Beranda / Romansa / Love Is Complicated / Cara Untuk Move On

Share

Cara Untuk Move On

Penulis: Feroza
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-17 16:57:29

"Itu karena donatnya gagal move on, hatinya sudah lebur jadi abu. Makanya bolong," jelas Lynn dalam satu tarikan napas.

Wajah Steve langsung cengo, gigitan donat dalam mulutnya hampir jatuh.

"Teori macam apa itu?" sanggah Steve.

"Teori Lynn ulala yang membahanalah!" ujar Lynn dalam satu tarikan kecepatan penuh.

"Kau baru saja menyindirku?" Steve menyipitkan mata.

"Baguslah kalau kau merasa tersindir," jawab Lynn sambil lalu membawa cangkir teh kosong miliknya dan milik Steve. Steve memandang punggung Lynn yang tengah mencuci cangkir itu lalu meletakkannya di rak samping wastafel. Lynn mengeringkan tangannya kemudian mendekat ke arah meja.

"Berikan ponselmu!" 

Steve melihat Lynn bergantian dengan tangannya yang kini menadah meminta ponsel.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Steve membuat bola mata Lynn berputar 360 derajat.

"Berikan saja padaku!" 

Steve terpaksa menyerahkan ponselnya menyadari nada paksaan Lynn. Terkadang, Steve memang merasa takut dengan Lynn. Lynn menerima ponsel itu, berusaha menahan senyum kemenangannya lantas mengotak-atik ponsel Steve.

"Nih!" sodor Lynn. 

Mata Steve langsung melotot, ia langsung berdiri dari duduknya. 

"Kau menghapusnya?!" teriak Steve.

"Tentu. Hal pertama yang harus kau lakukan untuk move on adalah menghapus semua foto-fotonya." Lynn melipat tangan di dada, tak ada nada bersalah dalam ucapannya. Berbeda dengan Steve yang kini menatap nanar galerinya. Lynn benar-benar menghapus semuanya tanpa tersisa. Itu berarti, Steve tak bisa lagi melihat wajah cantik Rose.

"Dengar, Steve, kau harus bisa melupakannya, kau harus move on darinya. Bagaimanapun caranya. Karena percuma saja kau menyimpan memori dengannya, Rose tak akan peduli dengan kenangan manis kalian dan Rose mustahil berlabuh kembali di hatimu. Yang ada justru kau yang semakin terluka, Rose pastinya sudah bersenang-senang dengan pacar barunya. Kalau Rose saja bisa kenapa kamu tidak, ya kan?!" Lynn menatap manik mata Steve, Lynn tak berniat mengungkit masa lalu. Namun, sepertinya itu perlu untuk menyadarkan Steve saat ini.

"Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya semudah itu jika dia tidak hanya membawa separuh jiwaku, tapi seluruh jiwaku!"

Lynn merasa sedikit bersalah, wajah Steve sudah murung di pagi yang cerah itu.

"Oleh sebabnya itu, kau harus membuktikannya," ujar Lynn dengan lembut. Lagi-lagi Steve hanya menatapnya kemudian mengangguk. 

"Senyum, dong!" 

Senyum terpaksa menghiasi bibir Steve.

"Langkah kedua apa?" Senyum Lynn merekah mendengar pertanyaan Steve.

"Bakar semua fotonya."

Steve memasuki kamarnya diikuti Lynn, pertama kalinya ia menginjakkan kaki di kamar lelaki itu. Aroma maskulin menusuk inderanya. Netra Lynn menatap setiap sudut-sudut dinding.

"Bolehkah?" izin Lynn.

Steve mengangguk diikuti helaan napasnya. Lynn merebut sebuah bingkai foto Rose yang sedang tertawa, tampak seperti foto yang diambil diam-diam. Namun, Rose tampak terlihat bahagia di foto itu. Rasanya bagai dongeng, Rose meninggalkan Steve begitu saja, apa perasaan Rose hancur seperti Steve atau Rose memang tak mencintai Steve? Batin Lynn.

Terkaan Lynn salah total kala dia mendapati foto Steve dan Rose yang saling merangkul. Di foto itu, Rose melirik ke arah Steve, tampak cinta yang besar di matanya. Sebenarnya apa motif Rose meninggalkan Steve? Pikir Lynn.

Lynn melepas foto-foto tersebut dari bingkainya, melepas jepitan-jepitan foto polaroid di kamar Steve. Steve hanya terduduk pasrah menyaksikan Lynn melepas semuanya.

Steve membawa Lynn ke taman belakang, menumpukkan ranting-ranting kecil kemudian menyalakan api. Mata Steve meredup, Lynn menatap bola mata Steve yang terpantul cahaya api.

"Kau bisa melakukannya, kan?" Lynn menyerahkan foto-foto kebersamaan Steve dan Rose. Lynn melangkah masuk ke rumah, memberikan ruang privasi untuk Steve.

Steve menatap foto-foto tersebut untuk terakhir kalinya. Menyaksikan satu-persatu foto-foto itu dilahap api. Steve memandang lama foto terakhir di tangannya, foto kala dia mengecup kening Rose. Foto itu seketika hangus kala bersentuhan dengan api dan perlahan api itu memadam, kehabisan ranting dan bahan bakarnya.

"Sudah?" tanya Lynn mengalihkan matanya dari majalah pria di meja ruang tamu. Steve mengangguk pelan lalu menyandarkan dirinya di kursi, matanya terpejam.

"Makasih, Lynn. Aku merasa sedikit lebih baik."

Lynn hanya mengangguk.

"Tapi, bagaimana aku bisa melupakan kenangannya?" tanya Steve kembali. Seumur hidup dia tak pernah mengalami kegalauan bertaraf ekstrem sebelum bertemu dengan Rose. Masih diingatnya mantan-mantannya; Indah, Clara, dan Jessi. Steve cukup santai saja walau memang Steve sendiri yang memutuskan hubungan dengan mantannya saat itu. Berbeda dengan Rose. Rose yang memutuskannya, secara tak terduga.

"Kau harus alihkan fokus pikiranmu. Cobalah kencan dengan wanita lain," saran Lynn.

"Aku tak dekat dengan seseorang saat ini," balas Steve.

"Kalau begitu, kencan denganku saja." 

Steve lantas tertawa, dia menanggapi ucapan Lynn sekedar gurauan, itu sungguh menggelitik perutnya. Tapi, aku serius, Steve! Teriak Lynn dalam benaknya. Lynn lantas tersenyum paksa dan ikut tertawa.

Steve merenungkan saran 'kencan' Lynn. Di kepalanya dominan memilih Jessica. Namun, Steve dilanda kebingungan, dia bahkan tak kenal Jessica, pertemuan mereka sedikit tragis. Steve jujur bahwa dia menaruh minat, tertarik dengan Jessica. Namun, bagaimana jika Jessica sedang dekat dengan seseorang? Pikiran Steve berkecamuk. 

Steve memberanikan diri menghubungi Jessica yang langsung diangkat pada dering pertama. Lenyap sudah beban pikiran berkecamuknya kala mendengar sapaan Jessica, tawanya sungguh menenangkan. Obrolan keduanya mengalir hingga lima belas menit lamanya, degup jantung Steve menderu. Haruskah dia mengajaknya kencan atau tidak? Batin Steve. Namun, bagaimana jika dia menolak? Mau ditaruh mana mukaku? Lagi-lagi pikiran Steve berkecamuk. Jessica memanggil nama Steve, menyadari suara hening di teleponnya.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" 

"Tentu. Apa yang ingin kau tanyakan?" 

Steve menghela napas. Dia akan melakukannya, resiko ditanggung di belakang.

"Apa kau sedang dekat dengan seseorang?" tanya Steve pelan. Suara hening seberang telepon memacu deru jantung Steve, tanpa sadar dia menggigit bibirnya. 

"Tidak untuk saat ini, kenapa?"

 Tubuh tegang Steve melemas kemudian menghela napas lega, senyum terbit di wajahnya.

"Aku hendak mengajakmu ke suatu tempat. Hm, sekedar perkenalan. Tapi, ya itu ... jika kau tak keberatan." 

Jessica sedikit tertawa mendengar nada patah-patah ucapan Steve.

"Tentu," jawab Jessica. 

Steve bersorak menang dalam hati. Steve mulai mengatur jadwal pertemuannya dengan Jessica dan langsung disetujui Jessica.

Steve bangun lebih pagi bersiap menuju tempat kerjanya, kemudian mengeluarkan mobilnya dari garasi. Sebelumnya, dia mampir di toko donat langganan Lynn, membeli se-boks donat favorit Lynn.

Lynn menatap bergantian boks donat dan wajah Steve yang menurutnya terlalu berbinar, tampak terlihat seperti baru saja memenangkan lotre.

"Sebagai ucapan terimakasih," jelas Steve.

"Aku baru saja mengajak Jessica kencan, bukan, tepatnya perkenalan ulang," lanjut Steve. 

Alis Lynn bertautan, mengingat nama teman wanita Steve tapi tak kunjung menemukan nama Jessica. Lynn kembali menatap Steve menuntut penjelasan lebih, dilihatnya Steve mendengus.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Love Is Complicated   The End

    "Aku menolak."Rahang Steve terbuka. Apa yang baru saja dia dengar? Sebuah penolakan? Hell no."Kamu ...."Rose tersenyum kecil, kening Steve berkerut dibuatnya. Gelak tawanya terasa ingin meledak."Aku menolak menikahi pria lain selain Steve Robinson."Seketika tawa Rose meledak. Wajah cengo Steve jauh lebih buruk dibanding ekspresi kagetnya sebelumnya.Rose menepuk pipi Steve pelan, menyadarkan keterkejutannya. "Steve!""Maksudmu?"Ucapan Steve spontan membuat Rose memutar bola mata, merasa gemas dengan Steve."You look like an idiot. Just give me a propose, that is all you should do. Right now, in here!"(Kamu terlihat seperti idiot. Lamarlah aku, satu hal yang harus kamu lakukan sekarang.)Mata Steve berkilat-kilat. Diraihnya jemari Rose, menggenggamnya erat, lalu menciumi punggung tangannya lembut.Steve mengatur napasnya. "Roseletta Lee, menikahlah denganku."Sudut bibir Rose kian tertar

  • Love Is Complicated   Steve Menemui Lynn

    [Tepati ucapanmu semalam]Steve membaca pesan masuk. Dia tersenyum tipis. Dia pun menggeletakkan kembali ponselnya tanpa membalas pesan Rose.Steve mengatur napas, menatap pantulan dirinya di cermin. Hanya mengenakan pakaian kasual agar memberinya kesan santai, tapi wajahnya kendati demikian nampak tegang.Meraih kunci mobil di nakas, mengayun-ayunkannya di telunjuknya, ponsel yang hanya diselipkan di saku. Tak lama ponselnya ikut bergetar. Tertera nama Rose di sana.[Kamu akan berangkat, kan?]"Kau mengira aku ini apa? Tentu saja aku menepati omonganku. Namun ...."[Apa ada masalah, Steve?]Helaan napas berat lolos di bibir Steve."Kau benar-benar tak ingin menemaniku?"Rose menggigit pelan bibir bawahnya, dia bisa saja terlena dengan suara lesu Steve, tapi dia berusaha menahan diri.[Bukankah lebih baik jika kalian mengobrol empat mata?]Lagi dan lagi, Rose mendengar helaan napas di seberang.

  • Love Is Complicated   Rose Membujuk Steve

    Sore itu, Rose memutuskan tak langsung pulang ke rumah. Mobilnya berbelok memasuki kawasan kompleks perumahan Steve."Hai," sapa Rose saat pintu terbuka. Pria itu hanya tersenyum lebar, tapi Rose tahu sesuatu tengah menjanggal pikiran kekasihnya.Rose membalas tersenyum seraya menyelonong masuk rumah Steve."Ada apa kemari?" tanya Steve sedikit kikuk."Ada apa kemari?" ulang Rose. "Apa salah jika seorang pacarmu mendatangi rumahmu?"Steve menggelar tawa kecil sesaat sambil menekan pangkal hidungnya. "Bukan itu maksudku—""Terus?" Rose memangku dagu, tersenyum geli mendapati wajah kejut Steve.Sejenak kemudian, Steve memutar bola mata, sedang Rose sudah tertawa menyisakan garis lurus di matanya. Rose berpindah duduk di samping Steve. Menatap sejenak iris mata Steve, lalu menghembuskan napas."Kapan kamu akan mene

  • Love Is Complicated   Rose Menemui Lynn

    [Aku di perjalanan menuju rumahmu sekarang.]Lynn membaca pesan masuk dari Rose. Senyumnya terukir, senang rasanya bisa dimaafkan walau dia masih bisa belum bisa memaafkan dirinya seutuhnya.Lynn meletakkan ponsel di pangkuannya. Akhir-akhir ini, halaman belakang menjadi tempat favoritnya terlebih saat menjelang sore. Di dalam rumah hanya makan dan tidur saja, sisanya dia habiskan di taman, memandang air mancur lekat-lekat, atau hanya memejamkan mata menikmati semilir angin yang tak menenangkan gundahnya sedikitpun.Suara bel pintu terdengar. Rose sudah tiba.[Aku di halaman belakang.]Lynn mengirim pesan. Selang beberapa menit, Rose muncul. Kemeja kedodorannya berkibar-kibar seiring langkah besar-besarnya. Rambut pirangnya dikuncir rendah, nampak berkilau saat mentari sore menyoroti.Rose tersenyum lebar. "Hai!" Dia beralih duduk di bangku panjang depan Lynn. Kotak yang ditentengnya tadi dibuka dari kantongnya."Apa kabarmu?" tanyanya

  • Love Is Complicated   Jeff

    Lynn terduduk termangu, memandang kosong air mancur di halaman belakang rumahnya. Airnya berkilau seiring gemerlap lampu yang menyinari. Biasanya air mancur itu akan menenangkannya, deru airnya yang mengalun layaknya melodi yang indah, tapi kali ini tidak. Lynn tak merasakan ketenangan secuil pun.Jeff muncul dengan mug di tangan. Dadanya berdesir cemas melihat orang yang dicintainya masih terpuruk duka. Dia tahu betul bagaimana Lynn yang kini merasa hidup dalam bayang-bayang dosanya. Wanita itu belum memaafkan dirinya atas apa yang telah diperbuatnya."Kamu tak kedinginan?" Jeff memaksakan senyum tipisnya, dia menyodorkan mug berisi cokelat panas.Lynn membalas senyum Jeff kikuk. Dia menerima gelas itu, menghirup aroma manis dan wangi, tapi dia tak meminumnya. Dia hanya menggenggam mug itu, menatap kepulan kecil yang mengudara."Kamu tak boleh terus menerus seperti ini, Lynn. Bagaimanapun, kamu tetap harus melanjutkan hidup setelah—""Pantas

  • Love Is Complicated   Lynn Menemui Rose

    "Apa kabar, Rose?"Rose melirik ke arah Steve sebelum dia menjawab, "Lebih buruk!"Dia merasa lebih buruk, dia baru saja mendapat ingatannya dan Lynn menemuinya di hari itu juga. Sebut saja jackpot sialan."Maaf, aku baru menemuimu hari ini ...." Kalimat Lynn tercekat. Dia akui dirinya seperti pengecut. Terlalu takut dan malu menemui Rose.Rose melirik Steve dan pria di seberang kursi. Steve mengangguk kecil memahami arti tersirat tatapan Rose. Wanita itu ingin berempat mata saja dengan Lynn.Steve beranjak dari duduknya, merangkul Jeff meninggalkan ruangan itu. Sebelum Jeff benar-benar pergi, dia melirik Lynn seolah meyakinkan wanita itu akan baik-baik saja.Roe mengatur napasnya, berpindah duduk di samping Lynn yang duduk di kursi roda."Aku menyesal," lirih Lynn menatap Rose dan menunduk lagu.Rose memaksakan senyum tipisnya. Jika dia mau, dia bisa membalas perbuatan Lynn. Namun, dia enggan. Melihat kondisi Lynn yang cacat sep

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status