Share

171

Author: Ria Abdullah
last update Huling Na-update: 2025-05-31 07:54:48

Sekarang ... Bukan Elsa atau Irsyad yang menggangguku tapi akulah yang mengganggu hidup mereka. Tadinya kedua orang ikut itu tidak pernah membuatku tenang namun sekarang keadaannya berbalik aku yang mengganggu dan tidak membiarkan mereka tenang.

Seperti yang kulakukan hari ini, sekitar pukul 07.00 aku sudah menelpon Irsyad dan menagih hutangnya.

"Halo assalamualaikum ...."

"Ya, halo?" Nada suara dari seberang sana terdengar ragu dan sedikit berat.

"Aku ingin kau tetap ingat untuk membayar modal yang ingin kutarik kembali, aku berharap sekali tidak perlu ada drama dan pertikaian di antara kita."

"Aku butuh waktu untuk mengumpulkan uang setidaknya 25% dari jumlah yang kau minta. Mana bisa aku melunasinya sekalian Aisyah!"

"Aku tidak peduli, aku memberimu modal tanpa berpikir panjang dan tidak pernah menagih pembayaran sekian persen, sesuai kontrak, karena aku tahu aku tidak boleh memberatkanmu. Tapi sekarang, bisnis adalah bisnis. Bisnis tidak bisa dicampur dengan hubungan karena hubungan kita sudah berakhir!"

"Aisyah, kumohon!"

"Jika dalam 2 bulan kau tidak bisa kembalikan maka aku akan menuntutmu dengan laporan penipuan dan kau telah memanfaatkan pernikahan ini untuk menipu!"

"Aku sungguh tidak memanfaatkanmu. Aku saat itu sungguh minta bantuan dan kesepakatan bisnis ini harusnya tidak berakhir sebelah pihak kau melanggar kontrak. Aku sudah katakan bahwa pembagian keuntungan dibagi setiap enam bulan sekali."

"Aku rasa dalam waktu 6 bulan kau sudah mengumpulkan banyak dari jumlah yang kau berikan padaku, harusnya dari sekian cabang kau kelola, kau sudah bisa membayar hutangmu, aku tahu penghasilan dan betapa ramainya restoranmu."

"Aisyah, aku mohon."

"Tadinya kau suami yang kuandalkan dan kuidolakan sebagai seseorang yang akan membela dan mementingkan keluarga tapi ternyata kau tidak lebih baik dari mantan suamiku yang sebelumnya. Kau lebih licik dan menyeramkan, kau menipu dan memanfaatkan keluguan hatiku, aku tidak bisa memaafkanmu lagi."

"Meski kita tidak bisa bersama setidaknya kau mematuhi kontrak yang sudah kita tanda tangani."

"Kemarin kau bilang bahwa modal yang kuberikan tidak kau anggap sebagai hutang! Kenapa kata katamu berubah ubah, Irsyad. Apa kau memang seplin-plan itu?"

"Aku mintaa maaf ....."

"Pokoknya, Aku tahunya, hari Senin 25% yang kau janjikan sudah masuk ke rekeningku!"

"Oh ya? Kamu hendak membunuhku?" Aku bisa membayangkan seperti apa ekspresinya di seberang sana tentu sangat kesal dan terbelalak.

"Terima kasih atas pengertiannya." Aku akhiri panggilan telpon karena merasa sudah tidak punya topik yang harus dibahas.

**

Baru saja meletakkan ponsel di atas meja tiba-tiba pintu rumahku diketuk. Ternyata itu adalah kedatangan ayahnya Raihan. Dia mengucapkan salam dan tersenyum di depan pintu sementara aku langsung menyambut.

"Anak-anak sedang ke sekolah dan mereka baru kupindahkan beberapa hari yang lalu," ucapku.

"Aku tidak mencari mereka tapi aku ingin bertemu denganmu."

"Oh, baiklah, silakan duduk, Mas," ucapku mempersilahkan dia duduk di sofa ruang tamu. Agak lucu karena dulu dia adalah pemilik rumah yang bebas duduk di mana saja tapi sekarang dia telah jadi tamu yang dipersilakan dengan begitu kaku.

"Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik."

"Bagaimana suamimu?"

"Dia juga baik."

"Maksudku .. Bagaimana keadaan kalian berdua?"

"Kami akan bercerai."

Mas Hamdan tertegun tapi kemudian dia menghela nafasnya pelan, pria itu menatapku lalu mengalihkan pandangannya ke arah foto-foto yang terpajang di ruang tamu. Masih terpajang fotoku dan mas Irsyad yang berukuran satu kali setengah meter terpampang di ruang tamu, dalam pose yang begitu akrab dan penuh kehangatan, kami tersenyum ke arah kamera dan aksen yang sangat bahagia.

"Foto itu bagus," gumam Mas Hamdan.

"Sayangnya hubungan tak seawet dan seindah foto," jawabku.

"Kau yakin, akan ke pengadilan lagi, gugat lagi, mendatangkan saksi lagi, kau yakin kau bisa?"

"Aku tak punya pilihan Mas. Tidak ada jalan lain selain ketukan di meja hijau," jawabku.

"Aku turut prihatin Aisyah."

"Iya terima kasih, Mas. Kadang terbesit rasa iri betapa langgengnya kamu dan Maura Mas," ucapku.

"Kami juga sering bertengkar, terlebih saat aku begitu terobsesi untuk rujuk denganmu, wanita itu sering menangis tapi ... Kesabarannya dan kebijaksanaanmu mengubah segalanya. Sekarang kami baik baik saja."

"Alhamdulillah jika demikian."

"Aku juga ingin kau bahagia, terlepas dengan siapa kau mau membagi bahagiamu."

"Uhm, insya Allah, tapi aku belum memikirkannya, Mas."

"Apa masih fokus dengan pembagian harta dan hutang piutang antara kalian berdua."

"Ya, tepatnya begitu."

"Semoga dia membayarnya."

"Tentu saja, insya Allah. Kalau tak bayar maka aku akan menyulitkan hidupnya, menyita asetnya atau melakukan apapun seperti yang kulakukan padamu," jawabku tertawa.

"Kadang, kau punya sisi kejam yang gak terbayangkan, Aish."

"Hahahah bisa saja," gumamku, aku bangkit dari kursi untuk mengambilkan segelas teh namun pria itu menolaknya dengan alasan ingin pergi.

"Aku harus kembali karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Aku juga tidak mau berlama-lama di sini karena itu akan mengganggu dirimu, status dan martabatmu harus dijaga."

"Terima kasih atas pengertiannya Mas," ucapku.

"Sama sama." Dia menjawab dengan senyum lebar lalu beranjak pergi meninggalkan halaman rumahku dan meluncur pergi bersama mobilnya.

Manusia kadang ada satu titik di mana manusia merasa hidupnya sudah sempurna sehingga bebas melakukan apapun tanpa memikirkan dosa dan konsekuensi. Setelah Karma dan hukuman mendera mereka baru sadar dan berusaha meminta pengampunan dan memperbaiki keadaan. Beberapa orang berhasil mengubah kejadian buruk menjadi baik dan beberapa yang lain semakin tenggelam dan tidak bisa mengembalikan keadaan.

Hamdan adalah salah seorang yang pernah mengalami kejatuhan hingga dia benar-benar nyaris kehilangan segalanya. Tapi dia kemudian memperbaikinya dan kami saling memaafkan. Andai dari awal baik aku dan dia tidak bersikap bijak, mungkin semuanya tidak akan berakhir baik. Aku harus memuji diriku karena di dalam kebencianku aku masih menyimpan rasa iba kepadanya dan istrinya, kubesarkan hati untuk menolong hingga mungkin dia sadar dan malu sendiri. Kemudian datang dan minta maaf lalu berdamai dengan kami.

**

Suatu sore yang damai, ketika aku baru saja selesai menyirami rerumputan dan bunga, ketika aroma tanah dan daun bunga menguar menyegarkan penciuman. Tiba tiba ada bunyi notif di ponsel dan menandai adanya pesan.

Kubuka pesan, berharap bahwa itu adalah motif M-banking di mana Irsyad sudah membayar hutangnya.

(Tega sekali kamu perlakukan seseorang yang masih berstatus suamimu, padahal kau mencintainya dan dialah orang yan suda menyelamatkan kamu dari gangguan mantan suamimu.) Tidak salah lagi, yang mengirim pesan pasti si Elsa.

(Lancang sekali kamu mengurusi pernikahan orang lain padahal orang itu membenci dan kehancuran pernikahan mereka disebabkan olehmu!) balasku dengan geram, sampai sampai aku menekan tombol dengan kesal.

(Mana ada orang yang bisa membayar dua ratus juta dalam seminggu!)

(Aku memberinya kelonggaran dua bulan sebelum kulaporkan dengan tuntutan penipuan!)

(Kejam sekali kau Mbak!)

(Masa bodoh! Aku bosan jadi orang baik. Sampaikan padanya, akan kuperpanjang persentase bunga jika dia terlambat membayar, semua itu sudah tertulis di kontrak, jadi jangan membangkang!)

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MADU MUDA SEASON 2 (SAAT CINTA DIRENGGUT PAKSA)    222

    "Sebenarnya aku sama sekali tidak berniat untuk mengusik keputusan Maura, dia bilang sebaiknya kami berpisah dan kurasa Itu sudah keputusan final.""Tidak mungkin semudah itu dia melupakan anda, kemarin dia begitu bahagia. Begitu bangga dan cantik saat berdampingan dengan anda. Apakah anda sungguh ingin melepaskannya? Saya rasa anda juga punya cinta yang sama untuknya.""Jujur saja, aku agak ragu melihat sifatnya yang tidak bijak seperti tempo hari itu. Aku seorang duda yang punya anak dan tujuanku menjalin hubungan adalah menghadirkan sosok istri sekaligus ibu yang dibutuhkan oleh putra-putriku. Jika dia masih kekanak-kanakan, maka aku ragu dia bisa berdampingan dengan anakku.""Fakta yang tidak Anda ketahui bahwa Raihan anakku pernah tinggal bersamanya selama beberapa bulan dan dia terlihat begitu bahagia dengan ibu sambungnya. Aku tidak melihat ke pura-puraan di wajah Raihan, karena Maura selalu berusaha menuruti kehendak putraku. Kurasa dia ibu yang baik, Meski mungkin dia tukang

  • MADU MUDA SEASON 2 (SAAT CINTA DIRENGGUT PAKSA)    221

    "Kau sudah pulang, Bunda?" tanya suamiku saat mendapati diri ini sore hari sudah ada di rumah."Ya, aku baru saja sampai.""Sebenarnya siapa yang kau temui Sayang?" tanya suamiku dengan ungkapan lembut, aku langsung terkejut dan tersanjung mendengar pertanyaan selembut itu."Aku menemui pejabat notaris dan pengurus akta tanah.""Lalu siapa lagi, sayangku?""Tidak ada.""Kau yakin?""Hmm, iya.""Bola matamu mengembang, tandanya kau sedang berbohong.""Tidak sungguh.""Baiklah, Sayang. Aku menghargainya," jawab Mas Hamdan sambil mengulum senyum."Tapi, aku juga ingin mengakui sesuatu dengan sukarela, kuharap kau tak marah, dan menerima semuanya dengan hati terbuka," ujar Mas Hamdan penuh rahasia."Apa itu?""Ini adalah titipan dari orang yang kutemui siang tadi, dia berkendara jauh hanya untuk menemuiku dan menitipkan tas ini," ucap Mas hamdan. Aku terkejut, dia mengeluarkan kantong goodie bag yang cukup familiar dan uang yang ada di dalamnya masih utuh."I-ini, dari mana?""Maura.""Ke

  • MADU MUDA SEASON 2 (SAAT CINTA DIRENGGUT PAKSA)    220

    Kurasaa saat ini tubuh wanita berumur 22 tahun itu tak mampu menahan beban bobotnya, dia boleh jadi akan tumbang mendengar ucapanku. Wanita bekulit putih bersih dengan wajah bak model Pakistani itu pasti linglung mendapat pukulan jawaban seperti tadi. Terbukti ia diam saja kemudian.Aku tahu, aku tidaklah lebih cantik darinya, dalam hal penampilan dia unggul, tapi, pelayanan, tentu akulah yang pertama dan paling paham tentang kemauan Mas hamdan. "Oke, Maura, jika ini akan membuatmu senang, maka mari akhiri saja," ucapku."Caranya bagaimana?" jawabnya parau. Kurasa kini tenggorokan wanita itu tersendat kering."Kita bertemu besok, di kediamanmu, aku akan membawa apa yang kau inginkan.""Tidak usah repot repot!" ucapnya."Cukup tunggu saja aku!" tegasku.Setelah mematikan ponsel, kutarik napas dalam lalu aku beralih ke kamar. Kususul segala sesuatu yang akan kuprrlukam besok untuk menemui wanita itu.Sebenarnya, tak pula harus payah terlalu jauh menjerumuskan diri, tapi karena ini be

  • MADU MUDA SEASON 2 (SAAT CINTA DIRENGGUT PAKSA)    219

    Sejak terakhir kali bertemu Maura bayangan wanita itu seolah terus menghantui, membuat diri ini tidak nyaman, perasaanku jadi tidak aman dan was was akan hati suamiku dan bagaimana tingkah lakunya di kemudian hari.Harusnya ketika pasangan sudah berpisah dan memilih untuk menjalani kehidupan masing-masing maka tidak ada alasan lagi untuk menghubungi apalagi sampai meminta uang, terlebih saat sang mantan suami sudah punya istri dan bahagia dengan kehidupannya, tidak ada alasan untuk meminta bantuan kecuali benar-benar terdesak atau memang tidak punya malu."Astaga, aku banyak membuang waktu dengan memikirkan Maura," gumamku sambil bangkit dari sofa ruang tv lalu membereskannya. Kulanjutkan tugas membersihkan rumah dan dapur sambil menunggu cucianku kering di dalam mesin cuci otomatis.*Usai melipat pakaian, aku langsung mandi dan ganti baju, rencananya aku akan menuju kebun untuk memeriksa pekerja yang sedang menggali kolam ikan yang baru. Aku harus mengantarkan makanan dan minuman a

  • MADU MUDA SEASON 2 (SAAT CINTA DIRENGGUT PAKSA)    218

    "Kau itu hanya mantan dan tetaplah bersikap seperti mantan, jangan coba-coba untuk merayu atau memanfaatkan kebaikan Hamdan lagi!""Aku juga tak Sudi!" balasnya sambil membuang muka.Sebenarnya aku gemas sekali ingin menjambaknya namun aku menahan diri untuk tidak mengotori tanganku.Semua orang yang ada di tempat itu membeku dan tidak bisa memberikan komentar apapun atas percakapan dan kejadian yang baru saja lewat. Semua orang terpana, lalu memandang kepada Maura yang pergi begitu saja."Ayo pergi." Mas Hamdan menarik tanganku sambil berbisik."Iya, ayo, tidak ada gunanya tetap di sini," jawabku. Kami berjalan beriringan meninggalkan kafe, dan meski di sana ada beberapa karyawan dan satpam, mereka tidak memberikan komentar apapun atau berusaha hendak mengusir kami. Mereka semua terdiam membisu.*"Aku tidak mengira bahwa kau membaca pesan yang dikirimkan Maura ke ponselku,"ucap Mas Hamdan saat kami berada di dalam mobil."Maafkan Aku, aku tidak sengaja melihatnya sekelebatan lalu se

  • MADU MUDA SEASON 2 (SAAT CINTA DIRENGGUT PAKSA)    217

    "Mas kau ada waktu sore nanti tidak?""Aku selalu punya waktu untukmu memangnya kenapa?""Uhm, begini, aku punya janji dengan seorang teman, dan Aku ingin kau mengenalnya agar kita menjalin bisnis. Bisakah kau menemaniku bertemu dengannya?""Laki-laki atau perempuan?"tanya Mas Hamdan dengan alis yang terangkat sebelah seakan-akan dia ingin menunjukkan kecemburuan jika itu memang adalah laki-laki."Perempuan Mas ...""Alhamdulillah kalau begitu," jawab Mas Hamdan puas.Usai menandaskan kopi di dalam cangkirnya, suamiku lantas bangkit dan menciumi pipi ini lalu berpamitan untuk pergi bekerja."Aku harus ke ruko pagi sekali karena ada beberapa paket kargo penting yang harus diawasi pengirimannya.""Iya, hati hati di jalan," jawabku. Karena waktu bergulir begitu cepat dan tidak terasa Ini sudah musim hujan lagi aku selalu tidak lupa untuk mengingatkan suami agar selalu membawa payung di dalam mobilnya."Bawa payung, aku tahu bahwa kau sangat sensitif terhadap cuaca dingin, jadi jangan bia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status