Share

Love and Lust
Love and Lust
Penulis: Altari

Kamu sudah tidak perjaka?

*Satu pesan masuk*

(Rania: Kamu enggak usah berbelit. Kamu tinggalin Putra sekarang juga. Karena cuma aku yang pantas jadi pacar Putra.)

Sudah satu minggu ini Rania terus meghubungi Erina. Rania meminta Erina untuk meninggalkan Putra. Bahkan, Rania berani mengancam Erina jika permintaannya tidak dituruti.

Erina tidak menghiraukan Rania yang terus mengganggunya. Sampai akhirnya Erina geram dengan ancaman dari Rania.

Erina pun mengajak Rania untuk menemuinya di kantin saat Rania mengisi acara pentas seni yang di adakan oleh Sekolah Erina. Rania mengisi acara dengan menyanyi bersama tim band nya. Saat Rania selesai pentas, ia pergi menemui Erina yang sudah menunggunya di kantin sekolah.

Rania duduk berhadapan dengan Erina. Tanpa sapa menyapa, Erina langsung membuka percakapan tanpa basa basi.

“Sekarang, kamu jelasin deh! ...." kenapa kamu bilang kalau kamu yang pantas untuk jadi pacar Putra?” tanya Erina dengan tatapan kesal.

“Mending kamu tanyakan saja pada Putra," jelas Rania yang menyilangkan kaki dan menyenderkan punggungnya di bangku.

“Inget ya, jangan pernah lagi coba mengancamku," Erina berdiri dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Rania.

“Erina ....,” teriak Rania.

Erina menghentikan langkah kakinya, lalu Rania berjalan menghampiri Erina.

“Aku yakin, kamu tidak akan menerima Putra jika tahu apa yang sudah aku dan pacar kamu lakukan," bisik Rania pada Erina.

Erina mengerutkan kedua alisnya dan pergi meninggalkan Rania.

~~~

Sepulang sekolah, Erina menelepon Putra dan mengajak Putra menemui nya di rumah Erina. Saat Putra datang, Erina dan Putra duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Erina sibuk  mencari pesan teks dari Rania yang akan ia tunjukkan pada Putra. Tapi, tiba-tiba Putra membuka percakapan terlebih dulu.

Erina ...., Ada yang mau aku bicarakan denganmu," laki-laki tampan ini menatap Erina dengan dalam. 

"Ya sudah, bicara saja Put," sementara Erina sibuk dengan tarian jarinya di atas layar hand phone miliknya. 

"Ini serius Er," laki-laki ini menyentuh dagu Erina dengan halus dan membalikkan ke arah wajahnya. 

"Ada apa sih Putra?" tanya Erina dengan lembut. 

Laki-laki bernama Putra itu mengambil hand phone yang masih menyala di atas genggaman Erina, lalu menyimpannya di atas meja yang berada di depan mereka.

"Tapi, kamu janji tidak akan marah ya?" Putra memegang tangan Erina dengan erat. 

"Iya, Putra sayang," Erina mengusap lembut wajah Putra kekasihnya itu yang sudah ia pacari sejak lima bulan lamanya.

"Sebenarnya, aku sudah pernah melakukannya." Kata Putra sembari merundukkan kepalanya di hadapan Erina.

"Melakukan apa Putra?" tanya Erina dengan perasaan yang mulai cemas. 

"Iya, melakukan hubungan di luar batas."

"Rania? betul, dengan Rania?" tanya Erina. 

“Kamu tahu dari mana tentang Rania?” tanya Putra.

“Enggak penting aku tahu dari mana,” tegas Erina.

"Iya, Er. Tapi waktu itu aku mau bertanggung jawab, hanya saja Rania yang kekeh ingin berpisah dariku," sahut Putra. 

Erina menggelengkan kepala. Ia memandangi Putra dengan sedikit kesal. Sementara, Putra terus menggenggam tangan Erina. 

"Aduh, Putra ...., kenapa?" 

"Kenapa, maksudnya gimana Er?"

"Kenapa kamu harus jujur? Aku sangat kecewa sama kamu," Erina melepaskan tangannya dari genggaman Putra. 

Erina tidak terima dengan semua ini. Ia yang memegang teguh atas perawannya, merasa bahwa Putra tidak pantas untuknya. Erina pergi meninggalkan Putra begitu saja. 

~~~

Satu minggu setelah Putra jujur tentang masa lalunya bersama Rania, Erina tidak menghiraukan telepon atau pesan dari Putra. Erina sangat kecewa dengan kekasihnya itu. Karena, Erina anak yang baik. Ia tidak mau masa depannya hancur karena berpacaran dengan Putra yang sudah pernah melakukan kesalahan. 

'Aku hanya takut jika nanti Putra melakukan hal yang sama terhadapku. Tuhan, bantu aku melepasnya.'

Suara hati Erina meringis ketakutan. Lalu, Ia memberanikan diri untuk mengambil keputusan. Melepaskan Putra atau memaafkan kesalahannya. Erina mengirimi pesan teks pada Putra. 

(Putra, aku minta maaf atas sikapku beberapa waktu lalu. Jujur, aku terkejut dengan pengakuan kamu. Setelah aku pikir dengan matang, sebaiknya kita putus saja, maaf.) 

Putra pun tidak terima dengan sikap Erina yang mengambil keputusan dari satu pihak. Padahal, Putra tidak akan melakukan hal yang sama pada Erina. Putra sangat mencintai Erina. Itu sebabnya, dia jujur tentang semua masa lalunya. Tapi sayang, Erina tidak bisa melihat ketulusan Putra dan langsung memblokir semua akses Putra pada Erina.

Karena Putra tidak bisa menghubungi Erina, terpaksa Ia pergi menemui Erina di rumahnya. Saat sampai di rumah Erina, mereka pun bertemu saat Erina baru pulang dari sekolah.

“Putra ....,” sapa Erina.

“Erina, kasih aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya,” Putra memegang tangan Erina.

“Mau jelasin gimana Put? Udah cukup ya Rania datang dan ancam aku selama ini.”

“Apa? Rania ancam kamu?”

“Iya, selama ini aku di ancam oleh mantan pacar kamu itu. Udah deh aku enggak mau berurusan lagi dengan kalian," Erina memaksa masuk rumah.

“Tunggu, Er. Aku bisa kok jelasin semuanya. Karena masa lalu aku dan Rania itu adalah sebuah kesalahan.”

“Kesalahan?”

“Iya jadi begini ....,”

Putra terpaksa menceritakan semua yang terjadi antara Putra dan Rania. Putra juga cerita bagaimana ia bisa tidur dengan Rania.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status