Share

Bab 6 Ijab Kabul

"Ternyata lelaki ini yang akan menjadi suamiku. Oh Tuhan. Dia sangat ganteng!" batin Aluna, sambil sesekali melihat Zolan, tak ingin ketahuan jika sedang mengagumi indahnya ciptaan Tuhan di hadapannya. Mata bulat, hidung mancung, ada sedikit janggut yang ia bisa hitung jumlahnya, kulit putih bersih, dan alis tebal yang menambah kesempurnaan wajahnya.

Di samping tempat tidur Marfel, sudah disediakan meja dan kursi untuk akad nikah. Aluna melangkah kecil menuju tempat duduk sakral itu. Hingga akhirnya tiba, tempat duduk begitu dingin. Terlihat Rozi dan Zomi, menyiapkan beberapa berkas.

"Bagaimana, apakah anda sudah siap?" tanyanya pada Zolan.

"Siap, Pak! Kita bisa mulai!" jawab Zolan tegas tanpa tersenyum.

Situasi sangat menegangkan. Aluna memegang erat rok yang ia pakai. Tangannya sedari tadi sudah berkeringat.

"Baik, Pak Zolan!" lanjut Rozi lagi.

"Saya nikahkan engkau dengan Aluna Mentari binti Roslan dengan maskawin sebuah cincin emas di bayar tunai!"

"Saya terima nikahnya Aluna Mentari binti Roslan dengan maskawin sebuah cincin emas di bayar tunai!" Zolan berkata dalam satu napas dan tangan berjabat dengan Rozi.

"Bagaimana saksi, sah?" tanya Rozi pada Zomi dan Marfel.

"SAH!" ucap Zomi dengan suara lantang. Terlihat senyum di wajah Marfel.

"Ternyata jika orang kaya, menikahnya tidak ribet. Aku hanya tahu beres. Mungkin Pak Zomi dan Pak Rozi sudah di bayar mahal. Hari ini aku sudah resmi menjadi seorang istri," batin Aluna. Tidak ada yang memakaikan cincin di tangannya. Zolan hanya menyodorkan kotak kecil berisi cincin untuk ia pakai sendiri.

"Terimakasih, Pak! Untuk biaya dan lainnya nanti orang kami yang akan mengurus," ucap Zolan ke Rozi dan Zomi.

"Baik, Pak! Kami permisi dulu!" jawab Rozi.

Kini tinggal mereka bertiga di Ruangan. Aluna, Zolan dan Marfel. Dinginnya Ac, tidak sedingin tangan Aluna saat ini.

"Zolan, antar istrimu ke Rumah. Kalian butuh waktu berdua agar saling akrab. Suruh mereka masuk setelah kalian keluar, untuk menjaga Ayah," ucap Marfel.

"Iya, Ayah! Kami pamit dulu!" jawab Zolan, mencium tangan Marfel.

Aluna pun mendekati Marfel dan mencium tangannya, Marfel tersenyum. Setelahnya, Aluna berjalan mengikuti langkah panjang Zolan. Membuka pintu dan mendapati empat orang anak buah Marfel sedang duduk di kursi yang disediakan rumah sakit. Kursi itu terletak tepat di depan pintu ruang inap kelas VVIP yang digunakan Marfel.

"Ayahku meminta kalian untuk masuk menjaganya!" ucap Zolan dengan suara basnya.

"Siap, Tuan!" jawab mereka sambil berdiri tegak

"Apakah seperti ini karakter Zolan, dingin?" Aluna membatin sambil terus mengikuti Zolan.

Beberapa menit dalam perjalanan, tidak ada yang memulai percakapan di antara mereka. Hingga Aluna memberanikan diri untuk menyapa.

Dengan tangan berkeringat, "Aku Aluna," sambil mengulurkan tangan, ingin berkenalan.

Zolan hanya menatap keluar jendela, seakan tidak mendengar sapaan. Aluna yang merasa malu dengan tingkahnya, menarik kembali tangan, ia pun memandang keluar jendela mobil.

Mereka telah tiba di kediaman Marfel. Rumah megah berwarna kuning emas mendominasi seluruh ruangan. Tidak lupa foto Marfel dan istrinya juga menghiasi dinding. Tiga orang asisten rumah berjalan di belakang Aluna. Mereka mengangkat barang bawaan. Aluna di perlakukan layaknya seorang ratu.

Aluna terus mengikuti langkah Zolan, hingga tiba di sebuah kamar yang ukurannya sangat besar. Di sisi kanan terdapat lemari besar berwarna coklat muda. Di bagian tengah terdapat ranjang tidur dengan perpaduan warna peach dan cream yang tampak elegan. Aluna terus memandang kagum ruangan. Tanpa di sadari, ia hanya sendiri dalam ruangan.

Zolan sudah pergi tanpa izin. Ia belum mengajak Aluna berbicara, meskipun hanya berupa sapaan atau ungkapan basa-basi. Semua asisten rumah hanya masuk, menyimpan barang, dan langsung keluar. Aluna melangkahkan kaki, ingin mengatur barang dalam lemari. Saat ia membuka, terdapat kertas putih dengan tulisan tinta merah. Aluna mengambil dan mulai membacanya...

Perjanjian nikah!

1. Tidak ada interaksi di antara kita kecuali di hadapan ayah

2. Tidak melakukan kewajiban suami istri

3. Tidak menceritakan status kepada siapa pun, pernikahan kita adalah rahasia

4. Tidak mencampuri urusan masing-masing

5. Tidak tidur dalam satu kamar

Aku tidak butuh persetujuan kamu atas lima point ini. Kamu hanya perlu melakukan semuanya!

Ray Puspa

Terimakasih untuk kalian yang terus mengikuti novel Luka Cinta Aluna, karya pertama Ray Puspa di Goodnovel. Jangan lupa Vote yaaa

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status