Satu hari setelah pingsannya Cinta diruang rapat yang membuat kehebohan itu Bian tidak bisa tenang, dia terus memikirkan apa hubungan Kevin dengan Cinta. Wanita yang belakangan ini terus berada dipikirannya, bahkan Kevin meminta ijin saat jam kerja demi menjaga Cinta yang berada dirumah sakit. Setelah dibawa kerumah sakit ternyata Cinta demam terlalu tinggi, sehingga hidungnya mengeluarkan darah. Hari ini pun wanita itu wanita itu masih belum masuk kerja karena masih dirawat. Bian sudah mencari tahu keadaan Cinta melalui orang suruhannya dan kondisi Cinta sudah membaik.
Saat dirinya masih memikirkan hubungan Cinta dan Kevin, ditempatnya Cinta juga memikirkan apa sebenarnya tujuan Kevin mendekatinya. Apakah pria ini memiliki perasaan untuknya? Kevin memang tampan, dan juga mapan. Tapi benarkah Kevin memiliki perasaan untuknya?? Seorang wanita yatim piatu dan miskin. Cinta melihat buket bunga dan juga buah-buahan yang tidak ada nama pengirimnya itu. Tapi dia menebak ini pasti dari Kevin, sama dengan semua kado-kado misterius yang lainnya. Cinta sebenarnya memiliki harapan kalau Bian lah yang mengirimkan itu semua. Tunggu dulu, kenapa dia jadi memikirkan bos nya itu?? Ada apa dengannta?
" ah... Apa kepalaku terbentur ya kemarin?"
Cinta mengetuk kepalanya dan tepat saat Kevin masuk keruang rawatnya." hei Cinta apa yang kau lakukan?"
Kevin terkejut bukan main dengan apa yang dia lihat." eh.. Pak Kevin. Ini pak kepala saya gatal." jawab Cinta asal. Dan dia menyesalinya.
Kevin menggelangkan kepalanya sambil tersenyum. Dia memberikan sebuah kantong plastik kepada Cinta." bukalah, mungkin kamu mau memakannya. Aku dengar dari suster pagi ini kamu tidak banyak makan."
Didalam hati Cinta merasa tersanjung karena pria ini begitu baik memperlakukannya. Tapi bukankah semua pria seperti itu jika ingin mengerjar wanita incarannya? Cinta lalu kembali masam dengan pemikirannya yang terlalu percaya diri." pak Kevin tidak kerja hari ini?"
" kerja dong, ini jam makan siang Cinta. Jadi saya memilih melihatmu, kamu pasti bosan bukan."
Cinta mengangguk canggung." makasih pak. Ehm.. Pak, apa saya boleh bertanya sesuatu?"
Kevin mengangguk dan Cinta melirik buket dan parcel buah dimeja sebelah brankarnya. Cinta kembali teringat dengan kartu ucapannya " cepat sembuh love, aku mengkhawatirkanmu."" apa bapak yang mengirim buket bunga itu?" tunjuk Cinta yang diikuti tatapan dari Kevin.
" apa bapak juga yang setiap pagi mengirimi saya bunga serta kado-kado manis lainnya dua minggu ini?"
Kevin masih diam mencerna semuanya. Dia tersenyum dan memegang tangan Cinta." jika memang bapak yang melakukan hal itu, saya boleh tahu apa maksud bapak sebenarnya?"
Kevin lebih mendekatkan tubuhnya kepada Cinta dan memeluk Cinta secara tiba-tiba." saya menyukai kamu Cinta."
Deg...... Jantung Cinta berdetak aneh. Dia sepertinya akan pingsan saat ini. Seorang pria mengatakan menyukai dirinya yang sama sekali tidak sederajat dengan pria itu." saya menyukai kamu sejak pertama melihat kamu. Dan semakin menyukai kamu setiap harinya, dan saya yakin kalau saya ingin melindungi kamu dari apapun didunia ini."Seseorang didepan pintu ruangan yang tidak tertutup sempurna mendengar semuanya. ' Bella', setelah mendengar Cinta ada dirumah sakit ini dari Bian, dia langsung mencari informasi ruang rawat Cinta. Karena baginya meski Cinta baru dia kenal, tapi Cinta berarti untuknya karena dia membuat Bian bahagia dan tertawa belakangan ini.Bella tidak jadi masuk keruangan itu setelah mendengar apa yang dia dengar. Bian kalah start dari pria ini, dia sangat kesal. Dia berniat setelah jam kerjanya usai dia akan ke kantor Bian. Lebih baik Bian tahu yang sebenarnya, itulah pemikiran Bella." kamu mau menjadi kekasihku Cinta?"
Cinta tak bisa menjawabnya, pikirannya kemana-mana. Hatinya belum siap dengan semua ini. Belakangan ini kenapa banyak pria kaya yang dekat dengannya, apakah doa-doa nya selama ini sudah terkabul. Memiliki pacar dan suami yang kaya. Tapi jika memang benar kenapa dia merasa ada yang salah." maaf pak, tapi.. Ehm.. Saya.."
" tidak apa-apa Cinta. Saya tahu kamu pasti terkejut, pikirkanlah dulu. Saya akan menunggunya."
****
Setelah kejadian itu, hari-hari Cinta selalu diisi oleh Kevin selama sebulan ini. Meski mereka belum resmi berpacaran karena Cinta belum menjawab pernyataan Cinta Kevin. Cinta ragu, karena hatinya tidak bisa lepas berbahagia jika Kevin mulai menggodanya.
Makan siang ataupun terkadang Kevin memaksakan untuk mengantar jemput Cinta kekantor atau kemanapun. Sementara Bian hanya bisa melihat itu semua dari jauh, dia tahu semuanya tanpa Bella memberitahukannya.Saat ini Brian dan Bella ada diruangannya, mereka datang dengan niat menyemangati Bian agar mengejar Cinta, jika tidak Cinta akan diambil Kevin.
" mas, ayolah semangat sedikit. Cinta itu suka sama loe, keliatan banget dari cara dia ngeliatin loe kalau kalian lagi saling tatap."
" sok tau loe Bri," jawan Bian tersenyum. Padahal hatinya tidak baik saat ini.
" yang dibilang Brian itu bener loh mas, kalau suka kenapa gak bilang?"
Bella menimpali." dia berhak bahagia, kalau sama gue yang ada dia tersiksa. Dia gak bakal bisa kencan malam minggu atau sekedar berdansa disebuah pesta. Lagi pula Kevin pantas untuknya."
" pantas dari mana? Dia itu pembohong, belum nikah aja udah bohong. Gimana pas nikah tuh. Lagian kenapa sih mas gak tulis aja semua kado itu dari loe."
Brian benar-benar kesal saat ini. Dia ingin menonjok wajah Kevin yang sudah mengaku jika semua kado dan bunga itu darinya. Padahal Bian lah yang setiap pagi menyiapkan kado itu dan menyuruh office boy meletakkannya dikubikel Cinta."mas, percaya atau enggak masih ada wanita diluar sana yang bisa terima kamu apa adanya. Dan aku yakin wanita itu Cinta."
Bian melihat dan mendengarkan kalimat Bella dengan baik, dia berharap ucapan Bella itu benar. Dia juga sangat berharap Cinta mau menerima dirinya, hanya saja dia tidak bisa membiarkan Cinta susah bersamanya." kita balik mas. Pikirin yang kita bilang tadi, kita begini karena sayang sama loe. Oma dan Opa bahkan sudah mencarikan calon buat kamu mas."
Bella dan Brian pamit pulang, dan kesunyian pun menyapa Bian. Dia menelpon sekertarisnya untuk memanggil Cinta keruangannya. Dia merindukan melihat wanita itu secara langsung. Apalagi mendengar omelan dari Cinta untuknya.Tak lama pintu ruangan diketuk dan muncul lah wajah Cinta disana. Bian memasang wajah datarnya padahal hatinya berbunga-bunga.
" maaf, bapak memanggil saya."
Tanya Cinta pelan, dia begitu menyukai wajah Bian yang bagaikan aktor favoritnya." Cinta kamu sudah baikan?". Pertanyaan Bian membuat Cinta terkejut."jangan khawatir saya bukan berniat apa-apa, saya hanya mau tau. Kalau kamu sudah sehat berarti kamu bisa memasak buat saya lagi. Tapi jika belum saya memakluminya."Cinta menggerutu dalam hati, dikiranya Bian khawatir padanya eh ternyata nagih pekerjaan Cinta, emang dasar ngeselin nih bos satu." mulai besok saya bakal masakin bapak lagi pak. Tenang pak, saya gak kabur kok." Jawab Cinta asal.
" kalau kamu kabur juga gampang, tinggal saya ikat di kamar saya."
" bapak pikir saya peliharaan bapak? Enak aja!". Bian tertawa membuat hati Cinta meleleh, dia sangat suka Bian yang seperti ini. Tanpa beban.
" Cinta temanin saya ayo,"
" ha?? Kemana pak?"
" suatu tempat. Saya lagi butuh kamu."
" tapi kan lagi kerja pak?"
" saya bosnya, remember?". Bian menyunggingkan senyuman kepada Cinta, jika sudah bos yang bertitah Cinta bisa apa.
" baiklah pak bos." jawab Cinta dan dia lupa kalau dia berjanji akan pulang bersama Kevin sore ini.
Bersambung....
Please koment ya.... ππππ
Cinta tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Dia berada disebuah helikopter bersama Bian, ntah kemana Bian akan membawanya. Setelah itu dia merasakan helikopter semakin turun dan mereka sudah berada didepan sebuah gedung putih. " kita dimana?" tanya Cinta penasaran saat akan memasuki pintu besar berwarna putih itu. "Ini rumah impianku." jawab Bian dan Cinta takjub. Ini rumah, dia pikir ini sebuah hotel atau museum karena tadi dari luar rumah ini begitu mewah. Dan saat masuk didalamnya Cinta juga kagum, sangat berkelas dengan gaya Eropa klasik yang memenuhi desain rumah ini. "Kenapa bapak membawa saya kerumah bapak?" tanya Cinta yang masih berjalan disebelah Bian. Sedangkan Bian berjalan menggunakan kursi rodanya. "Ntah la, saya hanya merasa butuh kamu saat ini." "Apa ini di Jakarta?" Bian menggelengkan kepalanya. "Jika di Jakarta kita tidak akan berlama-lama
Satu bulan kemudian.... Cinta sedang berjalan ke arah ruangan Bian, sudah sebulan ini hubungan mereka sangat baik, setelah kembali dari Bali bulan lalu Bian menunjukkan perhatiannya kepada Cinta. Bahkan Bian menampakan ketidak sempurnaannya kepada semua karyawannya saat mencari keberadaan Cinta di pantry kantor. Dan semenjak itu seluruh manusia di kantornya heboh akan kondisinya juga heboh dengan hubungannya dengan Cinta. Bian tidak lagi memperdulikan itu. Dia hanya ingin melihat senyuman Cinta dan menggenggam tangan wanita itu. Seperti saat ini. Cinta menyuapi Bian yang terlihat manja dan sesekali tawa mereka pecah secara bersamaan. Cinta begitu bahagia bisa bersama Bian, bukan karena harta atau ketampanan Bian. Tapi Bian mampu mengetahui segala sesuatu yang Cinta rasakan ataupun inginkan. Berbeda dengan Kevin yang juga mendekatinya tapi seperti terlalu memaksakan kedekatan mereka, dan dia tidak merasakan getaran aneh dihatiny
Oma dan Opa Bian memperhatikan wanita muda cantik yang dibawa Bian dan Bian mengatakan kalau wanita ini teman special bagi Bian. Karena penasaran Oma Evelyn mendekati Cinta yang terlihat ketakutan. " hei nona, kamu kenapa terlihat takut. Kami disini tidak akan menggigit atau memutilasimu." senyuman Oma Evelyn membuat Cinta sedikit tenang. " ayo duduk disini sama Oma. Kenalkan saya Oma Evelyn, Oma nya Bian." Cinta mengangguk dan menyambut tangan Oma itu dengan senyuman. " saya Cinta Oma. Saya teman dan karyawan nya pak Bian." Oma Evelyn mengangguk dan mengajak Cinta duduk didekatnya. Sementara mama Bian dan papamya melihat wanita yang dibawa Bian dengan penuh selidik. " kalian yakin hanya teman?" Pertanyaan tante Bianca membuat Bian menggelengkan kepalanya sementara yang lain menunggu jawaban dari Cinta. " benar bu, saya teman pak Bian." "ckckck.. Jangan panggil saya
Cinta memarkirkan sepeda nya dan langsung menuju ke kubikelnya. Rutinitasnya setiap pagi di kantor kembali dia lakukan, hanya saja pagi ini dia tidak langsung mengantarkan bekal bos Bian nya, dia menunggu sekertaris bosnya itu datang agar bisa dia titipkan, Cinta sudah memikirkan semua ini semalam. Setelah semalam dia melihat Bain marah, dia tidak lagi mau berhubungan terlalu jauh dengan pria itu. Jika teman, maka ayo lakukan layaknya seorang teman.Setelah kantor mulai ramai, Cinta menaiki lift untuk keruangan Bian. Disana dia melihat Desi sekertaris Bian yang cantik itu sedang memeriksa beberapa berkas. "Hai Des," sapa Cinta sambil tersenyum."Eh Cinta, loe mau ketemu pak Bian ya? Pak bos ada sih, tapi lagi ada tamu." Cinta mengernyit mendengar kata tamu, sepagi ini ada tamu. Siapa?? Pikir Cinta penasaran."Yang gue tau sih, itu mantan tunangan pak bos. Loe mau nunggu atau ntar gue kasih tau kalau wanita itu
Saat pintu tertutup, sunyi menerpa Cinta. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Bian dengannya, saat kursi roda pria itu berbalik Cinta menanti apa yang akan dikatakan pria itu."Ayo duduk, kita makan bersama." Bian mengambil bekal makan yang dibuatkan Cinta untuknya, dengan satu tangannya pria itu sudah membawa bekal itu kearah sofa. Tapi dia berhenti dan melihat tidak ada gerakan dari Cinta. Bian membalik tubuhnya melihat wajah Cinta yang menatapnya seperti memohon. "Ada apa?" Cinta mulai terlihat sangat panik."Pak bisakah saya kembali ke ruangan saya? Saya banyak pekerjaan pak." Bian mengeraskan rahangnya mendengar apa yang disampaikan Cinta. Wanita ini benar-benar ingin membuatnya hilang kendali."Apa kau ingin menjauhiku?" Cinta diam tak bereaksi, dia menunduk dengan tangannya yang saling bertautan."Ah.. Ya,
Hujan melanda ibukota Jakarta, Cinta yang biasa bersepeda kini harus menaiki bus untuk pergi ke tempat kerjanya. Cinta tidak suka naik bus, dia lebih suka berpanas-panasan dengan sepedanya dari pada harus berdesak-desakan dengan orang-orang yang ada di dalam bus. Seperti saat ini, dia harus menunggu sekitar lima belas menit lagi untuk sampai di halte tempatnya bekerja. Berjalan kaki sebentar lalu sampailah dia di perusahaan Jayker's grup ini. Cinta menutup payung saat dia tiba didepan lobby kantor, dan disana pak bos tercinta sudah menunggu dirinya. Bian tersenyum melihat Cinta-nya datang pagi ini dengan wajah yang ceria meski langit sedang mendung. "Hai my preety, kamu bahagia sekali?" Bian dan Cinta lalu berjalan beriringan menuju lift kantor. Bian dengan kursi rodanya, dan Cinta yang berjalan sambil menenteng semua barang bawaannya. Tempat bekal, payung, tas kerja, dan berkas pekerjaannya
Sebulan berlaluCinta sibuk mengerjakan pekerjaannya yang menumpuk karena dia baru mengambil cuti selama satu minggu kemarin. Dia menemani Bian untuk menjalani perobatannya, dan Bian masih diluar negri untuk kesembuhannya.Semua urusan perusahaan ditangani oleh Brian sebagai penggantinya.Tiba-tiba Kevin mendekatinya sambil memeriksa berkas yang diserahkan Cinta tadi pagi."Ta, kamu gak salah dengan perhitungan biaya ini ?"Tanya Kevin yang membuat Cinta terlonjak kaget."Aduh..ya ampun,"kata Cinta sambil memegang arah jantungnya."Maaf pak, bagian mana ya ?" Cinta berdiri dari duduknya dan melihat bagian yang ditunjuk oleh Kevin."Saya akan cek ulang pak, bapak bisa tunggu diruangan saja. Saya akan kerjakan secepatnya."Kevin mengangguk dan tersenyum lembut kepada Cinta .Cinta duduk dan memeriksa berkasnya, dia menarik nafas lelah. Ponselnya bergetar dan dia melihat
Malam ini Cinta berada dirumah besar keluarga Jayker, dia duduk dan terlihat keluarga Bian itu menghormatinya sebagai teman dekat Bian.Meski Bian dan dirinya tau mereka menjalani hubungan lebih dari teman dekat, tapi Cinta juga tidak bisa mengatakan dia kekasih dari Bian, karena memang dia tidak mendapatkan status pacaran dari pria yang masuk kedalam hati dan pikirannya belakangan ini.Bian yang gagah ada disebelahnya, sengaja membuat kejutan untuk Cinta, karena pikir Cinta Brian masih berobat di luar negri.Dengan polo shirt berwarna dongker Bian tetap terlihat tampan, Bian melirik Cinta yang terlihat menatapnya sendu. Bian menjalankan kursi rodanya agar lebih dekat dengan Cinta."Kenapa ? Apa ada yang salah dariku ?"Cinta menggeleng dan tersenyum."Tidak ada, bapak terlihat tampan meski tidak menggunakan jas dan kemeja." Bian tertawa pelan dan menatap Cinta. Lalu pandangan mereka beralih kepa