Beranda / Romansa / Lovers In Exchange / Kehidupan Baru Evellyn

Share

Lovers In Exchange
Lovers In Exchange
Penulis: Cermin

Kehidupan Baru Evellyn

Penulis: Cermin
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-22 19:34:51

Tak ada yang bisa merasakan perasaan Evellyn Zayn sekarang, tak ada yang bisa menggambarkan rasa takut dan kegugupan gadis itu yang menyesakkan dadanya. Bahkan saat ini langkahnya tampak terseok-seok, saat dia di seret paksa oleh ibunya, Sharon. Perempuan itu menyeret paksa putrinya sendiri untuk memasuki mobil mereka. Air mata yang menggenang di pelupuk mata gadis itu sekuat mungkin ia tahan, karena jika air mata itu meluncur lagi, Evellyn tak yakin bisa menghentikannya lagi seperti sebelumnya.

Evellyn mencengkram rok selututnya ketika mobil mereka melaju yang entah akan pergi kemana, yang jelas Evellyn tahu tak pernah ada hal baik yang menimpanya saat ibunya datang menjemputnya. Karena perempuan itu hanya akan menjemput Evellyn untuk menjualnya menjadi pelayan atau bahkan mengenalkan gadis itu kepada lelaki hidung belang. Selama ini Evellyn sudah berhasil menyelamatkan diri dan kabur dari orang-orang yang membelinya, tetapi sekarang, entah dia akan berhasil atau tidak. Dari yang Evellyn dengar dari percakapan ibunya sebelumnya dengan seseorang di telpon, Sharon akan membawanya ke sebuah kediaman yang jauh dari kota yang entah letaknya di mana. Saat mendengarnya Evellyn sudah merasakan firasat buruk, sepertinya kali ini tak akan mudah baginya untuk melarikan diri.

Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah, rasa gugup dan takut Evellyn  semakin memuncak. Sesaat Evellyn menoleh kearah belakang, pintu gerbang itu perlahan kembali tertutup, seketika jantung Evellyn semakin berdegup, dan dadanyapun semakin terasa sesak. Mungkinkah pada akhirnya dia akan kehilangan kegadisannya, dan terkurung di kediaman itu selamanya? Sementara ibunya, Sharon. Dia yang menyetir di sebelah Evellyn tampak tenang dan terlihat bahagia, tentu saja, perempuan itu begitu bahagia karena kemewahan yang akan ia dapatkan nanti, tak lama lagi akan menjadi miliknya. Setelah menyerahkan putrinya kepada lelaki bernama Zavio Franco, Sharon akan menjalani kehidupan barunya dengan kemewahan. Hal yang di impi-impikannya sejak dulu akhirnya akan terwujud. Sungguh Sharon tak menyangka, pertemuannya dengan Zavio pada akhirnya akan berbuah manis. Padahal, selama setahun dia menjalani hubungan bersama lelaki itu sungguh sangat menyebalkan, karena lelaki itu benar-benar sangat pelit dan perhitungan.

Tetapi, tiba-tiba lelaki itu berubah. Dia menanyakan soal gadis yang pernah Sharon bawa kepadanya beberapa pekan lalu. Gadis polos yang sederhana, tetapi cukup berani karena sudah membuatnya jengkel dan terhina, karena sudah berani menolak perintahnya dan melarikan diri.

Awalnya Sharon berbelit-belit saat Zavio memintanya untuk membawakan gadis itu, tetapi setelah mereka membuat perjanjian, jika Sharon berhasil membawa Evellyn kepadanya maka perempuan itu akan mendapatkan uang yang jumlahnya cukup untuk menopang kehidupannya beberapa tahun kedepan. Dan jika Evellyn di dapati masih suci dan belum tersentuh oleh lelaki lain, selain uang Sharon juga akan mendapatkan sebuah villa mewah dan juga mobil.

Dengan Mendapatkan penawaran yang begitu menggiurkan, seketika Sharon langsug berbinar. Walaupun sungguh di sayangkan dia akan kehilangan lelaki tampan dan kaya yang selama ini dia pacari, tetapi demi harta yang akan dia dapatkan nanti Sharon menjadi gelap mata, lagi pula bukankah itu sepadan? Karena selama ini Sharon juga merasa tak nyaman berpacaran dengan lelaki itu, yang egois dan tak mudah di tebak. Lagi pula bukankah jika dia memiliki segalanya, dia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan? Saat dia kaya nanti, lelaki tampan manapun bisa dia dapatkan. Dan soal lelaki kaya, Sharon yakin dia bisa mendapatkannya dengan mudah. Apa lagi sosok Sharon yang bertubuh seksi dan berisi, di tambah wajahnya juga cantik, tak sulit baginya untuk mendapatkan seorang kekasih yang sesuai keinginannya.

Sekarang, Sharon benar-benar bersemangat. Apa lagi dia sangat yakin anak gadis satu-satunya, dari hasil pernikahannya dulu merupakan gadis polos yang masih suci. Sungguh Sharon tak menyangka, ada baiknya juga Evellyn selama ini membangkang dan selalu kabur saat Sharon menjualnya kepada lelaki hidung belang. Karena dengan begitu hingga saat ini Evellyn masih terjaga kegadisannya, dan kali ini Sharon benar-benar untung banyak.

“Kali ini kau harus bersikap baik, Eve. Bergunalah sekali saja untukku, kau tahu kau lahir kedunia ini adalah kesalahan akibat kebodohanku di masa lalu. Tetapi, walaupun begitu kau tetaplah putriku. Kau memiliki hutang nyawa karena aku sudah melahirkanmu dan merawatmu hingga saat ini, jadi kali ini anggap saja kau sedang membayar hutang padaku. Setelah ini aku berjanji, di antara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Hanya sebatas orang asing yang kedepannya tak akan pernah bertemu lagi, kau mengerti!” seru Sharon dengan angkuh tanpa menoleh ke arah putrinya itu.

Ada seberkas nyeri yang seakan menghantam dada Evellyn saat mendengar ucapan Sharon, walaupun Evellyn sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari ibunya itu, tetapi rasanya masih saja menyakitkan. Sharon terlalu egois untuk memikirkan siapapun, selain dirinya sendiri. Tetapi, kadang kala ada sedikit rasa di hati Evellyn, setidaknya sekali saja tak bisakah Sharon mencintainya layaknya seorang ibu kepada putrinya?

Mobil Sharon berhenti tepat di depan pintu utama, Evellyn baru sadar perjalanan dari pintu gerbang ke rumah besar ini memerlukan waktu yang cukup lumayan lama. Dan bahkan Evellyn tidak memperhatikan keadaan sekitar, tadi dia terlalu larut dalam lamunannya.

Evellyn keluar dari mobil setelah di perintahkan Sharon, perempuan itu begitu tak sabaran entah apa yang membuatnya begitu terburu-buru. Tetapi, Evellyn sudah tahu jawabannya. Paling tak jauh-jauh dari uang, karena itulah satu-satunya yang di cintai perempuan itu. Saat Evellyn keluar dari mobil, Evellyn mengedarkan pandangan. Rupanya kediaman itu begitu besar, halamannya begitu luas dan indah. Dan rumahnyapun sangat besar bagaikan istana, Evellyn yakin pemiliknya pastilah sangat kaya. Tak heran Sharon begitu bersemangat, bahkan saat ini mata perempuan itu tampak berbinar bagaikan seseorang yang baru saja menemukan harta karun.

Saat Sahron menarik tangan Evellyn dan membawanya mendekati kediaman itu, di depan pintu sudah berdiri dua orang laki-laki paruh baya, yang satu terlihat ramah dan yang satu berekspresi sangat kaku dan berpakaian serba hitam. Melihatnya seketika Evellyn langsung berdiri di belakang tubuh Sharon, yang terlihat riang sambil melangkah melenggokkan tubuhnya menghampiri kedua lelaki itu.

“Nona Sharon,” sapa salah satu dari mereka yang terlihat ramah.

“Ya, Thomas. Aku rasa kau sudah tahu tujuanku kesini, jadi bukalah pintunya aku tidak suka menunggu!” seru Sharon dengan angkuhnya.

“Kau pasti Nona Eve, selamat datang di kediaman. Tuan sudah menunggumu, mari silahkan masuk!” sambut lelaki yang di panggil Thomas oleh Shraon. Dia menyapa Evellyn dengan ramah tanpa memperdulikan Sharon yang menatapnya tajam, karena sudah di abaikan.

“Kau sungguh cantik, pantas Tuan begitu mengagumimu. Karena kau sangat berbeda, sekalipun tanpa makeup dan pakaian yang anggun, kepolosan dan kecantikan alamimu membuatmu menjadi sangat istimewa. Tak seperti perempuan di luaran sana, terlalu memaksakan diri mempercantik dengan segala cara tetapi hasilnya masih terlihat palsu. Sungguh ironis bukan?” kekeh Thomas seolah sedang menyindir Sharon yang berpenampilan persis seperti yang di katakan lelaki paruh baya itu.

Mendengar ucapan Thomas, seketika Evellyn langsung menoleh ke arah Sharon yang tampak kesal. Tetapi perempuan itu rupanya sedang menahan diri, sungguh seperti bukan seorang Sharon, yang gampang meledak saat merasa tersinggung.

“Mari, saya akan mengantar anda kedalam. Dan kau Elias, antar Nona Sharon keruang kerja Tuan.” Perintah Thomas, lalu iapun mempersilahkan Evellyn masuk. Sesaat Evellyn menoleh ke arah Sharon, ia masih mengharapkan sedikit saja rasa simpatinya agar apapun kesepakatannya dengan lelaki asing itu di batalkan, tetapi rupanya Sharon sudah bertekad. Dia bahkan seakan tidak perduli apa yang akan terjadi nanti kepada Evellyn, hingga manik mata gadis itupun tampak berkaca-kaca. Evellyn sungguh tidak ingin masuk, tetapi Sharon justru membuang muka seakan tidak perduli, dia justru pergi mendahului Evellyn dan pergi bersama Elias menuju ruang kerja tuannya. Sungguh Evellyn benar-benar kecewa, hatinya terasa berdenyut. Dengan lemas iapun mengikuti Thomas dari belakang, masuk kekediaman megah itu dengan hati yang suram. Saat ini gadis itu benar-benar takut, sedih dan kecewa bercampur aduk. Meratapi nasib buruknya yang tak pernah baik sedari ia kecil hingga saat ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lovers In Exchange   Luka Zavio

    Thomas segera menghampiri tempat tidur Zavio, lelaki paruh baya itupun langsung mengangkat tubuh Evellyn dan memindahkannya ke samping Zavio. Dengan penuh perhatian Thomas memastikan Evellyn tidur dengan nyaman, iapun menyelimuti gadis itu hingga menutupi dadanya.“Sepertinya dia demam,” gumam Thomas seraya menempelkan punggung tangannya ke kening Evellyn. “Sebaiknya kita panggilkan Dokter, panasnya sangat tinggi, aku takut terjadi apa-apa dengan gadis ini.”“Lakukan apapun yang menurutmu baik, aku sudah cukup menderita dengan luka sialan ini!” gerutu Zavio sambil meringis saat ia menggeser punggungnya.“Tapi… bagaimana bisa Non Eve sampai ke kamarmu? Aku sedari tadi di depan pintu bersama beberapa pengawal, tetapi kami sama sekali tak melihat siapapun masuk melalui pintu masuk.” Thomas tampak bingung sambil menatap Evellyn yang masih tak sadarkan diri.

  • Lovers In Exchange   Sebuah Lukisan

    Evellyn menatap ke sekeliling kamar itu, ada banyak lukisan yang terpajang dengan rapi di dinding, ada juga yang masih bersandar di tembok di beberapa sudut, dan ada pula yang masih berdiri tegak di tiang lukisan yang di tutupi oleh kain putih.Dengan langkah perlahan Evellyn melangkah mendekati lukisan yang tertutup kain, lalu dengan rasa penasaran ia pun membuka kain itu perlahan. Tampak lukisan besar itu menampakan sesosok seorang perempuan cantik dan anggun, sosok yang begitu familiar bagi Evellyn, tetapi sepertinya ada yang berbeda.“Ini… lukisan Sharon, tetapi ini bukanlah Sharon!” gumam Evellyn, “Manik matanya berbeda, tetapi wajah mereka sungguh sangat mirip. Mungkinkah ini Sharon? Atau… aahhh… aku ingat, saat Zavio mabuk kala itu, dia menyebut-nyebut perempuan yang berwajah sama dengan ibuku. Apakah dia? Kenapa mereka berdua begitu mirip? Setahuku Sharon tidak memiliki saudara kembar atau pun s

  • Lovers In Exchange   Sebuah Lorong Rahasia

    Sepanjang hari Evellyn hanya mengurung diri di kamar, suhu tubuhnya kini sudah membaik, akan tetapi rasa pening di kepalanya masih saja belum hilang juga. Namun, sekalipun ia masih merasakan pusing, tetapi rasa bosannya hanya membuat keadaan semakin buruk saja. Setelah kepergian dokter dan pelayan yang merawatnya, Evellyn dengan perlahan turun dari ranjang. Lalu iapun melangkah menuju jendela, untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa ia lihat di taman? Karena Evellyn masih penasaran, siapakah sosok yang ada di taman itu? Dan apakah ada sesuatu yang tersembunyi di taman? Dengan penuh tekad Evellyn memutuskan untuk keluar dan menjelajah taman di luar kamarnya. Dengan susah payah Evellyn terus menarik pintu menuju taman, sungguh sulit di buka. Saat melihat keadaan pintu itu yang seakan sudah menyatu dengan tembok, karena setiap sela-sela lubangnya tertutup debu, membuat Evellyn yakin tempat itu pasti sudah bertahun-tahun di abaikan. Lalu…

  • Lovers In Exchange   Perasaan Yang Menyentuh

    Evellyn membuka matanya menatap punggung bidang lelaki yang sudah menggendongnya itu, suara itu, tubuh itu, Evellyn tahu siapa dia. Tetapi bagaimana mungkin? Pikir Evellyn tak percaya. Atau mungkin saja Evellyn salah lihat, walaupun sejujurnya ia sudah terbangun sedari tadi saat ia tengah di gendong, tetapi Evellyn tidak berani membuka mata. Sesaat tadi, Evellyn hanya ingin menunggu waktu yang pas, dan iapun ingin tahu kemana ia akan di bawa. Jika orang yang menggendongnya ingin berbuat jahat, Evellyn sudah mempersiapkan puluhan cara untuk bisa lepas dari orang itu. Tetapi, jika orang itu tak bermaksud jahat, Evellyn hanya akan berpura-pura masih terlelap. Ia akan menunggu, sampai orang yang menggendongnya itu pergi.Evellyn bangun setelah memastikan tak ada siapa pun di sana, Evellyn menghela napas, lalu mengedarkan pandangannya. Saat ini dia sudah berada di kamarnya lagi, iapun mengambil guling dan memeluknya sambil bersandar di sudut tempat tidur.&nbs

  • Lovers In Exchange   Kabar Buruk

    “Kemari,” perintah Zavio kepada Evellyn, dengan nada seolah sedang berbicara dengan salah satu anak buahnya.Evellyn menegakkan tubuhnya, mengangkat dagu dan alisnya dengan angkuh. Gadis itu mencoba keras kepala dan menunjukkan bahwa dirinya tak bisa di perlakukan seenaknya. Walaupun sejujurnya ia tampak rapuh dan takut, tetapi Evellyn bertekad tak ingin lagi di tindas seenaknya oleh lelaki yang sudah menghancurkan hidupnya itu.“Kemarilah Eve, jangan membuatku marah!” seru Zavio dengan nada tegas. Walaupun saat ini Zavio merasakan lemah dan tak berdaya, yang di perlakukan seolah debu di kaki gadis itu, tetapi Zavio tetap angkuh agar gadis itu tahu siapa tuannya.“Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu,” ucap Zavio yang bersusah payah duduk dan menyandarkan tubuhnya walaupun ia tampak menahan sakit yang luar biasa berdenyut di perutnya.“Apa itu?&rdquo

  • Lovers In Exchange   Sebuah Hukuman

    Evellyn keluar dari kamar Zavio dengan langkah gontai dan pening, kepalanya terasa berat setelah berjaga seharian tanpa di biarkan beristirahat sedikitpun. Setiap kali Evellyn ingin memejamkan mata karena lelah dan ngantuk, ada saja orang-orang yang masuk dan tak membiarkan Evellyn untuk terpejam sebentar saja. Saat ini, kesempatannya untuk meninggalkan kamar Zavio pun muncul, setelah kedatangan dokter dan perawat yang ingin mengganti perban dan memberikan banyak obat untuk penyembuhan. Melihat kesempatan yang datang itu, Evellyn meminta izin untuk kembali ke kamarnya kepada Thomas. Selain untuk beristirahat, Evellyn juga ingin mandi dan menyegarkan kepalanya yang terasa pening.Sepanjang koridor kediaman itu, Evellyn melewati para pelayan yang berkumpul sambil berbisik-bisik dan menatap Evellyn dengan tatapan permusuhan. Namun, Evellyn hanya menghela napas dan tak memperdulikan mereka. Dia terus menelusuri lorong itu menuju kamarnya, karena bagi E

  • Lovers In Exchange   Ancaman Elias

    Pelayan yang baru keluar dari kamar mandipun menoleh kearah tatapan temannya itu, ia merasakan ada sesuatu yang janggal dengan prilaku temannya itu. Dengan perlahan diapun memutar tubuhnya, dan betapa terkejutnya pelayan itu saat melihat Elias dan Thomas sedang berdiri tepat di hadapannya.“Tu... Tuan!” pekiknya tertelan seakan ada sesuatu yang mencekik di tenggorokannya.“Apa ada masalah? Apa yang kalian lakukan kepada tamu Tuan?” tanya Thomas dingin, seraya menatap tajam ke arah kedua pelayan itu.“Tu... Tuan...”“Dia... dia mencoba mengerjai gadis itu!” teriak pelayan sinis tadi menuduh temannya sendiri, padahal dia sudah membantu menyelesaikan pekerjaannya yang kacau di kamar mandi.“Kau! Apa yang kau katakan?”“Benar Tuan, dia yang mencoba mengacaukan pekerjaan saya. Padahal saya sudah ber

  • Lovers In Exchange   Hari Yang Melelahkan

    Evelin menghela napas untuk kesekian kalinya sambil mengambil beberapa baju yang ia sukai, lalu menumpuknya di atas meja. Setelah menemukan beberapa set pakaian dan dalaman, Evellyn pergi menuju kamar mandi, dan iapun merendam baju-baju itu dengan sisa sabun mandi cair yang tadi ia pakai. Menguceknya sedikit, setelah itu iapun menjemurnya di tiang lemari kamar mandi yang biasanya untuk menggantung jubah mandi maupun handuk. Sementara untuk saat ini, stelan celana pendek dan tengtop menjadi pilihannya. Toh hanya untuk tidur saja, jadi Evellyn mencari yang simple dan nyaman baginya. “Haaahh... baiklah, hari ini sudah cukup melelahkan!” keluh Evellyn sambil menggeliat untuk melemaskan urat-uratnya yang terasa kaku dan pegal, kemudian iapun mandi dengan air dingin untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah dan gerah, karena kamar itu sama sekali tak ada pendingin maupun kipas angin. Sehingga tubuh Evellyn terasa lengket dan basah. *** &nb

  • Lovers In Exchange   Terlukanya Zavio

    ***“Kau sungguh ceroboh, Non Eve. Bagaimana bisa kau memprovokasi seorang Zavio Franco? Sepertinya kau sungguh sudah tak sayang nyawa. Aaaahhh... kehilangan nyawa secara instan itu jauh lebih baik, takutnya kau akan mendapatkan balasan yang mengerikan dari kedua lelaki itu. Tuan Zavio dan Elias... Haaahhh, percaya kepadaku, kau tak akan pernah berani walau hanya melirik mereka sekilas saja, jika kau tahu siapa kedua orang itu!"“Ini salahnya sendiri, dia mencoba mengancamku setelah berbuat keji. Iblis sepertinya memang pantas mendapatkan itu, dan dia pantas mati!” rutuk Evellyn diliputi emosi.“Jaga mulutmu, Eve! Sebelum aku robek mulutmu itu!” geram Elias yng tiba-tiba muncul, dan dengan hitungan detik lelaki itu secepat kilat menerjang Evelin dan menamparnya hingga perempuan itu jatuh tersungkur. Evellyn memekik saat keningnya membentur pot, hingga pot porslen itu pecah karenanya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status