Share

LUKA 27

"Kami belum tau." Mas Bian yang akhirnya menjawab pertanyaanku. Tangan Pak Ryan mengusap pelan punggungku, seolah sedang menguatkanku. Dia membawaku, kesebuah kursi kosong tak jauh dari tempat Friska dan Mas Bian duduk.

"Percaya, semua akan baik-baik saja. Ingatlah ada aku di sini, tak akan aku biarkan kamu menangis sendiri," bisik Pak Ryan padaku. Jemarinya menautku erat. Aku mengangguk pelan.

"Terima kasih," ucapku lirih.

Kami semua terdiam, situasi ini sungguh tak nyaman. Sesekali kumelihat kearah Friska, yang menatap kosong dengan mata sembabnya. Perih sekali rasanya, aku ingin memeluknya. Andai dia tau dia lebih dari segalanya, bagiku. Aku menyayanginya seperti adikku sendiri, dia satu-satunya sahabatku. Lihat, apa yang sudah kuperbuat padanya sekarang.

Aku tak sanggup melihat kemarahanya, airmatanya dan juga kediamannya. Aku tak ingin kehilangan dia. Sejak pertama kami bertemu kami merasa seperti punya ikatan satu dengan lainnya. Dan sekarang dia marah padaku karen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status