Share

Kejadian Tragis 2

“Sharon... Ibu,” suara Evellyn seketika menghilang seolah tercekik. Ingatannya kembali saat ia melihat ibunya bersimbah darah dan tak sadarkan diri di luar sana, apakah perempuan itu mati? Ataukah Zavio Franco berhasil menyelamatkannya? Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa ibunya bisa terluka dan mengalami kejadian mengerikan itu?

Dengan lembut Zavio menggenggam kedua tangan Evellyn yang tampak sedih dan ketakutan, “Aku sangat menyesal Eve, aku sangat menyesal...” ucap lelaki itu terdengar lirih. “Aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi, polisi sedang di depan untuk menyelidiki. Dan menurut mereka, Sharon terpeleset, hingga kepalanya terbentur pinggiran kolam dan... dan... aku... aku benar-benar minta maaf!” ucap Zavio, iapun tampak menundukkan wajahnya seolah menyesal.

Evellyn mengamati kesedihan di mata Zavio, entah kenapa gadis itu merasa aneh melihat lelaki yang tadi dingin dan menakutkan tiba-tiba menunjukkan ekspresi kesedihan, bukankah seharusnya Evellynlah yang paling sedih? Walau bagaimana pun, seberapa pun buruknya hubungan mereka berdua, Sharon tetaplah ibunya, ibu kandungnya yang telah melahirkannya. Lalu... kenapa lelaki di hadapannya justru terlihat sedih akan tragedi itu? Bukankah tadi dia sempat mengatakan kalau Sharon tidak pantas ada di dunia ini?

Tunggu dulu! Lelaki itu mengatakan Sharon tidak pantas ada di dunia ini, lalu tiba-tiba Sharon mengalami kecelakaan. Apakah... apakah lelaki ini sengaja ingin membunuh Sharon? Tanya Evelin dalam hati, kepala kecil Evellyn tampak berfikir keras, hingga ia pun merasakan kepalanya kembali berdenyut hebat. Evellyn memijat keningnya dan sedikit menarik-narik rambutnya agar mengurangi rasa sakit yang terus menyerang kepala cantiknya.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Zavio tampak cemas.

“Apakah ibuku selamat?” tanya Evellyn dengan nada suara lemah, lalu iapun menghentikan pijatannya dan menatap lelaki di hadapannya itu.

“Dia baik-baik saja, dokter sudah menanganinya. Jadi kau tidak usah khuatir, tetapi saat ini kau belum bisa menemuinya. Para wartawan sedang berkerumun di luar sana, akibat kecelakaan ibumu, mereka langsung menyerbu kediamanku entah mendapat kabar dari mana.”

“Lalu... kapan aku bisa bertemu dengannya?” tanya Evellyn, matanya kembali berlinang. Setidaknya untuk yang terakhir kalinya bisakah dia bertemu Sharon? Sekalipun Sharon tak ingin menemuinya, tetapi Evellyn ingin memastikan, apakah benar Sharon selamat setelah kehilangan begitu banyak darah? Benarkah perempuan itu baik-baik saja karena Evellyn bisa melihat dengan jelas, Sharon seperti tak bernafas saat ia melihatnya tadi, dan keadaannya tampak mengerikan dan penuh ketakutan. Ketakutam... sesaat Evellyn ingat akan sorot mata Sharon, sorot mata perempuan itu tampak jelas sorot ketakutan. Tetapi... takut akan apa? Kepada siapa?

Benak Evellyn semakin terasa berdenyut, saat ini kepalanya terlalu kecil untuk mengingat apapun. Karena itulah gadis itu seketika meringis kesakitan, hingga tubuhnya kembali gemetar saat menahan rasa sakit yang terus berdenyut itu.

“Hei... apa yang terjadi? Apakah kau baik-baik saja?” tanya Zavio saat melihat Evellyn kesakitan.

“Aku... hanya merasa pusing,” ucap Evellyn dengan nada suara lemah.

“Ah, begitu. Baiklah, kau kembalilah tidur jangan terlalu banyak pikiran. Nanti setelah keadaan membaik, aku akan mengajakmu menemui ibumu.”

“Benarkah?” tanya Evellyn tiba-tiba, ia begitu senang saat mendengar dia akan menemui ibunya.

“Tentu, jadi tidurlah. Kau tidak akan pernah bertemu ibumu jika kau masih sakit, jadi cepatlah pulih!” seru Zavio. Lalu iapun pergi meninggalkan kamar itu, menuju ruang kerja tempat kedua yang biasa ia gunakan untuk mengurung dirinya dalam kegelapan.

***

“Tuan membiarkan gadis itu tidur di kamarnya,” ucap Elias saat melihat Zavio keluar kamarnya dan pergi ke ruang kerjanya.

“Gadis itu sepertinya sudah memenangkan hatinya, apakah itu artinya kali ini Tuan sudah menemukan seseorang yang dia suka?” gumam Thomas sambi menggaruk dagunya.

“Kau benar, sepertinya begitu. Haaahhh... untung saja dia tidak jadi dengan Sharon si perempuan murahan itu, membayangkannya saja sudah membuatku muak. Kau tahu betapa jijiknya aku melihat tingkahnya yang sok seksi dengan langkah yang di buat-buat, apa lagi suaranya itu saat merayu Tuan! Cckkk... ingin sekali aku mencekiknya saking jijiknya!” dengus Elias sambil mengeratkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih.

“Sungguh di sayangkan, perempuan itu berwajah persis seperti nyonya Shelly. Tuan memacarinya juga karena hal itu, awalnya dia pikir istri yang paling dia cintai kembali hidup, sehingga dia kehilangan akal dan mengejar perempuan itu hingga menjadi miliknya. Namun, seiring berjalannya waktu Tuan menyadari, Sharon tak bisa di bandingkan dengan Nyonya Shelly. Perempuan itu begitu licik dan hina, apa lagi saat Tuan tahu apa yang dia perbuat kepada putrinya sendiri. Dari situ Tuan begitu membenci perempuan itu, tetapi dia tidak bisa melepaskannya. Karena wajahnya yang begitu mirip dengan Nyonya Shelly, sehingga membuatnya masih saja mempertahankan perempuan menjengkelkan itu.”

“Lalu, kenapa akhirnya Tuan bisa memilih Nona Eve? Bahkan dia rela kehilangan banyak uang demi membelinya. padahal Eve sama sekali tidak mirip dengan Nyonya Shelly, gadis itu tampak lugu dari penampilannya, tetapi aku merasa dia tak ada bedanya dengan Sharon. Bisa jadi keluguannya itu hanyalah topeng belaka, bukankah hal itu bisa saja?” tanya Elias tak curiga.

“Cckkk... kau itu! Wajah Nona Eve memang tidak semirip Nyonya Shelly, hanya saja manik matanya sama persis seperti manik mata milik Nyonya. Dan yang membuat Tuan yakin, tak hanya karena itu saja, tetapi... apa yang di alami Non Eve, sama seperti yang pernah di alami Tuan saat dia kecil dulu. Saat Tuan masih kecil, dia pernah di buang oleh ibunya sendiri. Dan demi uang, ibunya tega menjualnya kepada orang kaya, dan tanpa di duga, rupanya orang yang membeli Tuan tak lain adalah istri dari ayah kandung Tuan sendiri. walaupun itu sebuah keberuntungan Tuan, berkat perbuatan keji ibunya, Tuan akhirnya bisa bertemu dengan Ayah yang sangat ia rindukan. Tetapi, walaupun begitu. Kekejian ibunya yang menjualnya masih membekas dalam ingatan Tuan, walaupun kejadian itu sudah puluhan tahun lalu, tapi kepedihan dalam hatinya masih terasa sangat jelas. Seakan baru berlangsung, dan sekarang dia melihat hal yang sama terhadap Non Eve. Karena itulah Tuan membeli Non Eve, bukan hanya untuk menyelamatkan Non Eve dari kekejian ibunya, tetapi hal itu sama saja dengan mengobati luka yang pernah ia rasakan. Sementara untuk menyukai atau mencintai, entahlah! Aku rasa sekarang ini hati Tuan sudah mati, semenjak kejadian pahit yang ia alami.”

“Ah, jadi Tuan hanya ingin menyelamatkan Non Eve dari kekejian ibunya saja? Cckkk... aku sungguh tak pernah berfikir, dan sungguh akupun tak menyangka Tuan pernah mengalami kejadian pahit itu.” ucap Elias sambil menghela napas karena tak percaya.

“Hhmmm... tetapi aku merasa suatu saat nanti akan terjadi hal yang berbeda. Pada awalnya Tuan hanya ingin menyelamatkan Non Eve, tetapi... aku rasa dia akan berubah pikiran. Aku bisa melihat kepribadian Non Eve, dia anak yang baik, lugu namun kepribadiannya juga terlihat menarik. Dan entah kenapa rasanya seperti dejavu, saat pertama kali melihat sosoknya, aku merasa seperti melihat saat pertama kali Nyonya Shelly masuk ke kediaman ini. Aku berharap Non Eve adalah orang yang tepat, semoga saja dia bisa menggantikan posisi Nyonya, agar Tuan bisa bahagia pada akhirnya.”

“Tapi Thomas, Non Eve melihat kejadian tadi. Apa mungkin itu akan baik-baik saja?” tanya Elias mulai cemas.

“Itu... haaahhh... lagi pula ini salahmu! Kenapa kau seceroboh itu!” dengus Thomas jengkel saat mengingat kecerobohan temannya itu.

“Perempuan itu terlalu licik! Aku sudah memberikan semua yang menjadi kesepakatannya, tetapi setelah melihat betapa luas dan megahnya kediaman ini, tiba-tiba dia menjadi serakah dan ingin meminta lebih. Saat aku mencoba menghalanginya, dia malah memaksa ingin menerobos masuk. Karena itulah aku mengeluarkan senjata, aku hanya ingin menakut-nakutinya. Tetapi siapa yang menyangka, perempuan itu begitu ketakutan dan berlari tanpa mau mendengar peringatanku. Apa yang terjadi itu akibat kecerobohannya sendiri, dan aku rasa dia pantas mendapatkannya. Salahnya sendiri menjadi manusia licik dan serakah, dia sudah menjual putrinya sendiri, kita tidak melaporkannya ke polisi saja sudah beruntung!” dengus Elias jengkel.

“Haaahhh... sudahlah, lebih baik kau jaga pintu kamar Tuan saja. Jangan biarkan siapapun masuk atau keluar dari sana tanpa seizin Tuan!" perintah Thomas sebelum dia pergi meninggalkan Elias.

“Baiklah... baiklah... aku tahu apa yang harus aku lakukan!” seru Elias, lalu lelaki itupun berjalan mendekati pintu kamar Zavio untuk menjaga Evellyn. Agar gadis itu tidak berkeliaran atau pun kabur dari tempat itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status