Claire terus mengumpat selama perjalanan menuruni lembah dan Leon mengunci mulutnya rapat-rapat. Ia mengabaikan hampir semua yang Claire katakan sebab tidak ada gunanya. Perseus diketahui sebagai salah satu dewa yang membenci Eris, tapi Leon tidak ingin terbawa suasana.
“Berapa lama lagi kita sampai ke dasar lembah? Kakiku sudah pegal!” seru Claire.
Leon hanya tersenyum, ia kemudian berjongkok di hadapan Claire.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Claire ketus.
“Kamu bilang pegal. Naiklah ke punggungku, biar kugendong,” jawab Leon.
Claire menatap punggung Leon dan seketika ia tidak bisa mengatakan apapun.
“Ayo, naiklah,” kata Leon.
Claire kemudian naik ke atas punggung Leon dan memeluk bagian lehernya. Leon berdiri sambil menggendong Claire di punggungnya. Gadis itu terasa berat, tapi Leon tidak keberatan. Claire kini tidak tahu harus bicara apa, bahkan keinginannya untuk mengumpat teredam ol
“Baiklah... baiklah!” kata salah seorang wanita.“Hey!” protes dua wanita yang lain.“Aku bisa langsung menginjak bola mata ini saat ini juga dan kalian tidak akan punya mata,” ujar Leon.“Tidak! Jangan lakukan itu!” seru ketiga wanita itu bersamaan.“Kalau begitu katakan di mana Hesperides!”“Baiklah. Hesperides ada di dalam bunga mawar milik Hera, sang dewi pernikahan dan kelahiran. Istri Zeus yang agung,” jawab salah seorang wanita.“Kami sudah tahu itu! Di mana letaknya? Katakan yang jelas!” seru Leon sambil menghentakkan kakinya.“Baiklah! Jangan lakukan itu!” seru salah seorang wanita.“Anggrek Hera ada di bagian belakang pulau ini di dasar sebuah jurang yang paling dalam dan tersembunyi di balik air terjun. Kalian akan menemukannya jika berjalan terus ke selatan!” seru salah seorang wanita.“Kami sudah
Angin yang berhembus kencang membuat Claire dan Leon terbangun. Matahari sudah meninggi di dalam game ini, padahal mereka masih merasa mengantuk dan lelah. Rasanya baru sebentar saja mereka tidur.“Ada apa ini?” tanya Claire.“Entahlah. Angin ini semakin kencang!” seru Leon sambil menyipitkan matanya dan mencoba melindungi matanya dengan sebelah tangan. Sementara sebelah lagi bersiaga memegang pedangnya.“Anak Zeus bersama Dewi Perselisihan. Sungguh memalukan!” seru seseorang yang tidak terlihat. Suaranya besar dan dalam, menggema di antara angin.“Siapa kamu?” tanya Leon.“Aku mendengar dari bisikan angin, kalian mencari Hesperides. Kalian pasti ingin membunuh Medusa,” katanya lagi.“Apa urusanmu!” seru Claire kesal. Ada-ada saja yang mereka hadapi.“Akulah Notus, Dewa Angin Selatan. Aku tidak mengijinkan kalian berkunjung ke kebun anggrek milik Hera! Daera
“Zeus harus mencari dewa angin baru untuk bertugas di selatan,” canda Leon.“Ini hanya sebuah permainan, Leon!” seru Claire sambil tertawa. Meskipun ia sedang bercanda, ia tetap tidak bisa mengendalikan nada ketus yang keluar dari mulutnya.“Ayo, kita tidak bisa buang-buang waktu,” kata Claire lagi sambil berjalan mendahului Leon.“Seberapa jauh lagi?” tanya Leon.Claire membuka peta dari tangan kirinya, dan layar digital berkelip di hadapan mereka. Jarak antara dua titik hijau yang menandakan lokasi mereka berdiri saat ini dengan panah merah yang menunjukkan lokasi yang mereka tuju masih cukup jauh.“Perkiraanku, masih satu malam lagi kita harus bermalam di hutan,” kata Claire.“Kali ini kita harus mencari tempat yang nyaman,” jawab Leon sambil tersenyum. Claire membalas senyum Leon dan menahan sebisa mungkin keinginannya untuk mengutuki pria itu. Sambil berjalan, Leon
Claire kecil mengangguk, ia melangkahkan kaki-kaki kecilnya menuju kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya. Dari tangga ia melihat ibunya berdiri sambil menghela napas, ia terlihat gugup.“Elena!” teriak pria itu lagi, membuat baik Elena maupun Claire terkejut.Claire tidak menyukai pria asing itu. Ia datang beberapa bulan yang lalu, tapi ia sering berbuat kasar. Meskipun ibunya selalu menyembunyikan, tapi Claire sering mendengar pertengkaran. Claire sering mendengar suara ibunya dipukul, memekik kesakitan, kemudian bagian tubuhnya membiru karena memar.Setelah ayah Claire meninggal, Elena kesulitan membesarkan Claire sendirian. Ia harus bekerja dan juga mencari pengasuh untuk menjaga Claire selama ia pergi bekerja. Claire masih ingat ketika ibunya pulang kerja dengan mata berkaca-kaca, mengatakan semua akan baik-baik saja. Claire tahu beberapa tahun kemudian bahwa ibunya ternyata dipecat. Terlalu banyak yang harus dilakukan Elena sendirian, ia
“Bagaimana cara mendaratkan benda ini?” tanya Claire.“Hmmm... Mendaratlah wahai Angin Notus?” ujar Leon dengan nada tidak yakin.Mereka menunggu beberapa saat, namun tidak ada yang terjadi.“Tadi itu sangat menggelikan,” ujar Claire sambil tertawa dengan nada menyindir. Karakter Eris membuatnya tak tahan untuk tak menyindir.Namun tiba-tiba, awan yang mereka naiki turun perlahan menuju tepian jurang. Suara gemericik air mulai terdengar saat mereka sudah berada di mulut jurang, meskipun tidak terlihat dari mana. Jurang itu terlihat begitu dalam dan gelap, tidak ada yang tahu seberapa dalamnya jurang tersebut. Awan dari angin Notus itu tiba-tiba menghilang setelah mereka mendarat.“Mereka bilang kebun buah milik Hera berada di balik air terjun yang ada di dalam jurang ini, kan?” tanya Claire.“Betul,” jawab Leon.“Lalu bagaimana cara kita masuk ke dalam jurang ini dan me
Guncangan terasa semakin kuat dan bebatuan mulai jatuh entah dari mana. Claire mulai panik, begitu pula Leon. Pria itu hanya berpegangan pada serabut halus awan tempatnya berada. Claire berkonsentrasi, ia tidak punya banyak waktu. Ia kemudian merasakan kekuatan Notus mulai mengaliri dirinya dan seketika tubuhnya terasa lebih ringan.Claire membuka matanya yang kini bersinar kehijauan. Ia kemudian terbang melesat bagai angin ke arah air terjun. Ia berputar-putar mencari ke sekeliling air terjun itu ke arah atas dan bawah, namun ia tidak melihat sedikitpun ruangan yang dimaksudkan para Graeae. Ia mencoba mencari lebih ke bawah dan tiba-tiba ia merasakan angin dari balik air terjun itu.Claire menemukannya! Ada sebuah lorong gelap kecil di balik air terjun itu. Ia mencoba melesat kembali ke arah Leon berada. Namun bebatuan mulai berjatuhan ke bawah. Leon sedang menghancurkan bebatuan yang menghujani dirinya dengan pedang Perseus. Pedang itu berwarna keemasan bersinar dala
“Leon, jangan bercanda!” seru Claire.“Percayalah, Claire, aku sama sekali tidak berminat bercanda,” jawab Leon.“Shit! Gambar apa saja yang ada di sana?” tanya Claire.“Gambar tameng, cermin, pedang, sepatu, dan yang terakhir gambar baju zirah,” jawab Leon“Tameng dan cermin sudah terpilih tadi. Tidak mungkin dua kali, kan?” tanya Claire.“Kamu benar, coret tameng dan cermin. Berarti tinggal pedang, sepatu, dan baju zirah,” jawab Leon.“Pedang... Perseus sudah punya pedang andalannya, bukan? Apakah mungkin dia menggunakan pedang lain?” tanya Claire.“Masuk akal... Jika kita mencoret pedang, berarti pilihannya tinggal sepatu dan baju zirah,” jawab Leon.“Sepatu dan baju zirah... Keduanya Perseus juga sudah punya. Ah sial!” seru Claire mengumpat.“Tunggu... sepatu itu modelnya sedikit aneh, tapi bukankah baju
Claire berteriak saat tubuhnya terjun bebas ke tanah. Leon berusaha menggapai tangannya, tapi percuma saja sebab Leon juga sedang terjun bebas bersama Claire. Mereka bersiap kehilangan satu nyawa lagi sebelum tiba-tiba sekelebatan cahaya putih bergerak cepat di bawah mereka. Claire dan Leon merasakan tangan-tangan halus memeluk mereka dari belakang lalu mereka dibawa melayang dan melesat cepat di udara.“Hesperides... Jangan halangi aku!” kata seratus kepala Ladon bersamaan. Suaranya yang berat, dalam, dan sedikit serak bergema di seluruh taman.Saat mereka berhenti melayang dan mendarat ke tanah, Claire dan Leon baru menyadari kalau mereka telah diselamatkan oleh empat wanita cantik berkulit putih dengan tubuh harum bunga-bungaan. Mereka semua bergaun putih tipis melayang dengan aksen floral yang indah.“Mereka berdua adalah tamu kami, Ladon!” seru salah seorang dari mereka. Rambutnya coklat gelap sewarna dengan tanah, matanya hijau sewa