"Wanita tidak tau malu makanya ngaca, kamu itu kolot, kuno dasar! Bikin kesal aja," cela seorang Pria kepada wanita lugu yang bahkan ia tidak mengenalnya.
Hinaan itu membekas cukup dalam di hati wanita itu, bahkan membuatnya trauma. --------------------------------------------⁸ "Han?" "Farhan?" Stella melambai-lambaikan tangan di wajah Farhan. "Ah! Hm, iya sama-sama." Farhan tersadar dari lamunannya, dibenaknya dia juga masih tidak mengerti perasaan apa yang baru saja ia rasakan. "Salim ... Aku mau satu lagi pakaian seperti ini," pinta Farhan pada Salim, dia bermaksud mengambil satu lagi untuk Stela kerena Stela sangat cocok memakainya. "Oke siap, Han." "Tapi?" "Apa ada lagi,Han?" tanya Salim terhenti. "Beri lengan yang panjang, karena kalau begini dia terlihat terlalu terbuka." Farhan merasa Stella begitu seksi saat memakai lengan kensi, Karena itu ia meminta lengan yang panjang. "Oke baiklah, apa yang itu juga mau di ganti?" tanya Salim. "Yang ini tidak perlu, aku lihat dia sangat suka memakainya" Farhan tersenyum melihat Stella yang berputar-putar melihat pakaian yang ia kenakan, Stella sangat gembira karena pakaian itu sangat bagus untuknya. Semuanya pun telah selesai dikemas dengan baik. "Salim terimaksih, oiya Stella ayo kita pergi," ajak Farhan yang mebuat Stela kembali bingung. Pergi? Tapi Farhan sama sekali belum membayar bagaiman bisa pergi, Stella mengikuti Farhan yang berjalan menuju pintu keluar. "Han, apa maksud mu?" bisik Stela yang menyangka Farhan akan mengajaknya diam-diam kabur begitu saja. Farhan menekuk wajahnya mendengar pertanyaan Stela. "Apa?" tanya Farhan "Kita belum membayar, Han. Apa kamu berniat mengajakku untuk kabur tanpa membayar," bisiknya lagi. Farhan terseyum menyimpan tawa lalu kembali berbalik. "Salim ... Apa aku perlu membayar?" seruh Farhan pada Salim. Salim menggeleng, ia tersyum segan mendengar pertanyaan Farhan. "Tidak perlu, Han. Jika kamu butuh yang lain kamu boleh ambil sesukamu." Mata Stela mengerit. "Apa aku tidak salah dengar?" bisiknya dalam hati. "Ayo pergi, atau mungkin kamu masih menginginkan sesuatu?" tanya Farhan yang melihat Stella masih berdiam. Stela tidak menjawab pertanyaan Farhan, ia kembali mendekat kepada Salim. "Paman apa dia baru saja mengancam mu?" bisik Stela. Dia berpikir kalau Farhan sudah mengacam Salim yang membuat Salim takut sehingga mereka tidak perlu membayar. "Ah ... Tidak Nak, dia sama sekali tidak mengancam ku, dia itu ...." Salim melirik Farhan yang menatapnya sambil menggeleng. "Hah! Bukan apa-apa, pergilah dia bukan orang yang suka menunggu, Hehehehe." "Benar kami tidak perlu membayar?" tanya Stella yang masih belum percaya. "Sini." Salim meminta Stela untuk mendekatkan telinganya. "Jika kamu datang sendirian mungkin kamu akan membayar," bisik Salim lalu menyeringai segan melihat Farhan. Stella masih bingung dan tidak mengerti. "Sudah tidak perlu kamu pikirkan, pergilah," suruh Salim. "Ya sudah kalau begitu kami pergi, Paman terimakasih banyak." Mereka berdua pun pergi, sambil berjalan Stella selalu saja tersyum gembira. Dia merasa lebih hidup dengan penampilannya yang sekarang, penampilan yang telah lama dia idam-idamkan. Dia merasa mungkin akan ada seseorang yang ingin menikahinya, dengan begitu dia bisa kembali pada keluarganya. "Oiya Han, apa ini cuma perasaanku saja sedari tadi setiap pria yang lewat pasti akan melihatku. Apa ada sesuatu yang aneh?" tanya Stella dengan heran. Stela tidak terbiasa di perhatikan, mengingat dirinya yang selama ini selalu di abaikan jangankan untuk di lirik, berhadapan langsung juga pasti mereka akan menghindar lalu seolah-olah tidak melihatnya. "Hahaha Kamu itu terlalu bodoh ya?" celutup Farhan terhenti lalu menghadapnya. Farhan tidak habis pikir jika Stella masih tidak merasa saat ini dia sangat cantik dan menarik, Wajar jika semua Pria akan meliriknya. "Apa sih, Han? Aku itu tidak bodoh." Stella cemberut sangat imut. "Lalu?" lanjut Farhan. "Ya aku masih tidak mengerti mengapa semua Pria melihatku, apa mereka mengejekku, Han?" "Mengejek? Hahaha mana mungkin." Mengejek apanya? jelas-jelas mereka terpesona, apa benar Stela tidak merasa, Farhan terkekeh melihat ekspresi Stella yang takut bahwa mereka mengejeknya. "Lalu apa, Farhan?" desak Stella yang semakin penasaran. "Stella, Mereka itu melirikmu karena terpesona dengan kecantikanmu apa kamu tidak bisa membedakan?" "Ha! Benarkah." Dari cemberut sekarang ia kembali bersemangat, wajahnya terlihat sangat riang mendengar perkataan Farhan. "Kalau kamu tidak percaya kamu bisa mencobanya, nah lihat ke arah sana." Farhan memegang kedua pundak Stella, lalu menghadapkannya ke seberang Jalan. "Apa yang kamu lakukan?" "Coba kamu lihat, disana ada seorang Pria yang sedang berdiri melihat ke arah kita." Farhan menunjuk kearah seorang Pria yang sedang berdiri, seperti menunggu sesuatu. "Lalu?" "Coba kamu lambaikan tangan padanya," pinta Farhan. "Ha! Apa kamu gila, Kamu ingin mempermalukanku, Han? Han, dulu aku juga pernah melambaikan tangan kepada seseorang eh aku mala diabaikan dan parahnya, dia mengatakan aku wanita kuno yang tidak tau malu." Farhan mengerti mengapa Stella tidak merasa jika mereka melirik karena ke cantikanya, karena Stela selalu merasa semua orang masih memadang rendah dirinya, atau mungkin Stela selalu meremehkan dirinya. "Stella percayalah, kali ini situasinya akan berbeda." "Hum sudah lah, aku percaya padamu." Stella kembali menghadap Farhan, dia sama sekali tidak inging melakukannya.APA AKU EGOIS JIKA AKU INGIN MENIKAH----------------------------------²⁵Garrr garrr garrr garrr, Gedor Farhan sembari membawa pistol. Entah apa yang ia pikirkan Farhan datang kerumah orang tua Stella dengan penuh amarah.Saat Ayah Stella membuka pintu Farhan langsung menodongkan pistol ke kepalanya."Ah... !" pekik Marni ibu Stella ia sangat takut melihat Farhan yang tiba-tiba menodongkan pistol di kepala suaminya."Nak, apa yang kamu lakukan. Bibik mohon jika ada sesuatu kita bisa bicarakan baik-baik" Pinta Marni memohon.Seluruh tubuh Heryo bergetar, keringat jangung mulai mengalir di dahinya. Sisip sedikit maka kepalanya akan buyar."A-Apa ya-yang kamu inginkan" kata Heryo terbata.tanpa bicara dengan wajahnya yang begis, Farhan langsung masuk. Ia melumat-lumat kalung bunga yang ada di foto Stella hingga hancur."Hah" hembus Farhan, " Dengar paman ini peringatan terakhir. Demi dirinya aku rela membunuh, bahkan aku juga rela mati demi dirinya." ketus Farhan."Iya Nak iya, Bibik be
AKU PASTI BISA, AKU TIDAK AKAN MENANGIS LAGI DI HADAPANNYA.------------------------------------²⁴"Sudah jangan menangis, aku mengerti Stella." tutur Farhan teseyum sembari mengahapus air mata Stella dengan lembut."Sekarang ayo kita kembali ke Rumah Sakit" lanjut Farhan."Um."Namun tiba-tiba mata Farhan melotot, darahnya naik hingga kekepala. "Hah" hembus Farhan meredam amarahnya. Ia tidak sengaja melihat Poto Stella yang masih di kalungkan dengan bunga di layar.Di benak Farhan ia legah karena Stella sedang mengahadapnya membelakangi layar. Jika tidak, mungkin Stella akan kembali sangat hancur saat melihat itu. Dengan cepat Farhan menarik kembali Dronnya. "Ada apa, Han?" tanya Stella yang melihat Farhan tiba-tiba tergesa."Hehehe bukan apa-apa, ayo kita pergi." elak Farhan cekekehan.Di perjalanan kerumah sakit, Stella terus memikirkan perkataan Farhan yang ingin menikahinya. Namun lagi-lagi ia menguburkan semuanya dalam-dalam, baginya kabaikan Farhan sudah lebih dari pada cukup
"Farhan, apa kamu sudah gila. Maaf Farhan tapi saya harus menyampaikan ini, Stella tidak punya banyak waktu.""Tidak, kamu pasti bohongkan. Dokter ini tidak mungkin aku melihatnya dia sudah baik-baik saja.""Aku mengerti perasaanmu, jadi aku mengizinkanmu untuk membawanya besok, tapi kamu harus cepat membawanya kembali karena kami akan melakukan penanaman biji partikel untuk mengahambat pertumbuha tumor di otaknya, selagi kami mempersiapkan semuanya kamu boleh membawanya."----------------------------------²³"Farhan kamu dari mana saja?" tanya Stella yang melihat Farhan baru datang untuk membesuknya."Aku habis beres-beres" jawab Farhan menunjukan sedikit senyum sembari berjalan lalu duduk di samping Stella."Beres-beres?""Hehehe iya beres-beres, ada apa? Oh... Apa kamu sangat merindukanku." ucap Farhan menggoda Stella."Bub... Bubb.. hihihi " Stella cekikikan, ia merasa perkataan itu sangat tidak cocok dengan Farhan."Han, sejak kapan kamu bisa merayu?" lanjut Stella, yang selama i
---------------------------------²²"Dasar bodoh." ucap Farhan sembari memeluk Stella dengan erat. Yang bahkan tanpa ia sadari air matanya juga menetes, kerinduan yang menyiksa akhirnya terlepasakan."Maafkan aku Stella, aku mengira kamu kembali kepada Bram." Sambung Farhan."Bukannya aku sudah mengirim mu pesan kamu juga melihat pesan itu, tapi kamu sama sekali tidak membalasnya, aku juga berusaha menelpon mu berkali-kali, Han, tapi ponsel mu sama sekali tidak aktif." beber Stella.Perlahan Farhan melepaskan pelukannya, sambil tersenyum ia mengahapus air mata Stella dengan lembut.Namun tiba-tiba wajah Stella memucat, penglihatannya mulai memudar. Bruk, ia pingsan di pelukan Farhan.Sontak Farhan membaringkan Stella di pangkuannya, matanya melebar. Ia begitu cemas saat melihat darah yang mengalir melalui rongga hidung Stella."Stella..., Stella..." Panggil Farhan yang panik. sehingga membuatnya tidak tau harus berbuat apa, Ia melihat ada name tag di leher Stella."Astaghfirullahall
"Han, berjanjilah untuk hidup dengan baik. Aku akan selalu menunggumu"-----------------------------------²¹"Pak Farhan mau pinjam buku?""Tidak Rina, Oya apa Stella ada?" tanya Farhan, ia sudah memutuskan untuk menemui Stella. Walau hanya sekedar untuk memberikan udangan dari Ibunya.Rina menggeleng, "Tidak Pak, Stella sudah mengundurkan diri." jawab Rina."Apa, mengdurkan diri?""Iya pak, dia bilang dia akan menikah dan akan tinggal di Singapura bersama suaminya.""Ya baik lah kalau begitu, terimakasih."Farhan keluar dari perpustakaan, setiap langkahnya menghilangkan harapannya untuk bertemu dengan Stella. Hatinya begitu sakit ia tidak menyangka Stella kembali kepada Bram. Bahkan ia menikah tanpa pemberitahuan.Ia terus bejalan, hingga tanpa sadar ia sudah tiba di depan Rumah yang pernah ia berikan agar Stella punya tempat tinggal.Farhan menghirup udara dalam-dalam, "Hah" hela Farhan sembari melangkah masuk.Matanya berkeliling, ia terseyum melihat semua banyangan Stella yang ter
----------------------------------²⁰Begitu menyedihkan, Sejenak ia berdiri melihat Stella yang meringkuk di dalam bak mandi.Stella perlahan mengangkat wajahnya, ia tampak pucat, bibirnya balu bergemetar karena kedinginan, "Maaf ya, Han." lirih Stella menunjukan senyum yang membuat Hati Farhan merasa teriris.Perlahan Farhan mendekat, ia menyingkap rambut Stella yang basah dengan lembut. Tanpa bicara Farhan merangkul Stella, ia menggendong Stella keluar dari dalam kamar mandi.Stella memeluk erat Farhan, matanya bebinar melihat wajah Farhan yang datar. Ia merasa sangat bersyukur karena Farhan selalu ada untuknya.Farhan pun membaringkan Stella di tempat tidur. Saat Farhan akan mengkat kepalanya, Stella menahannya.Stella meraih Farhan mendekat lalu mencium bibir Farhan dengan penuh perasaan, yang membuat perasaan Farhan bergejolak tidak menentu.Perlahan kedua mata yang menikmati cumbuan mesra itu terbuka, tatapan yang menginginkan satu sama lain terlihat jelas.Stella mulai pasrah,