan yang terjadi. Melody menjelaskan bahwa dia baik-baik saja, sekarang sudah ditangani polisi.

     Melihat tingkah khawatir Rey, Melody semakin senang. Sebelum Rey mengakhiri telepon Melody mengingatkan kembali Rey “Rey jangan lupa perjanjian kita ya aku jemput kamu untuk jalan-jalan.” Rey hanya bisa menjawab iya.

      Rey menghembuskan nafas lega dan kembali melanjutkan tidurnya.

     Di luar sana Melody kegirangan mendapat perhatian dari Rey pertama kali sejak dia dekat dengannya. Melody memesan tempat di pantai tiga warna, memesan restoran bintang 5 dekat pantai.

     Melody mempersiapkan semua untuk menyambut keberhasilan Rey masuk kuliah. Melody berharap Rey senang dan menikmati kebebesana bermain diluar Kota Jakarta.

     Melody semakin larut dalam kesenangannya. Sampai dia mencetak foto Rey lagi untuk dijadikan polaroid di kamarnya.

      Berbeda kondisi dengan Anjelin, dia tidur istirahat sore dan memikirkan banyak hal dia harus berusaha lebih agar mendapat pemasukan.

       Kini juga menjadi sebuah beban karena kakinya semakin lama semakin sakit. Dia jadi izin tidak bisa masuk kerja terlebih dahulu.

         Anjelin tidak mampu harus menulis sedangkan fikirannya tidak fokus sama sekali. Anjelin sore itu menjadi kalut, dia kembali murung berbeda dengan suasana bersama Rey.

       Kaget ketika Rey terbangun suasana kamar menjadi gelap, tangan Rey meraba-raba kasur mencari ponselnya ternyata ada di tangannya sebelah kiri.

     Dia bingung ini pagi apa malam, ketika melihat jam di ponsel ternyata sudah pukul 19.00 WIB. Rey langsung mandi, setelah mandi dia memasak nasi.

     Rasanya tidak lengkap jika orang Indonesia makan tanpa nasi. Rey hanya memasak mie rebus. Karena dia malas keluar, juga banyak tugas diminggu pertama kuliah.

     Tidak membutuhkan waktu berjam-jam, masakan Rey sudah matang semua.  Perlahan dia mengambil nasi untuk dicampur dengan mie rebus buatannya.

     Setelah menghabiskan makannya. Rey melihat ponsel, dia mencari nomor Hp Anjelin di grup angkatan untuk disimpan. Setelah menyimpan, dia ragu-ragu untuk mengirim pesan padanya.

      Dengan penuh keberanian dan harapan tinggai Rey mengirimnya pesan “Anjelin bagaimana dengan lukamu? Jangan telat makan malam ya.”

      Ponsel langsung diletakkan setelah mengirimkan pesannya itu. Tidak lama ada notif balasan chat.

       “Rey jangan lupa makan, aku udah pesan makan online untukmu tunggu depan pintu ya.”

      Ternyata itu dari Melody. Rey membalas makanan apa, tadi Melody sudah keburu untuk menonaktifkan ponselnya. Tidak berselang lama didepan pagar terdengar suara “Pesanan online food atas nama Reymond.”

      Segeralah Reymond keluar untuk mengambil kiriman Melody. Ketika kembali ternyata isinya martabak telor. Dia dengan perut kenyang serasa mau mutah melihat makanan banyak.

      Dia membagikan ke temen-temen kos, dan menyisakan 2 potong untuk dirinya. Rey melihat ponsel, Anjelin belum membalasnya.

      Rey berniat untuk langsung menelpon tapi takut jika Anjelin sedang tidur atau work from home. Daripada menunggu chat balasan dari Anjelin.

      Dia memutuskan mencari materi untuk perkuliahan besok, sehingga ketika dosen menjelaskan dia dapat menanyakan poin yang tidak diketahui.

      Rey mulai membaca artikel yang membahas materi besok, mencatat dalam buku diarynya mengenai teori dasar dan praktik yang harus dipahami.

      Rey membandingkan temuan para ahli dengan perkembangan ilmu manajemen bisnis saat ini. Rey membuktikan tanpa harus pergi sering ke perpustakaan dia juga mempunyai banyak pemahaman akan ilmu, asal sumber pembelajaran online itu kredibel.

      Sampai larut malam, Rey masih belajar akan materi esok. Dia melupakan rasa ngantuknya ketika dia sudah berambisi untuk menguasai materi tertentu.

      Jam berputar dengan cepat, Rey selesai belajar menunjukkan pukul 00.00 WIB, dia tidak membuka Hp lagi dan langsung berbaring di kasur. Rey mulai terlelap dan ponselnya berdering tanda ada pesan.

      Tidur Rey semakin nyenyak ditambah guyuran hujan yang deras, suasana kamar menjadi dingin. Rey menarik selimut kedalam dekapan untuk menghangatkan seluruh tubuhnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status