Share

Lovers In Exchange
Lovers In Exchange
Author: Cermin

Kehidupan Baru Evellyn

Tak ada yang bisa merasakan perasaan Evellyn Zayn sekarang, tak ada yang bisa menggambarkan rasa takut dan kegugupan gadis itu yang menyesakkan dadanya. Bahkan saat ini langkahnya tampak terseok-seok, saat dia di seret paksa oleh ibunya, Sharon. Perempuan itu menyeret paksa putrinya sendiri untuk memasuki mobil mereka. Air mata yang menggenang di pelupuk mata gadis itu sekuat mungkin ia tahan, karena jika air mata itu meluncur lagi, Evellyn tak yakin bisa menghentikannya lagi seperti sebelumnya.

Evellyn mencengkram rok selututnya ketika mobil mereka melaju yang entah akan pergi kemana, yang jelas Evellyn tahu tak pernah ada hal baik yang menimpanya saat ibunya datang menjemputnya. Karena perempuan itu hanya akan menjemput Evellyn untuk menjualnya menjadi pelayan atau bahkan mengenalkan gadis itu kepada lelaki hidung belang. Selama ini Evellyn sudah berhasil menyelamatkan diri dan kabur dari orang-orang yang membelinya, tetapi sekarang, entah dia akan berhasil atau tidak. Dari yang Evellyn dengar dari percakapan ibunya sebelumnya dengan seseorang di telpon, Sharon akan membawanya ke sebuah kediaman yang jauh dari kota yang entah letaknya di mana. Saat mendengarnya Evellyn sudah merasakan firasat buruk, sepertinya kali ini tak akan mudah baginya untuk melarikan diri.

Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah, rasa gugup dan takut Evellyn  semakin memuncak. Sesaat Evellyn menoleh kearah belakang, pintu gerbang itu perlahan kembali tertutup, seketika jantung Evellyn semakin berdegup, dan dadanyapun semakin terasa sesak. Mungkinkah pada akhirnya dia akan kehilangan kegadisannya, dan terkurung di kediaman itu selamanya? Sementara ibunya, Sharon. Dia yang menyetir di sebelah Evellyn tampak tenang dan terlihat bahagia, tentu saja, perempuan itu begitu bahagia karena kemewahan yang akan ia dapatkan nanti, tak lama lagi akan menjadi miliknya. Setelah menyerahkan putrinya kepada lelaki bernama Zavio Franco, Sharon akan menjalani kehidupan barunya dengan kemewahan. Hal yang di impi-impikannya sejak dulu akhirnya akan terwujud. Sungguh Sharon tak menyangka, pertemuannya dengan Zavio pada akhirnya akan berbuah manis. Padahal, selama setahun dia menjalani hubungan bersama lelaki itu sungguh sangat menyebalkan, karena lelaki itu benar-benar sangat pelit dan perhitungan.

Tetapi, tiba-tiba lelaki itu berubah. Dia menanyakan soal gadis yang pernah Sharon bawa kepadanya beberapa pekan lalu. Gadis polos yang sederhana, tetapi cukup berani karena sudah membuatnya jengkel dan terhina, karena sudah berani menolak perintahnya dan melarikan diri.

Awalnya Sharon berbelit-belit saat Zavio memintanya untuk membawakan gadis itu, tetapi setelah mereka membuat perjanjian, jika Sharon berhasil membawa Evellyn kepadanya maka perempuan itu akan mendapatkan uang yang jumlahnya cukup untuk menopang kehidupannya beberapa tahun kedepan. Dan jika Evellyn di dapati masih suci dan belum tersentuh oleh lelaki lain, selain uang Sharon juga akan mendapatkan sebuah villa mewah dan juga mobil.

Dengan Mendapatkan penawaran yang begitu menggiurkan, seketika Sharon langsug berbinar. Walaupun sungguh di sayangkan dia akan kehilangan lelaki tampan dan kaya yang selama ini dia pacari, tetapi demi harta yang akan dia dapatkan nanti Sharon menjadi gelap mata, lagi pula bukankah itu sepadan? Karena selama ini Sharon juga merasa tak nyaman berpacaran dengan lelaki itu, yang egois dan tak mudah di tebak. Lagi pula bukankah jika dia memiliki segalanya, dia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan? Saat dia kaya nanti, lelaki tampan manapun bisa dia dapatkan. Dan soal lelaki kaya, Sharon yakin dia bisa mendapatkannya dengan mudah. Apa lagi sosok Sharon yang bertubuh seksi dan berisi, di tambah wajahnya juga cantik, tak sulit baginya untuk mendapatkan seorang kekasih yang sesuai keinginannya.

Sekarang, Sharon benar-benar bersemangat. Apa lagi dia sangat yakin anak gadis satu-satunya, dari hasil pernikahannya dulu merupakan gadis polos yang masih suci. Sungguh Sharon tak menyangka, ada baiknya juga Evellyn selama ini membangkang dan selalu kabur saat Sharon menjualnya kepada lelaki hidung belang. Karena dengan begitu hingga saat ini Evellyn masih terjaga kegadisannya, dan kali ini Sharon benar-benar untung banyak.

“Kali ini kau harus bersikap baik, Eve. Bergunalah sekali saja untukku, kau tahu kau lahir kedunia ini adalah kesalahan akibat kebodohanku di masa lalu. Tetapi, walaupun begitu kau tetaplah putriku. Kau memiliki hutang nyawa karena aku sudah melahirkanmu dan merawatmu hingga saat ini, jadi kali ini anggap saja kau sedang membayar hutang padaku. Setelah ini aku berjanji, di antara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Hanya sebatas orang asing yang kedepannya tak akan pernah bertemu lagi, kau mengerti!” seru Sharon dengan angkuh tanpa menoleh ke arah putrinya itu.

Ada seberkas nyeri yang seakan menghantam dada Evellyn saat mendengar ucapan Sharon, walaupun Evellyn sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari ibunya itu, tetapi rasanya masih saja menyakitkan. Sharon terlalu egois untuk memikirkan siapapun, selain dirinya sendiri. Tetapi, kadang kala ada sedikit rasa di hati Evellyn, setidaknya sekali saja tak bisakah Sharon mencintainya layaknya seorang ibu kepada putrinya?

Mobil Sharon berhenti tepat di depan pintu utama, Evellyn baru sadar perjalanan dari pintu gerbang ke rumah besar ini memerlukan waktu yang cukup lumayan lama. Dan bahkan Evellyn tidak memperhatikan keadaan sekitar, tadi dia terlalu larut dalam lamunannya.

Evellyn keluar dari mobil setelah di perintahkan Sharon, perempuan itu begitu tak sabaran entah apa yang membuatnya begitu terburu-buru. Tetapi, Evellyn sudah tahu jawabannya. Paling tak jauh-jauh dari uang, karena itulah satu-satunya yang di cintai perempuan itu. Saat Evellyn keluar dari mobil, Evellyn mengedarkan pandangan. Rupanya kediaman itu begitu besar, halamannya begitu luas dan indah. Dan rumahnyapun sangat besar bagaikan istana, Evellyn yakin pemiliknya pastilah sangat kaya. Tak heran Sharon begitu bersemangat, bahkan saat ini mata perempuan itu tampak berbinar bagaikan seseorang yang baru saja menemukan harta karun.

Saat Sahron menarik tangan Evellyn dan membawanya mendekati kediaman itu, di depan pintu sudah berdiri dua orang laki-laki paruh baya, yang satu terlihat ramah dan yang satu berekspresi sangat kaku dan berpakaian serba hitam. Melihatnya seketika Evellyn langsung berdiri di belakang tubuh Sharon, yang terlihat riang sambil melangkah melenggokkan tubuhnya menghampiri kedua lelaki itu.

“Nona Sharon,” sapa salah satu dari mereka yang terlihat ramah.

“Ya, Thomas. Aku rasa kau sudah tahu tujuanku kesini, jadi bukalah pintunya aku tidak suka menunggu!” seru Sharon dengan angkuhnya.

“Kau pasti Nona Eve, selamat datang di kediaman. Tuan sudah menunggumu, mari silahkan masuk!” sambut lelaki yang di panggil Thomas oleh Shraon. Dia menyapa Evellyn dengan ramah tanpa memperdulikan Sharon yang menatapnya tajam, karena sudah di abaikan.

“Kau sungguh cantik, pantas Tuan begitu mengagumimu. Karena kau sangat berbeda, sekalipun tanpa makeup dan pakaian yang anggun, kepolosan dan kecantikan alamimu membuatmu menjadi sangat istimewa. Tak seperti perempuan di luaran sana, terlalu memaksakan diri mempercantik dengan segala cara tetapi hasilnya masih terlihat palsu. Sungguh ironis bukan?” kekeh Thomas seolah sedang menyindir Sharon yang berpenampilan persis seperti yang di katakan lelaki paruh baya itu.

Mendengar ucapan Thomas, seketika Evellyn langsung menoleh ke arah Sharon yang tampak kesal. Tetapi perempuan itu rupanya sedang menahan diri, sungguh seperti bukan seorang Sharon, yang gampang meledak saat merasa tersinggung.

“Mari, saya akan mengantar anda kedalam. Dan kau Elias, antar Nona Sharon keruang kerja Tuan.” Perintah Thomas, lalu iapun mempersilahkan Evellyn masuk. Sesaat Evellyn menoleh ke arah Sharon, ia masih mengharapkan sedikit saja rasa simpatinya agar apapun kesepakatannya dengan lelaki asing itu di batalkan, tetapi rupanya Sharon sudah bertekad. Dia bahkan seakan tidak perduli apa yang akan terjadi nanti kepada Evellyn, hingga manik mata gadis itupun tampak berkaca-kaca. Evellyn sungguh tidak ingin masuk, tetapi Sharon justru membuang muka seakan tidak perduli, dia justru pergi mendahului Evellyn dan pergi bersama Elias menuju ruang kerja tuannya. Sungguh Evellyn benar-benar kecewa, hatinya terasa berdenyut. Dengan lemas iapun mengikuti Thomas dari belakang, masuk kekediaman megah itu dengan hati yang suram. Saat ini gadis itu benar-benar takut, sedih dan kecewa bercampur aduk. Meratapi nasib buruknya yang tak pernah baik sedari ia kecil hingga saat ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status