Sebuah tubuh terus Lucas pandangi. hal biasa yang sering terjadi. setiap usai bercinta, Bella akan bersikap seperti dialah korbannya."Ahhh..." Bella merengek dengan bibir yang mengerucut, "cepat katakan sesuatu! apa kau tidak waras?""Aku harus mengatakan apa, aku sudah lelah!" sahut Lucas menahan rasa kesal."Aku... aku ingin...""Ingin apa?""Jangan tinggalkan aku," ucap Bella spontan dengan sorot penuh harapan.Satu hal yang membuat Lucas heran. atas dasar apa Bella menyuruh Lucas agar tetap tinggal? karena sudah tidur bersama atau hal lainnya?"Lucas," Bella bergelayut mesra, memperlihatkan ekspresi takutnya. "Katakan sesuatu, apa keputusanmu? bagaimana kelanjutan hubungan ini? sepasang kekasih atau...""Sepasang kekasih!" tegas Lucas menjawa
Nyatanya tidak, Bella semakin muak. ia justru ingin mencengkram wajah Lisa meninggalkan jejak-jejak kuku panjangnya hingga Lisa tidak bisa lagi menggoda pria menggunakan kecantikannya."Menutupi apa, Lucas?" tanya Lisa penasaran.Dua hal yang Lisa khawatirkan, satu adalah Lucas sudah mengetahui dirinya dan Felix telah memiliki hubungan. dua adalah Lucas akan segera mencampakkan Lisa sama halnya Bella mencampakkan Felix."Aku sebenarnya... aku dan Bella...""Lucas dan aku sepakat, ia memintaku untuk merancang gaun pernikahanmu. saat sedang berdiskusi, kau menghubungiku. itu sebabnya kami datang kesini bersama." terang Bella menyela sambil memandang Lucas menawan tawa. dapat Bella rasakan kecanggungan dan rasa gugup yang terlihat nyata dalam ekspresi wajah kekasihnya. "Bukankah begitu, Lucas?""I... iya," sahut Lucas lega, menyusutkan bahun
"Haruskah kau menciptakan permainan lagi agar aku tetap bersamamu?" Bella membatin, ia terus menatap wajah Felix dengan sorot yang sulit untuk di deskripsikan.Lisa sudah pergi meninggalkannya, sedangkan Lucas belum juga kembali dari kamar mandi.Wajah Felix yang menyedihkan nyatanya tak mampu membuat Bella kasihan. gadis itu terus mengingat bagaimana Felix mengkhianatinya. bertingkah seolah korban dari tindakan liar yang Bella lakukan. padahal semua yang Bella lakukan tidak mungkin tak memiliki alasan.Pecahan botol masih belum Bella bersihkan, keadaan rumah sangatlah sepi. karena Felix memang terbilang pria br*engsek yang cukup mapan. ia juga memiliki rumah tersebut, yang ia beli dari hasil kerja kerasnya sendiri. itu sebabnya, Bella berpikir jika Felix cukup bisa di andalkan secara keseluruhan. Nyatanya, Felix justru menodai kepercayaannya. kekaguman Bella berubah dalam sekejap, menjadi sebua
Nafas Bella sangat berantakan. ia hanya mampu terduduk di atas kloset yang tertutup. sesekali wanita itu mengerjap. setelah merasakan ledakan gairah panas yang menjalar di pusat intinya.Sama halnya dengan Bella, Lucas pun menarik resletingnya setelah memakai celananya kembali. wajah mereka sampai berkeringat, meskipun berada di ruangan kecil yang lembab.Lucas meraih wajah Bella, mengelus sambil menyunggingkan senyum kemudian berkata, "Kau menyukainya?"Bella membisu, ia membalas tatapan Lucas dengan sorot mata redup. hanya sebuah senyuman-lah yang Bella lemparkan. menurut Bella ini semua terlalu indah untuk di ungkapkan dengan kata-kata. Namun, meskipun begitu. Bella rasa Lucas pun mengerti tentang arti senyuman penuh kepuasan yang Bella tunjukan.Lucas meraih tisu yang berada tepat di sebelah tubuh Bella. pria itu mengambilnya beberapa helai kemudian berjongkok di
Tak tanggung-tanggung, Bella memanfaatkan sandiwaranya untuk terus mempermainkan Lisa. dengan menggunakan alasan kaki yang terkilir, Bella membiarkan Lisa menyiapkan segalanya. mulai dari manyiapkan piring sampai membuat minuman."Kenapa hanya air tawar?" dengus Bella menawar."Jika menginginkan hal lain, kau buat saja sendiri!" sahut Lisa kesal. Bagaimana tidak? sedari tadi Bella hanya duduk saja dan membuat Lisa yang terus bekerja."Sudah, jangan terus-terusan berdebat." Lucas menghembuskan nafas panjang, melirik kearah Bella kemudian bertanya. "Minuman apa yang kau inginkan Bella? biar aku yang mengambilnya.""Apa?" Lisa terperangah, "Apa aku tidak salah dengar? untuk apa kau melayaninya?""Dia kan sedang terkilir, tidak ada salahnya jika kita membantunya." tukas Lucas dengan ekspresi datar meyakinkan.Feli
Bagaimana ini? apa yang harus Lucas lakukan. datang bersama Bella tapi ia di haruskan pulang bersama Lisa. Lantas apa yang akan Bella pikirkan? Bella pasti akan sangat kecewa padanya. sedari awal, Bella terus melipat wajahnya ketika Lisa mengajak pria itu untuk pulang bersama."Bella, apa kau ingin pulang bersamaku? maksudku... aku dan Lisa bisa mengantarmu," Lucas mencoba mencari cara, agar Bella masih tetap bisa bersamanya."Tidak, aku bisa pulang sendiri!" cetus Bella dingin. gadis itu berlalu begitu saja tanpa menatap Lucas lebih lama lagi. atau bahkan, Bella menjawabnya begitu saja tanpa memandang wajah Lucas walau hanya sekilas saja.Haruskah Lucas mencegahnya? Lisa bahkan terus memperhatikan mereka dengan sorot curiga. pandangan Lucas sama sekali tak lepas dari Bella. ketika Bella menghentikan taksi dan memasukinya sekalipun, Bella sama sekali tak menolah ke belakang. Bahkan kekesalan Bel
Benar yang Rendi katakan pada Felix. Entah sesibuk apa hari yang ia jalani, sampai harus mengabaikan pekerjaannya sendiri.Di dalam butik, Bella memandang tumpukan sketsa yang berserakan di atas meja kerjanya. Gadis itu mulai merasakan sesuatu, Sesal, Amarah dan kekhawatiran seolah menjadi satu. Tak sadar air mata Bella pun menetes. dengan nafas yang sesak Bella terisak menjatuhkan tubuh lemahnya di atas kursi."Sebenarnya aku ini kenapa? kenapa aku merasa sangat sedih? Apa sebenarnya yang sedang aku khawatirkan? kenapa aku menangis?" rintih Bella menyedihkan.Bagaimana seseorang bisa mengerti dirinya sendiri, saat orang tersebut sama sekali tidak mengetahui apa yang dia inginkan. Bella tiba-tiba merasa sangat lelah, suasana hatinya berubah menjadi berantakan."Astaga," Rendi terperangah, pria yang selalu meletakan pengukur badan di atas bahunya pun melangkah mendeka
Butik sudah sepi, Bella melirik kearah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul satu pagi, tepat di waktu tersebut Bella bisa menyelesaikan sketsa yang akan ia gunakan besok untuk membuat gaun rancangan.Dua gelas kopi sudah Bella habiskan. hal itu membuat sampai detik ini gadis itu sama sekali tak mengantuk. yang Bella rasakan hanya pegal dengan kepala sedikit berdenyut."Haruskah aku membangunkannya?" Bella mengembangkan senyumnya, ia mendekati Lucas yang sedari tadi sudah terlelap di atas sofa. padahal, sebelumnya Bella audah menyuruh Lucas untuk pulang. Namun, pria itu menolak dengan alasan ingin menunggu Bella dan mengantarnya pulang sampai Bella menyelesaikan pekerjaan. "Tampan," gumam Bella dengan sorot menilai, tatapan gadis itu begitu intens. Bella tak menyangka jika pria yang sedang tertidur di hadapannya sekarang sangatlah menggoda."Gadis nakal!" Lucas langsung men