Share

4. aku yakin

Author: Ria Abdullah
last update Huling Na-update: 2024-08-27 10:22:18

Aku yakin ayah sudah gila begitu mengucapkan kata bahwa ia ingin mengadakan resepsi untuk acara pernikahan yang sudah ia rahasiakan.

Oh ya, bilang apa ayah tadi, sudah menikah selama bertahun-tahun? sejak kapan itu, kenapa kami baru menyadarinya? kenapa Tuhan baru memperlihatkan pada kami kejadian yang sebenarnya ya? kenapa bisa begitu?

“Apa?” tanyaku dengan mata terbelalak.

“Ya, ibumu tidak keberatan juga kok. Dia selama ini diam karena menunggu momen yang tepat, kalian akan sadar dengan sendirinya,” jawabnya.

Sungguhkah, jadi ibuku sekonyol itu. Aku tak percaya ibu bisa mengalah tanpa bicara apapun. Bisa jadi, ibu memang bertahan karena aku dan Indira atau bisa jadi juga karena ayah mengancamnya.

“Benarkah?” tanyaku dengan suara yang nyaris tidak terdengar. Aku hampir mati mendengar pengakuan frontal yang diucapkan ayah dengan santai.

Sebelum aku sempat mengatakan apa apa lagi, adikku sudah datang dari kamarnya membawa laptop yang aku minta. Kuberi isyarat pada ayah agar ia menghentikan semua kata kata dan rencananya.

Adikku yang punya sakit asma akan langsung tersengal begitu tahu ayah yang sangat ia idolakan akan mengadakan resepsi pernikahan dengan wanita lain. 

"Apa yang kalian bicarakan, mengapa semua orang diam begitu aku datang?" tanya Indira dengan heran.

"Kami sedang membicarakan rencana hadiah apa yang kami berikan di ulang tahunmu, Ayah ingin membelikan motor agar kamu bisa berangkat sekolah tanpa repot-repot lagi naik angkutan umum atau diantar," jawabku enteng.

"Hei, apa? Kamu bicara apa?" tanya ayah dengan ekspresi terkejut.

"Iya Kan Yah, dibanding ayah membuat acara yang tidak diperlukan, sebaiknya ayah belikan kami motor atau sepeda listrik tercanggih agar kami bisa ke mana-mana tanpa menyusahkan orang," jawabku dengan senyum sinis.

Ayah memicingkan mata dengan kesal sementara Bunda hanya diam dan menggeleng pelan.

"Ayah dan Kakak aneh deh, kalian berdua ucapannya kayak orang yang lagi saling sindir, ada apa sih dengan kalian?" tanyanya.

"Gak ada, aku akan kembali ke kamar dan kerjain tugas aku," balasku yang sudah tak tahan lagi ingin beranjak dari tempat itu.

"Tapi kita belum selesai bicara!"

"Biarkan saja Mas," ucap Bunda yang tiba tiba buka suara.

Tatapan mata bunda kali ini sangat berbeda dan cukup tajam. Dia menatap ayah sambil balas memicingkan mata seperti yang Ayah lakukan.

Ah, keluarga macam ini.

*

Pagiku menjelang dengan kicauan burung dan udara segar yang berhembus dari jendela. Seperti biasa, bunda selalu membuka pintu dan jendela rumah bahkan sebelum kami terbangun.

Kukerjabkan mata lalu mencoba mengumpulkan nyawa, mengumpulkan kesadaran sambil memaksa diri agar aku segera bangkit untuk mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Biasanya selama ini aku selalu antusias dengan kegiatan di pagi hari tapi entah kenapa setelah tahu Ayah berselingkuh aku jadi benci keadaan yang ada di rumah ini.

Jadi selama ini orang tuaku hidup dalam kepura-puraan? Keceriaan apa yang mereka tunjukkan di pagi hari dengan penuh canda? Di hadapan kami, ayah dan bunda selalu terlihat harmonis, saling memberikan kasih sayang dan menggenggam tangan dengan mesra. Aku tah habis pikir, bisa-bisanya Bunda bersandiwara dengan sempurna. Bisa-bisanya Ia menutupi luka di hadapan kami berdua dengan cara bersikap sangat manis kepada lelaki yang sudah menyakitinya.

Kalau begini, Bunda seakan-akan mengajarkan kami bahwa wanita itu tidak apa apa terluka, yang penting keluarganya baik-baik saja. Tapi di sisi lain, kami sebagai anak sangat terluka mengetahui bahwa Bunda yang kami sayangi terzalimi selama bertahun-tahun. Ini tidak adil untuknya.

Aku turun dan melewati teras samping. Kudengarkan ayah dan ibuku sedang bicara. Seperti biasa Ayah sedang memberi makan ikan koi kesayangannya sementara Bunda duduk saja di daerah sambil menatap ke arah tanaman hias yang ia susun sedemikian rupa.

"Sampai kapan aku akan bertahan dalam luka seperti ini, kamu sendiri tahu bahwa aku sangatlah tersakiti. Kamu pun tidak hendak meninggalkan wanita itu atau melepaskan diriku, aku lelah dengan semua ini," ucap Bunda dengan kalimat rendah.

Ayah hanya diam saja sambil tetap sibuk memberi makan ikan koi kesayangannya, seakan apa yang diucapkan Bunda bukanlah sesuatu yang pantas diperhatikan.

"Bertahanlah seperti biasa, karena ... bukankah selama ini kita baik-baik saja? Selama aku masih memberimu nafkah dan juga memberikan kasih sayang pada anak-anak, tidak ada yang perlu diperdebatkan."

Enteng sekali Ayah mengatakan itu ke hadapan Bunda. Dia menyuruh Bunda bertahan sementara dia sendiri enak-enakan. Seseorang hanya membenarkan perbuatannya sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain. Sepertinya Ayah memang sudah dibutakan oleh cintanya kepada Wanita yang bernama Priska Yunita.

Kalau ditimbang dan dipikir-pikir lagi, wanita yang jadi istri simpanannya itu tidaklah lebih cantik dari bunda. Hanya saja kulitnya putih dan tubuhnya langsing, wajahnya kinclong karena sering diberi perawatan bahkan Bunda pun akan sangat cantik jika diberi perawatan rutin seperti dia.

Mungkin karena Wanita itu tumbuh dengan kemandirian finansial, sehingga dia punya daya tarik tersendiri di mata ayah. Sementara Ibuku hanya ibu rumah tangga biasa yang dua puluh empat jam di dalam rumah. Ia lebih memilih menyimpan cadangan uang belanja untuk keperluan tidak terduga, dibandingkan menghambur-hamburkannya dengan membeli pakaian baru dan pergi ke salon. Ibuku adalah wanita yang mulia dan penuh pengorbanan. Di bagian mana lagi kurangnya? Mengapa ayah tidak bersyukur?

"Ayah ...." Aku mau manggil aja dari Abang pintu kaca sliding, sementara beliau langsung menoleh. "Maaf kalau aku terkesan lancang dan ikut campur karena sebelumnya aku tidak pernah melakukan hal itu. Teganya Ayah meminta bunda bertahan dengan semua rasa sakit yang ayah berikan?! Bisakah kalau posisinya diubah saja, biar bunda yang poliandri sementara ayah bertahan dan berpura-pura baik-baik saja demi kami, bisa?!"

"Kamu ya!" Tiba-tiba Ayah membanting plastik makanan ikan hingga plastik itu pecah dan pur-nya berhamburan.

Baru saja Ayah hendak berteriak tapi tiba-tiba saja Indira datang, melihat ayah yang melotot pada aku, sementara aku hanya berdiri dengan ekspresi datar dengan tangan ditopang di bagian dada, adikku makin heran saja dengan apa yang terjadi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ibu mu bertahan krn tak mampu mandiri. wanita lemah memang makanan empuk utk pasangannya.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   100

    Pada akhirnya setelah diskusi panjang lebar dan keluargaku membujukku, maka aku pun setuju untuk pulang ke rumah keluarga dan ahli warisku. Sebetulnya aku tidak terlalu ingin bersama mereka tapi bagi mereka tidak aman diriku untuk tinggal sendiri di tengah teror dan ancaman keluarga Tante Priska.Meski nantinya keluarga Priska tidak akan lagi menemuiku, tapi tetap saja keluargaku khawatir tentang diri ini yang sendirian karena aku adalah anak perempuan. Belum lagi usaha kedai yang mungkin tak akan bisa kukelola dengan maksimal. Kedai itu terancam gulung tikar sebentar lagi.*Aku pindah ke rumah nenekku, tinggal di sebuah kamar di lantai dua bersebelahan dengan kamar oma. Sikap Oma berubah drastis, dia yang tadinya biasa saja, jadi sangat perhatian dan sayang. Mungkin karena besarnya rasa bersalah padaku dan Bunda. Nenek jadi sangat lembut, penuh kasih sayang dan berusaha memenuhi kebutuhanku.Om dan tanteku juga sama, mereka mendukung dan menyayangiku, mereka mencarikan kampus yang

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   99

    Hari itu kutemani ayah pergi ke rumah sakit jiwa di mana Bunda dirawat sekaligus ditahan. Saat pertama kali mendaftar di lorong rumah sakit dan bilang kalau kami ingin bertemu Bunda naifa, aroma khas rumah sakit serta sedikit aroma busuk mulai menguar di penciumanku.Aku juga mendengar teriakan dan suara tawa melengking yang berasal dari para pasien yang mungkin sedang berhalusinasi atau teringat dengan peristiwa traumatis mereka. Aku bisa merasakan betul tekanan dan prihatin dengan nasib pasien yang ada di situ. Aku yakin bukan keinginan mereka untuk ada di sana tapi keadaan dan mental mereka yang membuat mereka tertahan.Kami diantarkan oleh dua orang perawat ke sebuah kamar yang berada di lantai 2 dan jauh di ujung lorong sayap timur. Saat melewati koridor, aku bisa melihat di sebelah kanan dan kiri, ruang pasien yang dilapisi kaca dan jaring jeruji, berisi mereka dengan aneka tingkah laku dan keluhan. Ada yang hanya duduk di ranjang sambil menerawang menatap jendela, ada yang b

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   98

    "Aku tidak akan ikut campur kalau Tante ingin berpisah atau tetap bersama ayah, tapi ada sedikit yang mengganjal hatiku karena tiba-tiba tante ingin mendapat permintaan maaf dari ibuku. Kalian berdua sama-sama salah dan sama-sama kena getahnya, kenapa tidak saling merangkul dan saling memaafkan satu sama lain saja, tanpa harus menuntut satu harus bersujud kepada yang lain?""Maaf, ibumu telah membunuh anakku.""Kehadiranmu juga telah membunuh adikku.""Ia membuatku mendapatkan kesialan bertubi-tubi.""Karena kehadiranmu kami kehilangan ayah dan rumah, keluarga kami hancur hubungan kami dengan nenek kami juga hancur, apa Tante ingin kita mengadu nasib?""Baiklah kau menang!"wanita itu akhirnya menyerah dan hanya mendengkuskan nafas sambil terlihat kesal padaku. Dia dalam keadaan sakit dan sedih sementara dia kesal dan tidak mau menatap wajahku. Dia benahi selimutnya sendiri karena hawa AC yang mulai dingin.Kuhampiri wanita itu, lalu kubantu dia untuk memperbaiki selimut, ku tawarkan j

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   97

    "Dengar anak suamiku! Aku sedang sakit, bersedih dan ditimpa kesulitan bertubi-tubi. Aku tidak mau kehadiranmu mengeruhkan suasana dan membuat diriku makin depresi. jadi dengan penuh hormat, aku memintamu untuk meninggalkanku sendiri saja,"ucapnya sambil mengarahkan tangan ke pintu yang pertama bahwa dia mau tidak mau terpaksa mengusirku."Aduh Tante, kalau aku tidak menjaga lantas siapa yang akan membantumu pergi ke kamar mandi dan mengawasimu, kau bisa pingsan dan saluran infus itu bisa terlepas dari tanganmu dan berdarah. Harus menjagamu Demi rasa baktiku kepada ayahku. Aku tidak akan tahan terus bicara dan menatap wajahmu jadi aku akan mengawasimu dari luar, kataka. Saja kalau kamu butuh sesuatu," ucapku ketika hendak membalikkan badan dan pergi."Kau tidak perlu susah payah, urus saja ibumu yang pembunuh itu," jawabnya dengan sombong, aku tersentak saat wanita itu menyebut ibuku dengan sebutan pembunuh. Emosiku tiba-tiba ingin naik kepala Andai saja aku tidak berusaha mengendali

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   96

    Aku menelpon ayah dalam perjalanan pulang dari persidangan Bunda. Aku ingin tahu Ayah sedang apa. Apakah dia sudah sampai di rumah atau belum. Kalau belum Aku ingin sekalian pergi menjemputnya karena Ayah tidak membawa motor melainkan dia menggunakan ojek online."Halo assalamualaikum ayah...""Ya, walaikum salam."Suasana di sekitar Ayah terdengar sangat ramai dan lalu lalang orang serta keriuhan yang sulit kujelaskan, aku tidak bisa berasumsi kalau dia sedang di kantor karena tidak mungkin suasana di kantor sampai seperti pasar. Ada suara jeritan orang yang menangis dan beberapa yang lain terdengar bicara dan sulit dimengerti Apa yang sedang mereka katakan."Ayah di mana sekarang, apa yang sedang Ayah lakukan?""Ayah sedang di rumah sakit, Tante Priska menelpon ayah dan meminta ayah datang ke sini," jawabnya dengan suara pelan.Tadinya aku ingin menceritakan tentang keadaan Bunda dan putusan apa yang bunda dapatkan tapi mendengar nama tante Priska disebutkan aku jadi kesal dan mengu

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   95

    "Lalu apa pilihan Ayah, apa Ayah akan pulang dengan kami atau kembali ke Tante Priska?"Pertanyaanku itu cukup membuat ayah terhenyak dan diam saja. Dia menggeleng lalu mendesah pelan."Tidak keduanya." Ayah mendesah dan memilih beranjak dari tempat duduknya, ia trtatih pelan dengan tongkatnya menuju ke kamar.Dari belakang siluet tubuh ayah terlihat kurus, sedikit bungkuk, hilang semua wibawa dan ketegapan dirinya sejak musibah yang menimpa. Pun Tante Priska yang kini babak belur dihujam masalah demi masalah. Kasihan, tapi harus bagaimana lagi.Kini, yang harus kufokuskan adalah tentang ibuku yang menjalani hukumannya, entah berapa tahun dia di penjara aku tak tahu. Semoga hakim mempertimbangkan ketidak stabilan mentalnya agar ibuku bisa diampuni dan diberi keringanan. Meski menurut orang lain egois bahwa aku berharap ibuku yang seorang pembunuh berencana tidak dihukum berat karena gangguan jiwa, tapi aku tetap berharap itu terjadi. Semoga ada keajaiban.*Seminggu kemudian.Pagi se

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   94

    Sepanjang malam Ayah Hanya duduk di depan rumah sambil membiarkan tubuhnya ditiupkan angin malam yang datang dari lautan, libur ombak yang membentur pantai seakan seperti perasaan ayah yang saat ini merasa sangat sedih dan bersalah.Dari jendela kamar aku melihat tatapan Ayah yang menerawang, sesekali ia mengusap air matanya, sekali ia menangis sampai bahunya terguncang dan akhirnya ia kembali terdiam dalam lamunan panjang.Apa yang beliau katakan memang benar, kalau ada orang yang paling pantas menanggung kesalahan maka dialah orangnya, dialah penyebab semua masalah dan petaka yang terjadi. Kedua istrinya harus mengalami gangguan kejiwaan dan mental karena terlalu depresi memikirkan kehidupan mereka yang hancur karena ayah. Satu dikecewakan karena cintanya dan satu kecewa karena kehilangan anaknya. Puncak dari semua itu ayahlah penyebab utamanya. Anak tante Priska tidak akan mati kalau bukan disebabkan oleh ibuku yang mengalami gangguan kejiwaan dan tega berbuat hal yang nekat. Tapi

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   93

    Hal yang paling mengejutkan dan tidak pernah kuduga adalah ternyata Ibu tiriku ada di antara mereka, kupikir dia tidak ikut tapi saat ku dengar dia lama-lamat menangis dan terus merintis saat diangkat oleh orang-orang maka pahamlah aku kalau dia sudah ikut.Kulihat wajahnya yang pucat karena syok serta tangannya yang berdarah karena pecahan kaca, aku jadi merasa miris sekaligus kasihan tapi lebih banyak puasnya. Aku ingin tertawa karena pelakor itu selalu mendapatkan kesialan dan kemalangan setiap kali berkendara di jalan raya. Baru saja ia sembuh dari cedera tulang yang berkepanjangan. Kini ia harus tabrakan dan malah lebih mengenaskan lagi."Siapa yang meninggal Pak, keponakanku?" tanyanya lemas, saat ia ditandu oleh empat orang, wanita itu sempat berpapasan denganku. Ia membulatkan mata tepat saat tatapan bola mata kami saling bertautan. Aku yang masih mengenakan helm dan tidak sadar kalau tidak pakai masker segera menghindar dari wanita itu, karena aku tidak mau hal itu menimbulka

  • MALAIKAT PENCURI AYAH   92

    Hari demi hari kulalui dengan penuh perjuangan yang cukup berat. Sisa uang yang ditinggalkan oleh Bunda mati-matianku kuperjuangkan untuk tetap cukup membeli bahan baku dan mengelola kedai. Aku berusaha hidup hemat dan prihatin tidak membeli kecuali sesuatu yang sangat kuperlukan. Pagi aku pergi mengambil kursus komputer dan coding, sementara sore hari aku akan sibuk di kedai untuk melayani para tamu.Sekarang Ayah tinggal bersamaku tapi aku tidak mau terlalu akrab dengannya, dia kerap menyapa dan mengajakku bercanda tapi aku menanggapinya dengan ekspresi datar dan memilih untuk menyibukkan diri dan kembali ke pekerjaanku. Jika sudah begitu, maka ayah akan dia, kemudian pergi mengerjakan apa saja yang rasa mampu ia kerjakan.Aku tetap memasak dan menyediakan makanan untuk ayah, aku tetap mencuci pakaian dan membersihkan kamarnya, tapi aku tidak banyak mengatakan apa-apa. Sesekali aku menjenguk Bunda, Tapi itu tidak terlalu sering karena bunda sendiri melarangku untuk selalu datang. B

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status