Share

Luka 48

Sesaat aku memandangi wajah tampan itu. Semoga apa yang kami harapkan akan menjadi sebuah kenyataan. Rasa ini tulus adanya, sosok tampan ini pun nyaris tanpa cela baik fisik maupun kepribadiannya. Yang semakin membuatku mencintainya, sangat.

"Sayang, tak adakah kopi untukku?"

Aku tersenyum, bahkan aku tak menawarinya minum. Kekasih macam apa diriku.

"Aku buatin dulu ya," ucapku hendak beranjak.

"Jangan lama-lama," pintanya sambil memegang pergelangan tanganku.

"Nggak lama, paling Sewindu," jawabku asal bercanda..

"Jangan, aku bisa gila karena rindu," canda Mas Ryan terdengar seperti sebuah gombalan receh. Tapi, cukup untuk membuat hatiku merasa senang dan juga bahagia.

"Gombal."

Pria itu tertawa, aku segera beranjak ke dapur. Prilly sepertinya di kamar mama, aku menyusulnya.

"Ma, besok aja ya belanjanya," ucapku setelah membuka pintu.

"Iya, nggak apa-apa. Prilly juga sudah tidur," jawab Mama sambil merapikan tempat tidurnya.

"Tumben cepet bobokn
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status