Home / Romansa / Lovers In Exchange / Kejadian Tragis

Share

Kejadian Tragis

Author: Cermin
last update Last Updated: 2021-04-04 19:30:53

Evellyn bangun dengan kepala pening yang luar biasa, iapun mengernyitkan dahinya dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu iapun mengedarkan matanya melihat ke sekeliling. Mata Evellyn memicing saat melihat keadaan kamar itu yang temaram, ruangan itu begitu menakutkan, dingin dan mengandung aura yang menekan.

“Kau sudah bangun,” ucap seseorang yang entah berasal dari mana. Seketika Evellyn langsung beringsut sambil menarik selimut dan mencengkramnya kuat-kuat. Lalu, suara langkah kaki terdengar mendekat. Semakin lama semakin mendekat hingga membuat Evellyn semakin gemetar karena ketakutan.

Seketika, Evellyn tampak ternganga, tepat di hadapannya datang seseorang yang begitu tampan. Mungkinkah saat ini Evellyn sedang berhalusinasi? Mungkinkah ia sudah mati? Karena saat ini Evellyn seperti sedang menatap seorang malaikat, karena sosok lelaki di hadapannya ini benar-benar luar biasa tampan.

Sesaat, Evellyn langsung menepiskan pikiran anehnya itu, iapun memalingkan wajahnya karena tidak tahan melihat ketampanannya, yang membuat dada Evellyn berdegup liar hingga pikirannya menjadi kacau. Diakah lelaki yang menginginkannya? Lelaki yang bernama Zavio Franco? Batin Evellyn bertanya. Tetapi... mana mungkin? jika memang dia lelaki yang membelinya, dan jika dia kekasih Sharon. Bagaimana bisa Seorang Sharon yang genit dan matre bisa melepaskan lelaki itu? Karena lelaki di hadapan Evellyn ini sungguh sangat rupawan. Tidak... tentu saja tidak! Pikir Evellyn, laki-laki yang membelinya itu pasti lelaki tua, gendut, jelek. Sama sekali tidak tampan, tetapi merupakan orang kaya raya yang mesum. Karena lelaki yang seperti itulah yang selalu Sharon pacari, tidak mungkin lelaki tampan dan muda ini yang bernama Zavio Franco. Evellyn pasti sudah salah mengira orang.

Namun, siapa lelaki yang di hadapannya ini? Lelaki itu tinggi atletis dengan perawakan sempurna, dia pun mengenakan stelan jas yang pastinya di jahit khusus hingga tampak pas dan indah di tubuhnya yang berotot, tetapi tampak ramping. Dan di lihat dari tampangnya, sepertinya dia berusia 32 tahun, terlihat dewasa dan berkharisma. Dan semua yang ada pada lelaki itu hanya bisa di ucapkan dengan satu kata, 'Sempurna' gumam Evellyn dalam hati.

Mata coklat gelapnya yang bagaikan elang seolah sedang menelisik Evellyn yang tengah takjub setelah menatapnya, selintas, seulas senyum tersungging di sudut bibir tipis lelaki itu, hingga seketika Evellyn terkesiap tepat setelah ia kembali menoleh ke arah lelaki itu. Senyuman itu bagaikan panah yang langsung menghunus jantung Evellyn, seketika itu Evellyn langsung berdegup kencang saat menerima hantaman kharisma dan ketampanan yang sempurna di hadapannya. Sungguh Evellyn benar-benar tak percaya, matanya kini bisa melihat ciptaan tuhan yang sungguh luar biasa.

“Eheemmm... sampai kapan kau akan menatapku seperti itu? Dan tutuplah mulutmu terlebih dahulu. Kau sungguh menggelikan dan konyol, kau tahu!” seru lelaki itu datar, namun ada seulas senyum di sudut bibir lelaki itu. Lalu, lelaki itupun duduk di pinggiran tempat tidur sambil menatap Evellyn tajam. Sontak saja Evellyn langsung mengeratkan tangannya yang mencengkram selimut, dan diapun menekuk kakinya untuk menjauh dari lelaki tampan yang bagaikan iblis itu.

“Kau tahu kau datang kesini untuk apa?” tanya lelaki itu.

“A... aku... aku tidak tahu,” ucap Evellyn gagap. Sejujurnya memang dia tidak tahu, apa tujuan ibunya itu membawanya ketempat itu. karena Sharon sama sekali tak menjelaskan apapun, seperti biasanya. Evellyn hanya di tugaskan untuk patuh, tak perduli apapun itu. tetapi, jika memang kali ini benar seperti dugaan gadis itu, bisakah kali inipun dia melarikan diri?

“Ckkk... Eve yang malang, ibumu memang perempuan kejam. Dia menjualmu kepadaku, tetapi dia bahkan tidak menjelaskan apa-apa. Sungguh ibu yang buruk, dia tidak pantas hidup di dunia ini, karena perempuan menjijikkan itu hanya mengotori mataku!” geram lelaki itu, tampak matanya bercahaya bagai api membara yang mengandung kebencian. “Dan jangan salahkan aku, jika sampah sepertinya harus di singkirkan. Agar tidak ada lagi orang-orang yang di rugikan, seperti kau... dan aku!” sambungnya sambil tersenyum manis ke arah Evellyn, setelah bibir itu mengucapkan kata-kata keji dengan santainya.

Lelaki itu benar-benar trsenyum manis, senyum yang tak kunjung pudar sekalipun di bibirnya membicarakan kata-kata keji yang menakutkan. Sorot matanya penuh kebencian dan sarat akan hasrat membunuh, sangat bertolak belakang dengan senyuman itu, tetapi entah kenapa bisa-bisanya lelaki itu terus tersenyum, sementara Evellyn merasa ketakutan bagaikan mangsa yang sedang di ajak berbincang oleh predator yang akan melahapnya.

“Apakah dia psikopat? Lelaki ini benar-benar menakutkan! Tunggu dulu, dia bilang ibuku menjualku kepadanya? Berarti dialah Zavio Franco, tetapi kenapa bisa? Kenapa Sharon rela melepaskan lelaki tampan dan kaya ini? Ini sungguh aneh, atau... Ah, jangan-jangan lelaki ini memang iblis. Sharon yang selalu bisa menakhlukkan lelaki yang menjadi kekasihnya saja, bisa-bisanya melepaskan lelaki yang seperti lelaki di hadapannya ini. Mungkinkah dia benar-benar iblis? Karena itu Sharon bahkan tak ingin berhubungan lagi dengannya, karena itulah aku di jadikan penggantinya! Ya Tuhan, bisakah aku lolos darinya?” batin Evellyn dengan tubuh yang gemetar, “Sungguh lelaki tampan yang mengerikan, pantas saja novel yang biasa aku baca selalu menggambarkan lelaki iblis itu di gambarkan bagaikan lelaki bak dewa yunani. Dan sekarang aku bisa melihat satu di antara mereka, dan dia tepat di hadapanku!” sambungnya sambil meringis ketakutan.

“Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?” batin Evellyn menjerit.

“Sepertinya kau takut kepadaku, apa aku melakukan sesuatu yang menakutimu?” tanya lelaki itu sambil mengangkat sebelah alisnya.

“Menakutiku? Melihat tampangmu yang dingin saja sudah membuatku takut!” dengus Evellyn dalam hati.

“Katakan saja, kau tidak perlu takut. Ah, aku benar-benar lupa. Aku bahkan belum memperkenalkan diri, aku Zavio Franco panggil saja aku Zavio.” Lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Evellyn, dengan gugup Evellyn menyambut tangan itu dengan perasaan takut luar biasa.

Melihat tangan Evellyn yang gemetar, Zavio langsung meraih tangan itu seraya menyunggingkan senyum. Apa lagi saat Evellyn terbelalak karena kaget saat tangannya di tarik paksa, dan seketika itu dengan reflek Evellyn menarik tangannya dan menyembunyikannya di balik selimut.

“Kau sungguh lucu Eve, kau...”

“Akkhhh...” tiba-tiba terdengar suara jeritan di luar sana, suara yang begitu nyaring, dan Evellyn mengenal suara itu. sontak saja Evellyn langsung berungsut, ia menyinkap selimut yang menutupi tubuhnya dan berlari ke arah jendela. Seketika itu Evellyn membuka gorden tebal dan gelap itu, hingga akhirnya sinar matahari masuk dan kamar gelap itupun terlihat jelas. Namun, Evellyn sama sekali tak mau memperhatikan seperti apa bentuk kamar itu, saat ini matanya mencari-cari arah suara, untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Namun, seketika mata Evellyn terbelalak. Tubuhnya gemetar hebat saat melihat sosok mengerikan tepat tak jauh di luar sana, Zavio berusaha menutupi pandangan Evellyn. Tapi gadis itu sudah terlanjur melihat, di luar sana... di ujung dekat sebuah kolam, ibunya terlentang dengan posisi aneh. Dan darah segar menggenang di belakang kepalanya, di mulutnya, di bawah wajahnya. Dan matanya tampak terbelalak, penuh ketakutan. Seketika itu tubuh Evellyn langsung lunglai, hingga Zavio harus menopangnya.

“Telpon Ambulans!” perintah lelaki itu terdengar menggema di telinga Evellyn. Lalu, samar-samar Evellyn mendengar lelaki itu pun memerintahkan para pelayan untuk menelpon dokter sesegera mungkin, untuk memeriksa keadaannya.

“Telpon Dokter segera, suruh dia datang secepatnya. Jika tidak, aku tidak akan segan-segan melenyapkan nyawanya!” ancam Zavio Franco begitu menakutkan. Sontak saja para pelayan itu terdengar berlari, langkah kakinya berderap semakin lama semakin menjauh dan menghilang. Lalu, lambat laun kesadaran Evellyn pun mulai memudar hingga akhirnya gadis itu benar-benar tak sadarkan diri.

***

“Dia sudah sadar Tuan,” ucap seseorang saat Evellyn mencoba membuka matanya, dan lagi-lagi rasa pening menghantam kepalanya hingga iapun meringis dan menyentuh kepalanya yang terasa sakit dan berdenyut.

Lalu, Evellyn bisa merasakan tempat tidurnya bergoyang, tangannya di sentuh seseorang dan di genggamnya dengan lembut.

“Kau tidak apa-apa?” kecemasan tampak jelas dari suara itu, seketika Evellyn langsung membuka matanya dan tampak Zavio duduk di sampingnya sambil menggenggam tangannya. Manik mata lelaki itu tampak sedang mencemaskannya, seolah dia adalah seseorang yang berharga yang begitu ingin di lindunginya. Dan entah kenapa, Evellyn baru merasakan emosi itu. emosi yang mencemaskan dirinya, yang bahkan seumur hidupnya tidak pernah ada seorang pun yang pernah melakukan itu, termasuk ibunya sendiri, dan sekarang... orang asing itu... lelaki yang baru ia temui itu, mencemaskannya?

‘Tidak... saat ini bukan waktunya memikirkan hal itu, Sharon... ibu... apa yang terjadi kepadanya?’ tanya Evellyn dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lovers In Exchange   Luka Zavio

    Thomas segera menghampiri tempat tidur Zavio, lelaki paruh baya itupun langsung mengangkat tubuh Evellyn dan memindahkannya ke samping Zavio. Dengan penuh perhatian Thomas memastikan Evellyn tidur dengan nyaman, iapun menyelimuti gadis itu hingga menutupi dadanya.“Sepertinya dia demam,” gumam Thomas seraya menempelkan punggung tangannya ke kening Evellyn. “Sebaiknya kita panggilkan Dokter, panasnya sangat tinggi, aku takut terjadi apa-apa dengan gadis ini.”“Lakukan apapun yang menurutmu baik, aku sudah cukup menderita dengan luka sialan ini!” gerutu Zavio sambil meringis saat ia menggeser punggungnya.“Tapi… bagaimana bisa Non Eve sampai ke kamarmu? Aku sedari tadi di depan pintu bersama beberapa pengawal, tetapi kami sama sekali tak melihat siapapun masuk melalui pintu masuk.” Thomas tampak bingung sambil menatap Evellyn yang masih tak sadarkan diri.

  • Lovers In Exchange   Sebuah Lukisan

    Evellyn menatap ke sekeliling kamar itu, ada banyak lukisan yang terpajang dengan rapi di dinding, ada juga yang masih bersandar di tembok di beberapa sudut, dan ada pula yang masih berdiri tegak di tiang lukisan yang di tutupi oleh kain putih.Dengan langkah perlahan Evellyn melangkah mendekati lukisan yang tertutup kain, lalu dengan rasa penasaran ia pun membuka kain itu perlahan. Tampak lukisan besar itu menampakan sesosok seorang perempuan cantik dan anggun, sosok yang begitu familiar bagi Evellyn, tetapi sepertinya ada yang berbeda.“Ini… lukisan Sharon, tetapi ini bukanlah Sharon!” gumam Evellyn, “Manik matanya berbeda, tetapi wajah mereka sungguh sangat mirip. Mungkinkah ini Sharon? Atau… aahhh… aku ingat, saat Zavio mabuk kala itu, dia menyebut-nyebut perempuan yang berwajah sama dengan ibuku. Apakah dia? Kenapa mereka berdua begitu mirip? Setahuku Sharon tidak memiliki saudara kembar atau pun s

  • Lovers In Exchange   Sebuah Lorong Rahasia

    Sepanjang hari Evellyn hanya mengurung diri di kamar, suhu tubuhnya kini sudah membaik, akan tetapi rasa pening di kepalanya masih saja belum hilang juga. Namun, sekalipun ia masih merasakan pusing, tetapi rasa bosannya hanya membuat keadaan semakin buruk saja. Setelah kepergian dokter dan pelayan yang merawatnya, Evellyn dengan perlahan turun dari ranjang. Lalu iapun melangkah menuju jendela, untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa ia lihat di taman? Karena Evellyn masih penasaran, siapakah sosok yang ada di taman itu? Dan apakah ada sesuatu yang tersembunyi di taman? Dengan penuh tekad Evellyn memutuskan untuk keluar dan menjelajah taman di luar kamarnya. Dengan susah payah Evellyn terus menarik pintu menuju taman, sungguh sulit di buka. Saat melihat keadaan pintu itu yang seakan sudah menyatu dengan tembok, karena setiap sela-sela lubangnya tertutup debu, membuat Evellyn yakin tempat itu pasti sudah bertahun-tahun di abaikan. Lalu…

  • Lovers In Exchange   Perasaan Yang Menyentuh

    Evellyn membuka matanya menatap punggung bidang lelaki yang sudah menggendongnya itu, suara itu, tubuh itu, Evellyn tahu siapa dia. Tetapi bagaimana mungkin? Pikir Evellyn tak percaya. Atau mungkin saja Evellyn salah lihat, walaupun sejujurnya ia sudah terbangun sedari tadi saat ia tengah di gendong, tetapi Evellyn tidak berani membuka mata. Sesaat tadi, Evellyn hanya ingin menunggu waktu yang pas, dan iapun ingin tahu kemana ia akan di bawa. Jika orang yang menggendongnya ingin berbuat jahat, Evellyn sudah mempersiapkan puluhan cara untuk bisa lepas dari orang itu. Tetapi, jika orang itu tak bermaksud jahat, Evellyn hanya akan berpura-pura masih terlelap. Ia akan menunggu, sampai orang yang menggendongnya itu pergi.Evellyn bangun setelah memastikan tak ada siapa pun di sana, Evellyn menghela napas, lalu mengedarkan pandangannya. Saat ini dia sudah berada di kamarnya lagi, iapun mengambil guling dan memeluknya sambil bersandar di sudut tempat tidur.&nbs

  • Lovers In Exchange   Kabar Buruk

    “Kemari,” perintah Zavio kepada Evellyn, dengan nada seolah sedang berbicara dengan salah satu anak buahnya.Evellyn menegakkan tubuhnya, mengangkat dagu dan alisnya dengan angkuh. Gadis itu mencoba keras kepala dan menunjukkan bahwa dirinya tak bisa di perlakukan seenaknya. Walaupun sejujurnya ia tampak rapuh dan takut, tetapi Evellyn bertekad tak ingin lagi di tindas seenaknya oleh lelaki yang sudah menghancurkan hidupnya itu.“Kemarilah Eve, jangan membuatku marah!” seru Zavio dengan nada tegas. Walaupun saat ini Zavio merasakan lemah dan tak berdaya, yang di perlakukan seolah debu di kaki gadis itu, tetapi Zavio tetap angkuh agar gadis itu tahu siapa tuannya.“Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu,” ucap Zavio yang bersusah payah duduk dan menyandarkan tubuhnya walaupun ia tampak menahan sakit yang luar biasa berdenyut di perutnya.“Apa itu?&rdquo

  • Lovers In Exchange   Sebuah Hukuman

    Evellyn keluar dari kamar Zavio dengan langkah gontai dan pening, kepalanya terasa berat setelah berjaga seharian tanpa di biarkan beristirahat sedikitpun. Setiap kali Evellyn ingin memejamkan mata karena lelah dan ngantuk, ada saja orang-orang yang masuk dan tak membiarkan Evellyn untuk terpejam sebentar saja. Saat ini, kesempatannya untuk meninggalkan kamar Zavio pun muncul, setelah kedatangan dokter dan perawat yang ingin mengganti perban dan memberikan banyak obat untuk penyembuhan. Melihat kesempatan yang datang itu, Evellyn meminta izin untuk kembali ke kamarnya kepada Thomas. Selain untuk beristirahat, Evellyn juga ingin mandi dan menyegarkan kepalanya yang terasa pening.Sepanjang koridor kediaman itu, Evellyn melewati para pelayan yang berkumpul sambil berbisik-bisik dan menatap Evellyn dengan tatapan permusuhan. Namun, Evellyn hanya menghela napas dan tak memperdulikan mereka. Dia terus menelusuri lorong itu menuju kamarnya, karena bagi E

  • Lovers In Exchange   Ancaman Elias

    Pelayan yang baru keluar dari kamar mandipun menoleh kearah tatapan temannya itu, ia merasakan ada sesuatu yang janggal dengan prilaku temannya itu. Dengan perlahan diapun memutar tubuhnya, dan betapa terkejutnya pelayan itu saat melihat Elias dan Thomas sedang berdiri tepat di hadapannya.“Tu... Tuan!” pekiknya tertelan seakan ada sesuatu yang mencekik di tenggorokannya.“Apa ada masalah? Apa yang kalian lakukan kepada tamu Tuan?” tanya Thomas dingin, seraya menatap tajam ke arah kedua pelayan itu.“Tu... Tuan...”“Dia... dia mencoba mengerjai gadis itu!” teriak pelayan sinis tadi menuduh temannya sendiri, padahal dia sudah membantu menyelesaikan pekerjaannya yang kacau di kamar mandi.“Kau! Apa yang kau katakan?”“Benar Tuan, dia yang mencoba mengacaukan pekerjaan saya. Padahal saya sudah ber

  • Lovers In Exchange   Hari Yang Melelahkan

    Evelin menghela napas untuk kesekian kalinya sambil mengambil beberapa baju yang ia sukai, lalu menumpuknya di atas meja. Setelah menemukan beberapa set pakaian dan dalaman, Evellyn pergi menuju kamar mandi, dan iapun merendam baju-baju itu dengan sisa sabun mandi cair yang tadi ia pakai. Menguceknya sedikit, setelah itu iapun menjemurnya di tiang lemari kamar mandi yang biasanya untuk menggantung jubah mandi maupun handuk. Sementara untuk saat ini, stelan celana pendek dan tengtop menjadi pilihannya. Toh hanya untuk tidur saja, jadi Evellyn mencari yang simple dan nyaman baginya. “Haaahh... baiklah, hari ini sudah cukup melelahkan!” keluh Evellyn sambil menggeliat untuk melemaskan urat-uratnya yang terasa kaku dan pegal, kemudian iapun mandi dengan air dingin untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah dan gerah, karena kamar itu sama sekali tak ada pendingin maupun kipas angin. Sehingga tubuh Evellyn terasa lengket dan basah. *** &nb

  • Lovers In Exchange   Terlukanya Zavio

    ***“Kau sungguh ceroboh, Non Eve. Bagaimana bisa kau memprovokasi seorang Zavio Franco? Sepertinya kau sungguh sudah tak sayang nyawa. Aaaahhh... kehilangan nyawa secara instan itu jauh lebih baik, takutnya kau akan mendapatkan balasan yang mengerikan dari kedua lelaki itu. Tuan Zavio dan Elias... Haaahhh, percaya kepadaku, kau tak akan pernah berani walau hanya melirik mereka sekilas saja, jika kau tahu siapa kedua orang itu!"“Ini salahnya sendiri, dia mencoba mengancamku setelah berbuat keji. Iblis sepertinya memang pantas mendapatkan itu, dan dia pantas mati!” rutuk Evellyn diliputi emosi.“Jaga mulutmu, Eve! Sebelum aku robek mulutmu itu!” geram Elias yng tiba-tiba muncul, dan dengan hitungan detik lelaki itu secepat kilat menerjang Evelin dan menamparnya hingga perempuan itu jatuh tersungkur. Evellyn memekik saat keningnya membentur pot, hingga pot porslen itu pecah karenanya.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status