Emily hanya bungkam saat dirinya berhadapan dengan Charles dan Emma, setelah Jason melakukan apa yang diancamkannya pada Emily. Ia serius mengenai hal itu, dan meski terdengar kekanakan, Charles justru merasa bangga terhadap putranya. Apa yang dilakukan oleh Jason, seolah merupakan hal yang didambakan oleh Charles sejak awal. Ia yakin, saat ini, rasa cinta dalam hati Jason sudah tumbuh untuk Emily. Namun, Jason tak mau bicara di hadapan Emily. Ia ingin pembicaraan itu dilakukan antar lelaki saja. Pada akhirnya, Emily dan Emma menyiapkan makan malam untuk mereka berlima dan berbincang sendiri, sementara Jason tetap berada di ruang kerja bersama Charles. “Apa yang kau ingin ayah lakukan untuk menanggapi aduanmu itu, hm?” tanya Jason pada sang putra yang jelas akan menjadi penerus bisnis Kennel’z Industry. Sebuah kebanggaan bagi Charles karena salah satu putranya bersedia bahkan antusias untuk memegang tonggak kepemimpinan setelahnya. Charles sudah pernah kecewa sekali saat Jared tid
Jason memandangi Emily yang tengah membereskan ranjang mereka—setelah dirinya membersihkan diri dan siap untuk beristirahat.Hari ini cukup melelahkan bagi dirinya dan Jason, terlebih ketika ia harus menghadapi kecemburuan Jason yang entah bagaimana caranya Emily harus menjelaskan. Lelaki itu tampak manis ketika bersikap over protektif, tetapi sekaligus mengerikan.Emily berbaring membelakangi Jason, ia tidak marah, hanya takut akan reaksi Jason menanggapi keputusan dari Charles yang pada akhirnya disampaikan pada mereka di meja makan.Tepat di hadapan Emily, sekaligus Jared.Untungnya, baik Charles maupun Emma tidak mendengar berita tentang keributan antara Jason dan Jared yang terjadi di kantor. Meski wajah keduanya tampak babak belur, tetapi tak ada satu pun dari orang tua itu yang bertanya.Bisa saja mereka sudah tahu, hanya saja memilih untuk bungkam dan tidak ikut campur.Jason menghadap ke kanan dan kiri, tak bi
Jason tengah menikmati kopi di The Cafe, tempat langganan Emily dan Shila setiap kali mereka ingin menikmati secangkir americano yang lezat. Jason mengetahui tempat itu juga hasil dari menguping pembicaraan dua sahabat itu saat ia lewat di depan ruangan Emily.Ia ingin tahu, seperti apa standard nikmat menurut Emily. Dan pada akhirnya ia tahu bahwa Emily memiliki selera yang cukup tinggi.Jason hendak keluar dari kedai kopi itu ketika ia menabrak seseorang dan menumpahkan kopi panas di atas kemeja wanita itu."Ah! Apa yang kau lihat—Jason?" Tamara membulatkan maniknya kala melihat Jason dengan penampilan yang tampak berbeda di matanya. Rambutnya sudah ditata dan dipangkas rapi, kecuali bulu halus yang menghiasi rahang tegasnya, tentu saja.Bulu halusnya itu yang menjadi daya tarik Jason McKennel di mata Tamara. Ternyata Jason masih mempertahankan apa yang disukai oleh wanita itu."Kau kemari juga? Sungguh kita ini memang berjodoh," ucap w
Emily sudah berada di rumah ketika Jason pulang dalam kondisi berantakan. Emily tak berani bertanya, hanya mengawasi gerak-gerik Jason yang tampak aneh dan dingin terhadapnya.Padahal baru malam tadi Jason tertidur sembari memeluknya dari belakang, terlelap setelah menghidu aroma tubuhnya. Kini ia pulang dengan tampilan dan sikap berbeda, bahkan aroma parfum yang tidak Emily kenali.“Kau dari mana, Jase? Aku menunggumu di kantor untuk makan siang dan kau tidak muncul,” protes Emily, dengan bahasa sehalus mungkin.Ia tak ingin memancing emosi Jason yang mungkin saja lelah karena baru tiba di rumah.“Aku ada pertemuan dengan salah satu klien.”“Mendadak? Dan tidak kembali ke kantor?”Jason menoleh dan menatap nyalang ke arah Emily.“Apa kau sedang menginterogasiku? Apa yang kau inginkan sebenarnya, Em?” tanya lelaki itu, tak berani mendekat ke arah Emily.Jason memang tidak mendekat, tetapi Emily y
“Jase, kau tidak sarapan dulu?” tanya Emily yang melihat Jason telah rapi dengan setelah jasnya. Emily mendekat pada lelaki itu, kemudian membenarkan letak dasinya dan merapikan jasnya.“Kau pulang jam berapa?” tanya Emily, lagi, karena Jason tak menjawab pertanyaan pertama. Ia tak ingin menyiakan waktu dengan amarah. Sakit yang ia rasakan itu jelas. Namun, jika ia hanya diam dan membiarkan Jason terus melakukan pengkhianatan ini terhadapnya, ia merasa tak terima.“Kau tidak berangkat bekerja?” tanya Jason. Enggan menjawab pertanyaan istrinya, ia justru memberi pertanyaan balasan.Emily tersenyum sejenak, kemudian menatap lekat iris mata jernih milik lelaki di hadapannya. Ia ingin sekali saja mengagumi sang suami meski cinta Jason tidak akan pernah bisa ia miliki.“Aku ingin melakukan sedikit simulasi bagaimana jika menjadi ibu rumah tangga nantinya,” jawab Emily sembari mengulas senyum.Jason terenyak akal mendengar kalimat itu
Setelah kepulangan Charles dan Emma, Jason dan Emily membereskan seisi rumah dengan pikiran tak menentu. Jason dengan dilema akan pernikahannya dengan Emily dan kisah cintanya dengan wanita lain yang masih berstatus menikah, sementara Emily dengan impiannya sendiri dan harapan-harapan mertuanya.Masing-masing dari mereka tak ada yang bisa menemukan tujuan dari pernikahan yang mereka bangun dengan keterpaksaan ini.Namun, setidaknya Emily tahu, bahwa dia bisa saja menjadi istri yang sebenarnya, andai Jason mau memberinya kesempatan dan menepati janji yang telah ia ikrarkan pada Emily.Apa yang dipersatukan oleh Tuhan, tak akan bisa dipisahkan oleh apa pun kecuali Tuhan. Bukankah begitu?Sayangnya, tak begitu yang ada dalam bayangan Emily saat ini. Pernikahan yang masih baru, bisa saja berada di ujung tanduk, karena kehadiran Tamara.Emily tak akan mundur begitu saja, karena bukan seperti itu yang ada dalam prinsipnya, melainkan mempertahankan. Untuk saat ini, tak ada yang bisa diperta
Emily sudah siap dan telah menyiapkan sarapan untuknya dan Jason. Ia sudah mengirimkan surat izin dan pengunduran diri dari kantor yang mana itu masih ia rahasiakan dari Jason. Ia telah berjanji akan melakukan apa pun untuk Jason, asalkan lelaki itu mau memberikan hati untuknya. Emily tahu, tak akan mudah untuk memiliki perasaan Jason yang sudah terlanjur terisi oleh wanita lain, tetapi ia masih bisa mengusahakannya meski sulit. Itulah sebabnya ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Dan hal itu menimbulkan pertanyaan dalam benak Charles.Pria itu akhirnya menghubungi Emily untuk meminta penjelasan. Tentu saja Charles tak ingin Emily mengambil keputusan yang akan membuatnya terkekang."Emily, sayang, apakah kau yakin dengan keputusan ini? Kau sangat menyukai pekerjaan ini—kau menyukai segalanya, aku tahu itu, lalu mengapa—" Charles menjeda pertanyaannya dan terdengar mendesah di sana."Apakah terjadi sesuatu pada pernikahan kalian? Jason terlihat mulai menggilaimu beberapa h
Mereka berdua sudah berada di satu ruangan mewah dengan pemandangan yang indah. Hati Emily sangat gelisah dan masih memikirkan kalung yang sudah tak ada lagi di tangannya. Jason sudah benar-benar membuangnya. Itu artinya lelaki itu memang tak akan pernah memberi kesempatan untuknya.Emily tak mengerti, mengapa dirinya begitu plinplan. Bukankah tadi ia yang menyuruh Jason untuk membuang benda itu? Mengapa sekarang ia merasa tak rela?Emily bangkit, kemudian memutuskan untuk keluar dari kamar tempatnya menginap.Ia bulatkan tekad. Hari masih sore, seharusnya ia bisa menemukan kalung itu sebelum terbawa arus dan makin sulit bagi Emily untuk menemukannya.Jason yang masih membersihkan diri, tak menemukan Emily saat keluar dari kamar mandi dan membiarkannya. Pikirnya, Emily mungkin hanya ingin memesan seuatu pada pihak cottage. Pastilah tak akan lama.Sementara Emily belum kembali, Jason mengeluarkan benda yang sejak tadi ia sembunyikan di dalam saku celananya.Jika Emily mengira hanya dir