Tidak ada sahutan sama sekali dari Gaffar saat Bu Diah selesai mengatakan hal tersebut. Padahal Bu Diah merasakan jelas deru napas Gaffar yang tidak beraturan menandakan emosinya sedang tidak stabil.
Bu Diah memegang bahu Gaffar dan ia mengelus dengan penuh cinta. Tanpa disadari, air mata Gaffar sudah lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Bu Diah yang menyadari hal tersebut dan langsung memeluk Gaffar dengan erat. Untungnya susasana sekolah sudah sepi, jadi tidak ada yang melihat kejadian ini selain terpantau kamera cctv.
Gaffar tidak membalas pelukan Bu Diah. Tangisnya pecah begitu saja saat Bu Diah mengelus bahunya dan beberapa kali mengelus kepalanya. Rasanya sudah lama sekali ia tidak mendapat perlakuan seperti ini. Ia merindukan dekap hangat seseorang yang menenangkannya saat dunia sedang tidak ramah. Ia juga perlu rumah untuk mengistirahatkan beban yang sudah lama ia tanggung sendiri dan tidak tau harus ia luapkan kemana.
"Saya nggak t
"Panggilan kepada Gaffar Adi Pratama kelas 12-IPS 5 harap segera menuju ruang kepala sekolah. Sekali lagi, panggilan kepada Gaffar Adi Pratama kelas 12 IPS-5 harap segera menuju ruang kepala sekolah. Terima kasih."Seorang lelaki yang kini sedang duduk sendirian di meja pojok kantin yang tengah menikmati gorengan, bersikap seolah tak terjadi apa-apa pada dirinya. Padahal, baru saja namanya dipanggil menggunakan pengeras suara yang bisa didengar pada tiap sudut sekolah."Woi, Gaffar. Selain brandalan, ternyata lo budek juga, ya?" Teriak seorang lelaki bernama Putra yang dikenal sebagai rival Gaffar.Teriakkan Putra tak menghasilkan sahutan dari Gaffar yang justru tetap menikmati gorengannya dengan lahap.Brak!Mendengar suara gebrakan pada mejanya itu, Gaffar terlonjak kaget. Untung saja, tidak tersedak.Gaffar memandang Yoga yang notabene adalah ketua osi
Mendengar perkataan Bu Diah, Gaffar benar-benar merasa terpojokan. Ia pun mencari alibi sebagai pembelaan dan untuk menepis perkataan dari Bu Diah."Ibu kan tau, kalau saya ini biasa nggambar dan melukis pake cat semprot bukan cat air seperti ini. Mana ada duit Bu saya buat beli cat air ini," bela Gaffar."Kamu fikir saya percaya?!" Seru Bu Diah yang kini sudah terpancing emosi."Males ah kalo disuruh mikir!" Jawab Gaffar seolah tak peduli dengan amarah Bu Diah yang sudah di ubun-ubun."Gaffar!""Apa sih?"Bu Diah terlihat mengelus dada meladani manusia setengah waras seperti Gaffar."Bicara dengan nada sopan dan nggak boleh ngegas. Inget?!" Bu Diah memperingatkan Gaffar untuk berperilaku santun."Iya iya iya, Bu.""Jadi ini mau gimana? Masalahnya, kepala sekolah mengancam pelaku pembuat mural ini akan dikeluarkan dari sekolah, Gaffar!" Bu Diah pun ikut pusing meladeni masalah ini."Hanya karena sebuah
Gaffar memih melanjutkan merapihkan cat semprotnya. Setelah semua tersusun dalam kardus, ia letakkan di lemari penyimpanan khusus yang digunakan untuk mengoleksi spray paint.Setelah semuanya usai, Gaffar kembali melanjutkan niat awalnya untuk makan yang tertunda karena ulah sang Kakak. Saat berada di meja makan, Gaffar membuka tudung saji disana dan hasilnya zonk. Ia tidak menemukan makanan pun disana."Mba Mei!" Dengan tidak tahu dirinya, Gaffar berteriak mencari keberadaan sang Kakak seolah tidak terjadi apa-apa setelah kemarahan Mei tadi. Ia melangkah ke ruang tamu, kamar milik Mei hingga halaman belakang tapi tak kunjung menemukan sang Kakak."Udah berangkat kerja nih pasti," tebaknya.Gaffar melangkah kembali menuju ruang makan dan terduduk lesu disana."Laper, nggak ada makanan. Nggak bisa masak lagi, gue. Sialan." Keluh Gaffar.Gaffar merogoh sakunya dan menemukan selembar uang 20.000,- dan menatapnya dengan i
Setelah dengan susah payah membujuk Sandra, akhirnya Sandra bersedia untuk membantu Gaffar. Tidak dengan cuma-cuma, namun dengan beberapa persyaratan diantaranya yaitu Sandra meminta saat penilaian seni rupa nanti, Gaffar harus membuat gambar untuknya namun atas nama sandra. Mengingat Sandra sangat tidak bisa dalam hal seni. Hal itu diterima dengan senang hati oleh Gaffar."Ehh, ada Gaffar," ujar seorang perempuan paruh Nara yang datang dari pintu belakang warteg.Mendengar perkataan tersebut, sontak membuat Gaffar dan Sandra mengalihkan pandang ke sumber suara yang muncul dari pintu belakang warteg."Ehh, iya bu." Gaffar terseyum dan tanpa ragu menyalami tangan yang dipangil ibu tersebut."Sudah selesai beres-beresnya, bu?" Tanya Sandra."Sudah, mending kamu ke rumah aja gih. Ajak Gaffar sekalian, biar ibu yang jaga wartegnya.""Gaffar udah mau pulang kok, bu." Bukan Gaff
Keesokkan harinya, saat di sekolah Gaffar tak bisa berhenti memikirkan kasus yang sedang dihadapi olehnya. Sebenarny, Gaffar bisa saja bersikap bodoamat. Namun, masalahnya ia harus memikirkan perasaan sang kakak yang pasti akan marah besar jika ia dikeluarkan dari sekolah."Gimana, rencana kita nanti?" Tanya Gaffar kepada Dani yang kini sedang berada di kantin menikmati bakso dari mang Dede."Gas, udah lama juga gue nggak ngelakuin hal nekat," sahut Dani dengan santainya."Keseringan bucin sama si Caca sih lo," ejek Gaffar."Banyak omong, lo. Yang penting nanti pulang sekolah kita jalanin sesuai rencana." Gaffar mengangguk dan mengacungkan jempolnya.Saat mereka tengah asik dan terfokus pada makanannya. Tiba-tiba seorang perempuan duduk di sebelah Gaffar tanpa permisi. Sudah dipastikan, siapa pelakunya."Kenapa lo?" Tanya Gaffar dengan raut wajah yang bingung."Benci banget gue sama Pak Rian, masa gue dis
"Ruang TU jam segini biasanya udah sepi, San. Jadi tenang aja. Nanti kalo ada guru yang tanya, gue tinggal bilang, saya lagi nyari berkas yang disuruh Ibu saya. Gampang kan?" Sandra menganggukan kepalanya. Benar juga yang diucapkan oleh Dani. Tumben sekali dia cerdas. Biasanya di otak dia hanya berisi tentang Caca."Ya udah, tapi gue jaga di depan ruangan aja, ya. Lo berdua yang masuk." Akhirnya Sandra menyetujui ajakan dari Gaffar."Nah gitu dong dari tadi, yuk." Mereka bertiga pun langsung menuju ruang TU untuk mengambil berkas data siswa.Setelah meninggalkan ruang kelas, mereka langsung bergegas menuju ruang TU yang terlihat sepi dari luar."Sana masuk, gue jaga disini.""Ya udah kita masuk, kalau ada yang mencurigakan, langsung kasih aba-aba ya, San. Jadi, gue sama Dani bisa ngumpet." Sandra menganggukan kepala dan mengacungkan jempolnya.Untungnya, kamera pengintai CCTV di ruang TU tidak berfungsi dengan baik, j
Setelah kepergian Gaffar, Sandra menatap Dani dan Caca yang dengan santainya masih duduk manis di rumah Sandra tanpa menghiraukan Sandra yang sudah muak. "Terus lo berdua kenapa masih disini? Rumah gue bukan tempat pacaran. Jadi, mending lo berdua pulang juga gih. Masalah ini kita lanjut besok," usir Sandra dengan raut wajah yang tidak suka.Gaffar pulang dengan keadaan kepala pusing karena memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu dipusingkan. Awalnya Gaffar merasa tidak enak kepada Sandra, Dani dan Caca yang harus terlibat juga untuk membantu kasus Gaffar. Namun, Gaffar menepis rasa tidak enak itu, toh apa gunanya teman jika tidak bisa dimintai tolong saat salah satu diantara mereka sedang kesusahan."Ini semua gara-gara Kakek tua sialan." Gaffar membuka pintu rumahnya dengan keras sehingga membuat Mei, Kakak Gaffar tersentak."Apaan sih lo, dateng-dateng teriak nggak jelas. Salam kek, sopan dikit dong. Jangan mancing keributan!" Ser
Selama pelajaran berlangsung, Gaffar tidak terfokus pada guru yang menjelaskan materi di dalam kelas. Ia sibuk melamun memikirkan perkataan dari Bu Diah tadi. Bagaimana jika dalam 2-4 hari ke depan ia belum menemukan pelaku dari pembuat mural itu? Sudah dipastikan ia akan dikeluarkan dari sekolah. Gaffar takut membuat Mei, sang Kakak marah dan kecewa karena perlakuannya."Woy, Gaff. Kantin, yuk," ajak Dani yang tidak ditanggapi oleh Gaffar."GAFFAR!" Seru Dani yang tak kunjung digubris oleh Gaffar. "Apaan sih?" Tanya Gaffar yang menatap Dani tak suka."Ngelamun terus. Kemasukan jin tau rasa lo," ejek Dani menatap Gaffar yang seperti orang kebingungan."Kemarin data siswa yang udah dicatet gue simpen dimana, ya? Kok nggak ada sih?" Tanya Gaffar yang kini tengah membuka tas miliknya dan mencari note book yang digunakan untuk mencatat nama-nama yang dicurigai."Nah kan, makanya jangan sembarangan kalo nyimpe