Share

Kejadian Tragis

Evellyn bangun dengan kepala pening yang luar biasa, iapun mengernyitkan dahinya dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu iapun mengedarkan matanya melihat ke sekeliling. Mata Evellyn memicing saat melihat keadaan kamar itu yang temaram, ruangan itu begitu menakutkan, dingin dan mengandung aura yang menekan.

“Kau sudah bangun,” ucap seseorang yang entah berasal dari mana. Seketika Evellyn langsung beringsut sambil menarik selimut dan mencengkramnya kuat-kuat. Lalu, suara langkah kaki terdengar mendekat. Semakin lama semakin mendekat hingga membuat Evellyn semakin gemetar karena ketakutan.

Seketika, Evellyn tampak ternganga, tepat di hadapannya datang seseorang yang begitu tampan. Mungkinkah saat ini Evellyn sedang berhalusinasi? Mungkinkah ia sudah mati? Karena saat ini Evellyn seperti sedang menatap seorang malaikat, karena sosok lelaki di hadapannya ini benar-benar luar biasa tampan.

Sesaat, Evellyn langsung menepiskan pikiran anehnya itu, iapun memalingkan wajahnya karena tidak tahan melihat ketampanannya, yang membuat dada Evellyn berdegup liar hingga pikirannya menjadi kacau. Diakah lelaki yang menginginkannya? Lelaki yang bernama Zavio Franco? Batin Evellyn bertanya. Tetapi... mana mungkin? jika memang dia lelaki yang membelinya, dan jika dia kekasih Sharon. Bagaimana bisa Seorang Sharon yang genit dan matre bisa melepaskan lelaki itu? Karena lelaki di hadapan Evellyn ini sungguh sangat rupawan. Tidak... tentu saja tidak! Pikir Evellyn, laki-laki yang membelinya itu pasti lelaki tua, gendut, jelek. Sama sekali tidak tampan, tetapi merupakan orang kaya raya yang mesum. Karena lelaki yang seperti itulah yang selalu Sharon pacari, tidak mungkin lelaki tampan dan muda ini yang bernama Zavio Franco. Evellyn pasti sudah salah mengira orang.

Namun, siapa lelaki yang di hadapannya ini? Lelaki itu tinggi atletis dengan perawakan sempurna, dia pun mengenakan stelan jas yang pastinya di jahit khusus hingga tampak pas dan indah di tubuhnya yang berotot, tetapi tampak ramping. Dan di lihat dari tampangnya, sepertinya dia berusia 32 tahun, terlihat dewasa dan berkharisma. Dan semua yang ada pada lelaki itu hanya bisa di ucapkan dengan satu kata, 'Sempurna' gumam Evellyn dalam hati.

Mata coklat gelapnya yang bagaikan elang seolah sedang menelisik Evellyn yang tengah takjub setelah menatapnya, selintas, seulas senyum tersungging di sudut bibir tipis lelaki itu, hingga seketika Evellyn terkesiap tepat setelah ia kembali menoleh ke arah lelaki itu. Senyuman itu bagaikan panah yang langsung menghunus jantung Evellyn, seketika itu Evellyn langsung berdegup kencang saat menerima hantaman kharisma dan ketampanan yang sempurna di hadapannya. Sungguh Evellyn benar-benar tak percaya, matanya kini bisa melihat ciptaan tuhan yang sungguh luar biasa.

“Eheemmm... sampai kapan kau akan menatapku seperti itu? Dan tutuplah mulutmu terlebih dahulu. Kau sungguh menggelikan dan konyol, kau tahu!” seru lelaki itu datar, namun ada seulas senyum di sudut bibir lelaki itu. Lalu, lelaki itupun duduk di pinggiran tempat tidur sambil menatap Evellyn tajam. Sontak saja Evellyn langsung mengeratkan tangannya yang mencengkram selimut, dan diapun menekuk kakinya untuk menjauh dari lelaki tampan yang bagaikan iblis itu.

“Kau tahu kau datang kesini untuk apa?” tanya lelaki itu.

“A... aku... aku tidak tahu,” ucap Evellyn gagap. Sejujurnya memang dia tidak tahu, apa tujuan ibunya itu membawanya ketempat itu. karena Sharon sama sekali tak menjelaskan apapun, seperti biasanya. Evellyn hanya di tugaskan untuk patuh, tak perduli apapun itu. tetapi, jika memang kali ini benar seperti dugaan gadis itu, bisakah kali inipun dia melarikan diri?

“Ckkk... Eve yang malang, ibumu memang perempuan kejam. Dia menjualmu kepadaku, tetapi dia bahkan tidak menjelaskan apa-apa. Sungguh ibu yang buruk, dia tidak pantas hidup di dunia ini, karena perempuan menjijikkan itu hanya mengotori mataku!” geram lelaki itu, tampak matanya bercahaya bagai api membara yang mengandung kebencian. “Dan jangan salahkan aku, jika sampah sepertinya harus di singkirkan. Agar tidak ada lagi orang-orang yang di rugikan, seperti kau... dan aku!” sambungnya sambil tersenyum manis ke arah Evellyn, setelah bibir itu mengucapkan kata-kata keji dengan santainya.

Lelaki itu benar-benar trsenyum manis, senyum yang tak kunjung pudar sekalipun di bibirnya membicarakan kata-kata keji yang menakutkan. Sorot matanya penuh kebencian dan sarat akan hasrat membunuh, sangat bertolak belakang dengan senyuman itu, tetapi entah kenapa bisa-bisanya lelaki itu terus tersenyum, sementara Evellyn merasa ketakutan bagaikan mangsa yang sedang di ajak berbincang oleh predator yang akan melahapnya.

“Apakah dia psikopat? Lelaki ini benar-benar menakutkan! Tunggu dulu, dia bilang ibuku menjualku kepadanya? Berarti dialah Zavio Franco, tetapi kenapa bisa? Kenapa Sharon rela melepaskan lelaki tampan dan kaya ini? Ini sungguh aneh, atau... Ah, jangan-jangan lelaki ini memang iblis. Sharon yang selalu bisa menakhlukkan lelaki yang menjadi kekasihnya saja, bisa-bisanya melepaskan lelaki yang seperti lelaki di hadapannya ini. Mungkinkah dia benar-benar iblis? Karena itu Sharon bahkan tak ingin berhubungan lagi dengannya, karena itulah aku di jadikan penggantinya! Ya Tuhan, bisakah aku lolos darinya?” batin Evellyn dengan tubuh yang gemetar, “Sungguh lelaki tampan yang mengerikan, pantas saja novel yang biasa aku baca selalu menggambarkan lelaki iblis itu di gambarkan bagaikan lelaki bak dewa yunani. Dan sekarang aku bisa melihat satu di antara mereka, dan dia tepat di hadapanku!” sambungnya sambil meringis ketakutan.

“Ya tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?” batin Evellyn menjerit.

“Sepertinya kau takut kepadaku, apa aku melakukan sesuatu yang menakutimu?” tanya lelaki itu sambil mengangkat sebelah alisnya.

“Menakutiku? Melihat tampangmu yang dingin saja sudah membuatku takut!” dengus Evellyn dalam hati.

“Katakan saja, kau tidak perlu takut. Ah, aku benar-benar lupa. Aku bahkan belum memperkenalkan diri, aku Zavio Franco panggil saja aku Zavio.” Lelaki itu mengulurkan tangannya ke arah Evellyn, dengan gugup Evellyn menyambut tangan itu dengan perasaan takut luar biasa.

Melihat tangan Evellyn yang gemetar, Zavio langsung meraih tangan itu seraya menyunggingkan senyum. Apa lagi saat Evellyn terbelalak karena kaget saat tangannya di tarik paksa, dan seketika itu dengan reflek Evellyn menarik tangannya dan menyembunyikannya di balik selimut.

“Kau sungguh lucu Eve, kau...”

“Akkhhh...” tiba-tiba terdengar suara jeritan di luar sana, suara yang begitu nyaring, dan Evellyn mengenal suara itu. sontak saja Evellyn langsung berungsut, ia menyinkap selimut yang menutupi tubuhnya dan berlari ke arah jendela. Seketika itu Evellyn membuka gorden tebal dan gelap itu, hingga akhirnya sinar matahari masuk dan kamar gelap itupun terlihat jelas. Namun, Evellyn sama sekali tak mau memperhatikan seperti apa bentuk kamar itu, saat ini matanya mencari-cari arah suara, untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Namun, seketika mata Evellyn terbelalak. Tubuhnya gemetar hebat saat melihat sosok mengerikan tepat tak jauh di luar sana, Zavio berusaha menutupi pandangan Evellyn. Tapi gadis itu sudah terlanjur melihat, di luar sana... di ujung dekat sebuah kolam, ibunya terlentang dengan posisi aneh. Dan darah segar menggenang di belakang kepalanya, di mulutnya, di bawah wajahnya. Dan matanya tampak terbelalak, penuh ketakutan. Seketika itu tubuh Evellyn langsung lunglai, hingga Zavio harus menopangnya.

“Telpon Ambulans!” perintah lelaki itu terdengar menggema di telinga Evellyn. Lalu, samar-samar Evellyn mendengar lelaki itu pun memerintahkan para pelayan untuk menelpon dokter sesegera mungkin, untuk memeriksa keadaannya.

“Telpon Dokter segera, suruh dia datang secepatnya. Jika tidak, aku tidak akan segan-segan melenyapkan nyawanya!” ancam Zavio Franco begitu menakutkan. Sontak saja para pelayan itu terdengar berlari, langkah kakinya berderap semakin lama semakin menjauh dan menghilang. Lalu, lambat laun kesadaran Evellyn pun mulai memudar hingga akhirnya gadis itu benar-benar tak sadarkan diri.

***

“Dia sudah sadar Tuan,” ucap seseorang saat Evellyn mencoba membuka matanya, dan lagi-lagi rasa pening menghantam kepalanya hingga iapun meringis dan menyentuh kepalanya yang terasa sakit dan berdenyut.

Lalu, Evellyn bisa merasakan tempat tidurnya bergoyang, tangannya di sentuh seseorang dan di genggamnya dengan lembut.

“Kau tidak apa-apa?” kecemasan tampak jelas dari suara itu, seketika Evellyn langsung membuka matanya dan tampak Zavio duduk di sampingnya sambil menggenggam tangannya. Manik mata lelaki itu tampak sedang mencemaskannya, seolah dia adalah seseorang yang berharga yang begitu ingin di lindunginya. Dan entah kenapa, Evellyn baru merasakan emosi itu. emosi yang mencemaskan dirinya, yang bahkan seumur hidupnya tidak pernah ada seorang pun yang pernah melakukan itu, termasuk ibunya sendiri, dan sekarang... orang asing itu... lelaki yang baru ia temui itu, mencemaskannya?

‘Tidak... saat ini bukan waktunya memikirkan hal itu, Sharon... ibu... apa yang terjadi kepadanya?’ tanya Evellyn dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status