Home / Romansa / Love Is Complicated / Membeli Hadiah Untuk Jessica

Share

Membeli Hadiah Untuk Jessica

Author: Feroza
last update Last Updated: 2021-10-17 17:10:09

"Tragedi putus!!!" 

Lynn lantas berujar 'oh' mengingat Jessica adalah tokoh utama dalam cerita Steve kemarin. Wajar saja Lynn lupa, Lynn memang kategori pendengar yang tak menaruh minat pada nama seseorang yang tak dikenalnya.

"Jadi, kapan?" tanya Lynn mengambil donat rasa coklat dan mengunyahnya pelan.

"Aku akan menceritakannya saat makan siang nanti!" balas Steve sembari berbalik meninggalkan meja Lynn dengan cekikikan melihat wajah cemberut Lynn.

Netra Steve kembali fokus dengan layar monitornya, kesibukan kerja mengalihkan pusat pikiran Steve. Beberapa kali, Fianne berbalik ke arahnya untuk berbagi tugas mengerjakan laporan bulanan.

"Jadi?"

Steve dan Lynn baru saja menyelesaikan makan siangnya, Steve kembali memesan dua cappucino.

"Kami sepakat bertemu di malam minggu," jawab Steve lalu menyesap cappucino-nya.

"Kau menyukainya?" tanya Lynn kembali.

"Terlalu dini mengatakan itu, tapi, aku memang sedang mencobanya." 

Senyum getir nampak di wajah Lynn. Ada perasaan sakit hati dan rasa cemburu mendengar ucapan Steve. 

Jika setiap malam Steve meringkuk di bawah temaram bulan, memutar segala memori dengan Rose walau Lynn sudah melarangnya. Namun Steve bahkan tak bisa menyingkirkannya, memori itu berputar otomatis dalam kepala Steve. Namun, beda cerita lagi untuk saat ini, setiap malam selama dua jam, Steve menghabiskan waktu dengan menelepon Jessica.

Steve meninggalkan pesan singkat untuk Lynn kemudian Steve menyalakan lampu tidur, menjemput mimpi-mimpi indah.

"Ayo dong, Lynn. Kamu kok jahat sama sahabat sendiri." Steve menangkup kedua tangannya di depan dada, memohon pada wanita itu. 

"Tapi, aku capek, Steve. Sabtu saja kita belinya."

"Tidak bisa, Lynn. Aku kudu siap-siap," ujar Steve menunjukan wajah tampang imutnya yang justru terlihat menjijikkan di mata Lynn.

"Baiklah, baiklah. Puas, huh?!" Lynn terpaksa merelakan jam malamnya untuk menemani Steve membelikan hadiah untuk Jessica.

"Tapi, kita pulang dulu, yah! Nanti kamu jemput aku."

"Langsung aja, Lynn. Gak usah pulang segala," sanggah Steve.

"Ya sudah, aku batalin aja!" Lynn berpura-pura kembali fokus pada komputernya sembari jemarinya mengetik di papan keyboard.

"Oke, Oke. Kita pulang dulu, terus aku jemput ratu tukang ngambek Nona Lynn Meinen." Steve mengangkat tangan Lynn dari papan keyboard. Steve menyerah menghadapi wanita yang satu itu.  Senyum manis terbit di wajah Lynn lalu mengangguk pelan. Steve berbalik menuju ruang kerjanya, Lynn menatap punggung Steve yang sudah berbelok, lagi-lagi rasa cemburu itu muncul. Kapan kau akan melihatku sebagai wanita, Steve? Batin Lynn. Tepukan di bahunya menyadarkan lamunan Lynn.

"Gak boleh melamun!" ujar Leiss, Lynn hanya tersenyum kikuk dan kembali fokus di komputernya.

Steve dan Lynn pulang dari kantor, keduanya berkendara beriringan, keduanya membawa mobil masing-masing. 

"30 menit!!" teriak Steve dari mobilnya. 

Lynn hanya memberi isyarat oke dengan tangannya kemudian masuk ke dalam rumahnya. Mobil Steve melaju meninggalkan rumah Lynn. 

Steve memilih pakaian kasualnya. Namun, tetap meninggalkan kesan menawan, memorinya berputar kala mengingat kesan pertama orang lain melihatnya yang selalu berujar 'wow'. Steve langsung teringat pertemuannya dengan Kakek Dijon saat pendakian gunung Semeru yang selalu berkata padanya jika berpapasan: orang ganteng mah bebas, pakai apa saja tetap cakep. Steve sendiri mengakui bahwa dirinya memang tampan, dia tak melebih-lebihkan, tapi faktanya memang begitu. Kulitnya putih dibanding kakaknya William.

Warna kulit Steve memang menonjol di keluarganya sekaligus dia yang paling berbeda, tak jarang banyak yang mengatakan bahwa Steve anak adopsi. Itu karena Steve mewarisi semua gen resesif ayahnya yang berasal dari kakek buyutnya. Ya, kakek Jerion —ayah Steve— berdarah Jerman. Steve lebih mirip dengan kakek buyutnya, hanya saja rambut Steve hitam. Steve berwajah ke-bule-an dengan hidung mancungnya, alisnya yang tebal, bibir ranumnya yang tebal, iris matanya berwarna cokelat serta struktur mukanya yang lancip nan kokoh. Warisan dari kedua orang tuanya hanya rambut hitam dan bulu mata lentik dari ibunya, Rihanna. 

Steve sengaja membuat rambutnya sedikit berantakan, meninggalkan kesan seksi jika seorang wanita melihatnya sekaligus membuat para pria tercekik iri. Sebenarnya tidak sepenuhnya begitu, gaya rambut Steve memang terlihat messy, kecuali di tempat kerja. Steve kemudian tersenyum, menatap penampilannya yang sempurna.

Steve tengah bersandar di mobilnya menunggu Lynn keluar, tangan kanannya dimasukkan dalam saku jean-nya. Dan baru saja Lynn keluar, berdiri mematung menatap tampilan Steve, entah kenapa Lynn selalu merasa terpukau melihat Steve walau keduanya selalu bertemu setiap hari. Sial, dia memang ahli membuat pakaian sederhana terlihat mewah di tubuhnya! Batin Lynn.

Tampilan Steve sangat sederhana, hanya mengenakan kaus putih dilapisi jaket kulit hitam dipadukan dengan jean hitam. Steve juga sama terpakunya menatap kagum Lynn. Sudah terhitung cukup lama terakhir kali mereka berdua jalan bersama. Lynn mengenakan dress selutut berkerah yang berlengan panjang berwarna kuning gading dengan kerah, ujung lengan dan ujung rok berwarna hitam. Steve berdehem mencairkan suasana.

"Cantik," puji Steve kala membukakan pintu mobil untuk Lynn. Lynn merasa wajahnya terbakar hanya karena satu kata pujian Steve, buru-buru Lynn masuk dalam mobil sebelum Steve menyadari wajahnya.

Steve berjalan berputar memasuki kursi kemudi, melirik sebentar Lynn kemudian mobil melaju meninggalkan pelataran rumah Lynn.

"Menurutmu, hadiah apa yang bagus untuk Jessica?" Seketika Lynn melirik ke arah Steve. Kau bertingkah seperti tak pernah membelikan hadiah untuk wanita, batin Lynn.

"Kalung?" balas Lynn. 

Steve tampak manggut-manggut.

Keduanya memasuki toko perhiasan, Steve tiba-tiba merasa linglung melihat aneka model kalung. Steve melihat Lynn yang sedang berbicara dengan pelayan toko. 

"Steve!" panggil Lynn. Steve tengah menatap etalase cincin sebelum Lynn memanggil namanya.

"Bagaimana?" ujar Lynn menyodorkan kalung emas putih berhias bandul mutiara.

"Sangat indah, kita pilih ini saja." 

Lynn tersenyum puas tahu bahwa Steve menyukai pilihannya.

Keduanya keluar dari toko tersebut dan berjalan beberapa meter dan memasuki sebuah mall, Steve turut ikut karena memang begitu kesepakatannya. Lynn membantu Steve memilih hadiah untuk Jessica sebagai imbalannya Steve menemani Lynn berbelanja.

Steve berjalan mengikuti Lynn yang tengah memilah koleksi dress selutut, Steve menangkap beberapa pria tengah mencuri pandang dengan Lynn dan Steve tahu bahwa dia juga diikuti dengan tatapan kagum para wanita. Setelah memilih baju yang menurutnya pas, Lynn menarik tangan Steve menuju lantai dua. Lynn seketika lupa keberadaan Steve kala netranya menangkap etalase make up.

Steve terkekeh kecil menyaksikan Lynn tengah melompat girang menemukan barang yang diincarnya sedang diskon. Steve mendekati Lynn yang tengah mencoba warna lipstik, tapi wajah Lynn seketika cemberut.

"Kenapa?" tanya Steve dengan tawa yang tertahan. Lynn lantas tersenyum girang menatap Steve.

"Kemari!" Lynn melambaikan tangan menyuruh pria itu mendekat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Love Is Complicated   The End

    "Aku menolak."Rahang Steve terbuka. Apa yang baru saja dia dengar? Sebuah penolakan? Hell no."Kamu ...."Rose tersenyum kecil, kening Steve berkerut dibuatnya. Gelak tawanya terasa ingin meledak."Aku menolak menikahi pria lain selain Steve Robinson."Seketika tawa Rose meledak. Wajah cengo Steve jauh lebih buruk dibanding ekspresi kagetnya sebelumnya.Rose menepuk pipi Steve pelan, menyadarkan keterkejutannya. "Steve!""Maksudmu?"Ucapan Steve spontan membuat Rose memutar bola mata, merasa gemas dengan Steve."You look like an idiot. Just give me a propose, that is all you should do. Right now, in here!"(Kamu terlihat seperti idiot. Lamarlah aku, satu hal yang harus kamu lakukan sekarang.)Mata Steve berkilat-kilat. Diraihnya jemari Rose, menggenggamnya erat, lalu menciumi punggung tangannya lembut.Steve mengatur napasnya. "Roseletta Lee, menikahlah denganku."Sudut bibir Rose kian tertar

  • Love Is Complicated   Steve Menemui Lynn

    [Tepati ucapanmu semalam]Steve membaca pesan masuk. Dia tersenyum tipis. Dia pun menggeletakkan kembali ponselnya tanpa membalas pesan Rose.Steve mengatur napas, menatap pantulan dirinya di cermin. Hanya mengenakan pakaian kasual agar memberinya kesan santai, tapi wajahnya kendati demikian nampak tegang.Meraih kunci mobil di nakas, mengayun-ayunkannya di telunjuknya, ponsel yang hanya diselipkan di saku. Tak lama ponselnya ikut bergetar. Tertera nama Rose di sana.[Kamu akan berangkat, kan?]"Kau mengira aku ini apa? Tentu saja aku menepati omonganku. Namun ...."[Apa ada masalah, Steve?]Helaan napas berat lolos di bibir Steve."Kau benar-benar tak ingin menemaniku?"Rose menggigit pelan bibir bawahnya, dia bisa saja terlena dengan suara lesu Steve, tapi dia berusaha menahan diri.[Bukankah lebih baik jika kalian mengobrol empat mata?]Lagi dan lagi, Rose mendengar helaan napas di seberang.

  • Love Is Complicated   Rose Membujuk Steve

    Sore itu, Rose memutuskan tak langsung pulang ke rumah. Mobilnya berbelok memasuki kawasan kompleks perumahan Steve."Hai," sapa Rose saat pintu terbuka. Pria itu hanya tersenyum lebar, tapi Rose tahu sesuatu tengah menjanggal pikiran kekasihnya.Rose membalas tersenyum seraya menyelonong masuk rumah Steve."Ada apa kemari?" tanya Steve sedikit kikuk."Ada apa kemari?" ulang Rose. "Apa salah jika seorang pacarmu mendatangi rumahmu?"Steve menggelar tawa kecil sesaat sambil menekan pangkal hidungnya. "Bukan itu maksudku—""Terus?" Rose memangku dagu, tersenyum geli mendapati wajah kejut Steve.Sejenak kemudian, Steve memutar bola mata, sedang Rose sudah tertawa menyisakan garis lurus di matanya. Rose berpindah duduk di samping Steve. Menatap sejenak iris mata Steve, lalu menghembuskan napas."Kapan kamu akan mene

  • Love Is Complicated   Rose Menemui Lynn

    [Aku di perjalanan menuju rumahmu sekarang.]Lynn membaca pesan masuk dari Rose. Senyumnya terukir, senang rasanya bisa dimaafkan walau dia masih bisa belum bisa memaafkan dirinya seutuhnya.Lynn meletakkan ponsel di pangkuannya. Akhir-akhir ini, halaman belakang menjadi tempat favoritnya terlebih saat menjelang sore. Di dalam rumah hanya makan dan tidur saja, sisanya dia habiskan di taman, memandang air mancur lekat-lekat, atau hanya memejamkan mata menikmati semilir angin yang tak menenangkan gundahnya sedikitpun.Suara bel pintu terdengar. Rose sudah tiba.[Aku di halaman belakang.]Lynn mengirim pesan. Selang beberapa menit, Rose muncul. Kemeja kedodorannya berkibar-kibar seiring langkah besar-besarnya. Rambut pirangnya dikuncir rendah, nampak berkilau saat mentari sore menyoroti.Rose tersenyum lebar. "Hai!" Dia beralih duduk di bangku panjang depan Lynn. Kotak yang ditentengnya tadi dibuka dari kantongnya."Apa kabarmu?" tanyanya

  • Love Is Complicated   Jeff

    Lynn terduduk termangu, memandang kosong air mancur di halaman belakang rumahnya. Airnya berkilau seiring gemerlap lampu yang menyinari. Biasanya air mancur itu akan menenangkannya, deru airnya yang mengalun layaknya melodi yang indah, tapi kali ini tidak. Lynn tak merasakan ketenangan secuil pun.Jeff muncul dengan mug di tangan. Dadanya berdesir cemas melihat orang yang dicintainya masih terpuruk duka. Dia tahu betul bagaimana Lynn yang kini merasa hidup dalam bayang-bayang dosanya. Wanita itu belum memaafkan dirinya atas apa yang telah diperbuatnya."Kamu tak kedinginan?" Jeff memaksakan senyum tipisnya, dia menyodorkan mug berisi cokelat panas.Lynn membalas senyum Jeff kikuk. Dia menerima gelas itu, menghirup aroma manis dan wangi, tapi dia tak meminumnya. Dia hanya menggenggam mug itu, menatap kepulan kecil yang mengudara."Kamu tak boleh terus menerus seperti ini, Lynn. Bagaimanapun, kamu tetap harus melanjutkan hidup setelah—""Pantas

  • Love Is Complicated   Lynn Menemui Rose

    "Apa kabar, Rose?"Rose melirik ke arah Steve sebelum dia menjawab, "Lebih buruk!"Dia merasa lebih buruk, dia baru saja mendapat ingatannya dan Lynn menemuinya di hari itu juga. Sebut saja jackpot sialan."Maaf, aku baru menemuimu hari ini ...." Kalimat Lynn tercekat. Dia akui dirinya seperti pengecut. Terlalu takut dan malu menemui Rose.Rose melirik Steve dan pria di seberang kursi. Steve mengangguk kecil memahami arti tersirat tatapan Rose. Wanita itu ingin berempat mata saja dengan Lynn.Steve beranjak dari duduknya, merangkul Jeff meninggalkan ruangan itu. Sebelum Jeff benar-benar pergi, dia melirik Lynn seolah meyakinkan wanita itu akan baik-baik saja.Roe mengatur napasnya, berpindah duduk di samping Lynn yang duduk di kursi roda."Aku menyesal," lirih Lynn menatap Rose dan menunduk lagu.Rose memaksakan senyum tipisnya. Jika dia mau, dia bisa membalas perbuatan Lynn. Namun, dia enggan. Melihat kondisi Lynn yang cacat sep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status