Share

JAGAD SEMESTA

Masa lalu tidak hanya sebatas kenangan. Ada juga dendam dari perbuatan yang merugikan, kejadian pahit tidak akan pernah terhapus sampai adanya pembalasan. Harus kah melawan? atau pasrah karna itu adalah hukuman.

*

Ki Ageng Romo duduk di samping perempuan itu, lalu memutarkan asap dupa di atas wajahnya. Ki Ageng Romo mencelupkan telunjuknya pada wadah kecil berisi tinta yang terbuat dari racikan khusus. la mengusap kening perempuan itu dan membuat sebuah simbol di sana.

"Aku suka cara marahmu itu, Ayu. Luapkan lebih kasar lagi. Aku tidak suka sikap lembek yang ada padamu. Buang itu! Atau kau akan kesulitan ke depannya," ucap Ki Ageng Romo pada perempuan itu yang sebut saja namanya Ayu.

"Apa?"

"Saat kau datang membawa anakmu, tekadmu belum sempurna. Kau masih dibayangi hal-hal duniawi dalam otakmu itu. Berilah celah agar kekuatan gaib yang kau alami saat ini dapat tempat di sisi kepala dan batinmu."

"Apa yang akan kau hadapi jauh lebih besar kedepannya, kamu tau? Kau harus menembus jagat semesta untuk membangkitkan iblis yang paling kuat. Adam termasuk golongan orang-orang yang sholeh, sekadar menggodanya dengan setan tidak akan membuat dirinya goyah. Lalu dengan apa kamu akan menghancurkannya Ayu?"

"Saya mau Adam menebus dosa-dosanya pada keluarga saya Ki. Jika iblis tidak bisa membuat Adam keluar dari keimanannya, Biar saya yang akan membuat Adam menyembah Anak saya sendiri," ucap Ayu berapi-api

Ki Ageng Romo mendelik, tetapi bibirnya menyiratkan senyum penuh misteri. Ki Ageng Romo terdiam, malah jadi bersikap lebih tenang. Tak berapa lama, pria tua itu terkekeh kemudian terbahak-bahak menakutkan. Ayu sendiri sampai bingung dibuatnya.

"Tekadmu sangat kuat Ayu, konsekuensi dari dosa yang akan kamu perbuat juga besar, Bukan hanya dari tuhannya Adam saja. Tapi dari Iblis yang akan kamu bangkitkan nanti. Semua Akan berakhir pada Malam Penebusan."

"Ingat Ayu, Alasanmu hanya untuk membalas dendam pada orang sholeh itu. Konsekuensinya sepadan dengan apa yang akan terjadi nanti, Malam Penebusan itu bukan sembarang malam,"

"Malam itu menjadi malam paling mengerikan dari sepanjang malam. Dimana pelaku dosa pertama menebus dosanya. Dan kamu Ayu, kamu juga akan turut terseret pada malam itu sebab kamu membangkitkan iblis yang paling kuat, kamu mengertikan mengapa bersekutu dengan Iblis dilarang?"

"Dendammu dengan Adam menjadi cikal bakal terjadinya Malam Penebusan."

"Saya mengerti Ki Ageng, dan saya siap menerima resikonya, asalkan Adam juga kehilangan sesuatu yang paling berharga di hidupnya," sahut Ayu dengan tekad yang sudah bulat.

"Aku dengar, Adam telah kehilangan istrinya beberapa bulan yang lalu, ia baru saja kehilangan salah satu hal yang paling berharga dari hidupnya. Itu membuka peluang untukmu Ayu. Jiwa Adam tengah dalam keadaan rapuh namun keimanannya belum tentu bisa digoyangkan semudah itu,"

"Jadi apa rencanamu selanjutnya?" tanya Ki Ageng Romo penasaran.

"Rencana selanjutnya, Adalah membuat salah satu hal lain yang paling berharga dari hidup Adam juga pergi meninggalkan dirinya," batin Ayu dengan emosi yang berkecamuk.

Ayu berusaha meredam amarah yang merasuk ke dalam dadanya tanpa dikomando, Perempuan itu lalu tersenyum ke arah Ki Ageng Romo.

Kerangka mungil berbalut kain warna putih terlentang di antara hamparan lentera yang memberikan nyala jingga.

"Ki, bagaimana saya bisa menyusul Laras?" tanya Ayu sedikit ragu. la memang akan melakukan apa pun untuk membalas dendam. Namun, jika untuk meraga-sukma, Ayu tidak yakin bisa melakukannya. Terlebih, ia harus memasuki gerbang dunia gaib yang mana pastinya menyajikan berbagai kengerian.

"Kau akan tiba di sana dengan selamat. Satu pesanku, Yu. Jangan tergoda apa pun di sana. Jangan pula merasa takut. Tekadmu harus kuat dulu demi dendamu pada Adam, kamu harus bisa membangkitkan sang Iblis. Maka kau akan diarahkan," tutur Ki Ageng Romo.

Ayu kembali berpikir. Semua memang demi membalaskan dendamnya pada Adam. Hanya saja, melepas sukma dan berkelana ke alam lain sama halnya memasuki hutan belantara saat malam tanpa perbekalan cahaya.

Mungkin bukan jiwanya saja yang tersesat, dirinya pun sama. Apalagi ia harus pergi sendiri dan tidak ditemani Ki Ageng Romo. Pria berumur itu harus menjaga dua raga di alam fana untuk membimbing pulang nantinya.

"Ayu," panggil Ki Ageng Romo. Perempuan yang dipanggilnya sedikit terenyak dari kedalaman pikirannya.

"Iya, Ki. Saya mau berangkat apa pun yang terjadi. Saya harus membuat ustad itu menyesali dosa-dosanya meski harus bertarung dengan siluman sekali pun."

"Baiklah. Kau duduk bersemadi di samping kerangka anakmu dengan posisi menghadapnya. Salah satu sukma dari kalian akan terperangkap di sana sebagai jaminan. Sukma anakmu akan menjadi pengganti sukmamu agar dapat kembali ke sini. Dan sebaliknya, jika kamu tidak dapat kembali ke sini dan terperangkap di jagad semesta. Maka sukma anakmu lah yang akan bergentayangan di dunia ini, dan menjadi Arwah buangan. Nanti, cahaya-cahaya lentera ini akan menuntun sukmamu untuk masuk ke dalam raga."

Ayu pun memosisikan diri dan mulai duduk bersila. la menarik napas panjang bersamaan dengan kedua tangannya yang diposisikan di dekat perut. Jemari Ayu saling bertaut dengan posisi telapak tangan terbuka.

"Konsentrasilah. Jangan lupa ketika kamu membuat perjanjian dengan Iblis yang ada di sana. Kamu harus menyanggupi syarat yang Iblis itu minta. Atau kamu akan menjadi tawanannya. Aku akan membukakan gerbang dan mendorongmu ke alam sana," ucap Ki Ageng Romo dan diiyakan oleh Ayu dengan menutup mata dengan hela napas yang tenang.

"Ingat. Selagi kau bisa lari, jangan melawan makhluk itu atau makhluk-makhluk di sana. Jangan pula mengalihkan perhatian pada hal lain. Nanti, suaraku yang menuntunmu segera pulang, akan lenyap dan kehilangan koneksi. Jadi, pikiranmu pada satu titik dan jangan sampai buyar."

Ritual penembusan jagat pun dilaksanakan. Ki Ageng Romo memulai membacakan mantra dengan fasih dan dilingkupi sumber energi dari dalam dirinya. Pria tua itu pun sama-sama bersemadi untuk membimbing sukma Ayu keluar dari badannya dan mengantarnya untuk mengenali gerbang yang terbuka.

Dalam lintasan dimensi yang mengabur, kerangka Laras masih terbaring tak bergeming, Ayu dan Ki Ageng Romo duduk berhadapan di antara kerangka jasad Laras. Rumah sederhana dengan nuansa jingga dari cahaya lentera, tiba-tiba berubah dengan perlahan. Kini, ketiga tubuh itu berada di tengah-tengah belantara yang senyap. Suara-suara binatang tak sedikit pun terdengar.

Kemudian, tidak jauh dari mereka, dua buah pilar batu berdiri dengan gagah, ujung runcingnya seolah bisa mencakar angkasa. Berbeda dengan penampakan di sekitar belantara yang remang oleh cahaya bulan dan bintang-bintang, di tengah-tengah gerbang tersebut justru begitu gelap.

"Buka matamu dan masuklah ke gerbang sana!" gema suara Ki Ageng Romo mengetuk telinga Ayu. la yang baru sadar jika ritualnya sedang berjalan, ia segera membuka mata.

TO BE CONTINUED

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status