Share

Bab 5

Author: Uni Tari
last update Last Updated: 2024-01-19 12:20:40

Ada rasa lega di dalam hati gadis itu, ia bersyukur karena Bu Hani ternyata sangat baik padanya. Bayang-bayang mendapatkan caci maki, kini musnah sudah.

Keduanya kembali ngobrol ngalor-ngidul, lebih tepatnya Bu Hani yang terus berbicara. Hilma hanya diam sesekali tersenyum saat ada hal yang lucu, yang diceritakan oleh mertuanya itu.

***

"Mudah-mudahan aku betah di sini, dan tidak ketakutan lagi," ujar Hilma, menatap diri di cermin, gadis itu baru selesai mengenakan pakaian selepas mandi tadi.

"Biasa saja."

"Hah!" Hilma yang terkejut medengar Zafar yang tiba-tiba mendekat. Sekilas ia melihat suaminya itu tersenyum, kemudian kembali datar.

"Sampai kapan takut terus. Kamu kan udah liat Ibu sebaiknya apa sama kamu. Sampai aku aja anaknya, malah kena omel," kata Zafar ngedumel.

"Ayo turun!" Pria itu sedikit berteriak dari luar lamar.

"Iya," jawab Hilma, sambil mengekor pria itu turun.

Matanya melotot saat Zafar menunggu dan kemudian menggenggam tangan Hilma. Gadis itu merasa tak nyaman saat mereka turun dengan tangan yang saling berpegang, ingin sekali Hilma melepaskan, tapi genggamannya sangat kuat. Alhasil dia diam pasrah, berjalan memasuki ruang keluarga.

Zafar juga hanya diam, Hilma tau dia pasti sengaja melakukan ini agar nampak anak baik di depan orang tuanya itu. Mereka duduk berdampingan, dengan tangan yang masih bertautan.

"Zafar, lalu bagaimana dengan Sinta saat dia mengetahui semua ini? Ishh, ibu yakin dia akan berlagak sangat tersakiti," kata Bu Hani, yang langsung menodong Zafar dengan pertanyaan.

"Itu...."

Belum sempat pria itu menjawab, ibunya sudah lebih dulu menyela. "Ibu bahagia, akhirnya kamu putus sama dia. Dan nikah dengan Hilma yang sudah pasti perempuan baik-baik!"

Hilma mendongak, menatap mereka berdua saling bergantian. Kemudian dia kembali menunduk saat Zafar meberi kode untuk diam. Jangan melakukan apa-apa.

"Kalau memang itu kebenarannya, Ayah tidak bisa apa-apa lagi, apalagi kalian sudah dinikahkan. Terlebih lagi, Ayah tidak kenal dengan warga desa, kalau kita nanti ke sana minta banding yang ada dikeroyok kita.".

"Demi Alloh, Bapak dan Ibu, saya hanya berniat menolongnya yang hampir pingsan karena kedinginan. Wajahnya pucat dan gemetar. Jika tau hal ini akan terjadi, saya juga tidak akan membantunya waktu itu."

Hilma menghela napas panjang, mengusap air mata yang tanpa sadar menetes. Membuat Zafar menatap gadis itu, ia tau pasti hal ini sangat berat baginya.

"Saya sadar, hanya orang kampung yang bodoh dalam segala hal. Saya tidak banyak tau apa-apa tentang kota, wajar jika Bapak dan Ibu mau marah dan kecewa melihat anak yang kalian didik dan disekolahkan dengan baik, tapi pada akhirnya menikahi gadis desa yang tidak berpendidikan. Tapi pikiran saya salah, nyatanya kalian sangat baik sekali pada saya, Terima kasih," ujar gadis itu tulus.

"Ya karena mereka marahnya cuma sama aku aja!" kata Zafar protes, membuat Bu Hilma melotot padanya

"Bukan karena kamu orang kampung, bukan juga karena kamu tidak berpendidikan. Tapi jika memang anak saya telah mengotori seseorang, siapa pun itu, harusnya dia pandai berpikir lebih dulu, jangan gadis desa yang menjadi mangsanya atau siapa pun itu."

"Tapi demi Alloh, Pak. Dia tidak melakukan apa-apa pada saya, kami bahkan tidak saling kenal saat satu saung bersama itu."

"Ibu paham, ibu mengerti, dan mana mungkin juga gadis sepertimu mau dibodohi oleh pria hidung belang kayak dia!" kata Bu Hani membuat Zafar melotot mendengar ucapan ibunya itu.

"Apa sih, Bu. Hidung belang dari mananya? Selama ini aku cuma pacaran sama Sinta ya, gak pernah tuh aku sampai gonta-ganti cewek. Apalagi celup sana celup sini. Ihhh."

"Ibu percaya kan pada kami?" tanya Hilma tulus.

"Nanya itu lagi, kan udah Ibu bilang, sedikit pun tak ada rasa tak percaya, apalagi pada gadis sepertimu," jawab Bu Hani.

"Tapi tetap, karena hal ini nama kita jadi buruk oleh warga desa. Bapak jadi malu untuk pulang ke sana."

"Bapak tak perlu malu, biarkan mereka mau berbicara apa, yang pasti, anak kita tidak melakukan hal yang hina itu. Benar, kan, Zafar?"

"I—iya, Bu."

"Kenapa kamu diam saja? Biasanya juga paling berisik di rumah. Kamu takut?"

"Itu...."

"Sudahlah, Ibu harus memberitahu Om-mu, bahwa kalian sudah sampai di rumah. Jangan tanyakan hal lain, ibu masih memikirkannya."

"Iya, Bu."

Hilma melirik pria itu yang hanya duduk diam tak berkutik. Pria yang datar ini ternyata takut juga jika di hadapkan dengan hal seperti ini.

"Hilma namamu?"

Hilma mendongak saat ayahnya Zafar memanggil, kemudian mengangguk mengiyakan.

"Kemari, Nak. Duduk di sini dulu."

Dengan ragu, kemudian Hilma beridiri, sebelumnya ia menatap pria itu yang hanya diam saja.

"Sini, Nak."

Pak Jaidi—ayah Zafar membawa gadis itu duduk di tengah, antara dia dan sang istri, kemudian merogoh sesuatu dalam saku celananya, ia memberikan perhiasan berupa kalung, kemudiam memberikannya pada Hilma.

Gadis itu menatap bingung, ia melirik sang ibu mertua yang tersenyum sambil mengangguk, mengartikan bahwa dia harus menerima kalung itu.

"Anggap ini sebagai hadiah pertama menjadi menantu. Dipakai, ya?" ujar Pak Jaidi.

"Tapi...." Hilma ragu, ia menatap kalung itu yang sudah Pak Jaidi selipkan di tangannya.

"Udah... Ini sudah jadi tradisi di keluarga Ayahmu, kalau ada mantu baru, pasti di kasih hadiah. Terima ya."

Hilma merasa tak enak hati, ia kemudian menyalami mertuanya itu satu per satu. Dan berucap Terima kasih banyak karena sudah sangat baik padanya. Meskipun dia hadir dengan cara yang salah.

"Terima kasih, Ibu. Aku pikir Ibu dan Bapak akan...."

"Suuut, udah. Ibu tidak akan memarahi yang tidak bersalah. Semua ini kecelakaan. Ibu juga paham bagaimana perasaanmu."

Hilma tersenyum menatapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Mereka kemudian menghentikan pembicaraan itu. Karena orang tua Zafar ingin keluar untuk belanja stok mingguan, apalagi sekarang ada Hilma, yang harus dijamu dengan baik karena dia pertama kali ke rumah itu.

Hilma kembali ke atas, ia berdiri di balkon sambil berpikir, sedang apa Bapaknya sekarang, apakah dia sudah makan atau belum. Bagaimana perasaannya saat ini.

Saat sedang menikmati lamunan, suara pintu balkon terbuka, Zafar datang menghampiri gadis itu yang tengah diam dengan tatapan kosong.

"Udah gak usah di pikirin. Paling juga dia udah nemu cewek lain," ujar pria itu, yang langsung duduk bersilang kaki.

Hilma yang mendengar itu berbalik. "Apa maksudnya?"

"Inget kekasihmu, kan?"

Hilma memutar bola malas, kemudian kembali menatap ke arah depan.

"Siapa namanya?"

Gadis itu menghela napas pelan. Ia mencoba untuk tenang, jangan sampai emosi menghadapi Zafar yang tak mau diam itu.

"Kamu gak perlu tau," jawab Hilma, malah memancing pria itu yang sudah sangat penasaran dari kemarin.

"Perlu, dong. Aku kan suamimu."

Gadis itu seketika menatapnya yang sedang tersenyum meledek. Kemudian menggeleng dan memilih ke bawah untuk melakukan apa pun yang bisa ia lakukan.

***

Malam datang, embali satu kamar lagi dengannya, membuat Hilma tidak nyaman. Ingin sekali ia keluar, tapi nanti apa kata orang tua mereka. Gadis itu kembali bingung, harus apa sekarang? Matanya kini melihat jam dinding, ternyata sudah jam sebelas malam, tapi Zafar yang tadi izin untuk keluar belum pulang sama sekali.

"Kalau bisa jangan pulang lah, biar aku bisa tidur dengan tenang," ujar Hilma. Ia kemudian duduk di sofa, lalu berbaring dan kembali duduk lagi. Ia menghela napas, kenapa sulit sekali untuk tertidur malam ini.

Ia kemudian membuka sedikit gorden, dan menatap Lampu-lampu malam yang indah, sampai ia tidak sadar jika ada seseorang yang masuk ke kamar.

"Mau terus berdiri di sana?"

"Hah!" Gadis itu terperanjat kaget saat mendengar suara Zafar yang tiba-tiba. "Kamu...."

"Ayo tidur!"

"Hah?" Dia kembali terkejut saat Zafar mengajaknya tidur.

"Ma—maksudnya tidur. Istirahat di sini, aku ke bawah dulu." Dia melengos pergi setelah membuat Hilma yang hampir saja berburuk sangka. Gadis itu pikir dia akan....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 54 TAMAT

    Tapi sayang, orangnya sudah tidak ada di rumah. Pria itu memukul stang motor karena terlambat.Ia memutuskan untuk mengejarnya. Sebelumya dia menelpon sang teman lebih dulu, agar menjaga di rumah Haji Burhan, karena dua pria yang Santi suruh pasti akan segera datang. Motor melaju sedikit cepat, pria itu tersenyum miring melihat mobil merah di depannya. Ia menambah kecepatan, menyalip mobil yang sedang dikendarai Santi sampai mobil itu berhenti mendadak. "Zafar?" Haji Burhan turun dengan wajah yang kesal. "Mau apa kamu?"Santi turun dengan mata yang melotot kesal. Dia mendekat pada Haji Burhan, merayu agar lelaki tua itu bergegas pergi dengannya. "Tunggu dulu, lah. Buru-buru amat," ujar Zafar. "Mau apa kamu sebenarnya, Zafar?" tanya Haji Burhan sekali lagi. Dua motor lainnya baru tiba. Teman Zafar bergegas menangkap wanita itu dari belakang. Membuat Santi meronta-ronta sembari berteriak, Haji Burhan yang melihat itu menatap Zafar dengan marah."Zafar... kamu benar-benar menusuk p

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 53

    Santi menerima uang hasil judinya sambil berteriak gembira. Modal satu juga, bertambah berkali-kali lipat karena berhasil mengalahkan rekan-rekan judinya itu. Sedangkan mereka saling pandang, dengan sengaja membuat Santi bahagia lebih dulu, agar dia ketagihan dan terus mengeluarkan uang untuk berjudi. Wanita itu tak sadar telah diperdaya oleh mereka. "Ya udah, aku pulang, ya. Besok kita main lagi, dua juta!" ujar Santi. "Siapa takut." "Setuju!" "Oke deh. Bye, aku pulang." Dia masuk ke dalam mobil dengan perasaan bangga. Hasil judi ini sebagian akan ia berikan pada sang ibu. Belum sempat ia menyalakan mobil, suara ponsel berdering. Dia mengangkat telfon itu dengan raut wajah malas. "Kenapa?" tanyanya tak suka. "Transfer Bapak duit, tiga juta aja. Bapak di kejar-kejar rentenir, kamu tau kan akibatnya kalo gak mau ngasih duit?" ancam seseorang dari telfon. "Ish, lagi-lagi ancaman itu. Ya udah iya. Aku kirim sekarang!" Santi memutuskan telfon sepihak. Sembari

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 52

    "Kamu tak perlu tau orang itu siapa. Yang jelas, Paman kecewa pada kalian berdua. Mulai sekarang, Paman tidak mau berurusan dengan kalian lagi.""Tapi aku akan cari tau siapa orang yang sudah memfitnah istriku!" tekan Zafar, ia menarik Hilma saat wanita itu hendak berbicara. Zafar pergi dengan emosi yang meluap-luap di dadanya. Ia yakin sekali, jika dalang dari semuanya adalah Santi. Karena tidak ada lagi orang yang tidak menyukai istrinya itu kecuali dia."Aa aku belum sempat bicara sama Pak Haji.""Ngapain. Biarin aja dia, lama-lama juga bakalan ketauan iblis apa yang ada di rumahnya itu. Memfitnah orang lain agar dia bisa menikmati semuanya!"Hilma diam. Ia berpikir ada benarnya juga apa yang Zafar katakan, jika memang bukan Santi siapa lagi, karena di desa hanya dia yang berurusan dengannya."Mungkin karena dia suka sama Aa, makanya menghalalkan segala cara agar kalian bisa dekat."Mendengar itu Zafar langsung ngerem mendadak. Ia melirik sang istri yang juga tengah menatapnya."J

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 51

    Sebelum menuju ke rumah Haji Burhan, mereka makan siang lebih dulu karena merasa lapar setelah kehujanan. Zafar yang berusaha menenangkan istrinya itu dengan mencoba menyuapi makanan pada Hilma, tapi wanita itu seakan enggan untuk menerima.Belum pernah ia melihat Haji Burhan semarah itu padanya, tapi kenapa setelah ada anak perempuannya, Hilma rasa banyak yang berubah dari bos ayahnya itu.Padahal dulu ia orangnya sangat lembut dan penyayang. Bahkan orang yang salah di mata yang lain pun, ia selalu membela dan memilih untuk berdamai. Tapi sekarang, hal yang bahkan tidak Hilma ketahui hal buruk apa yang sudah ia lakukan, Haji Burhan nampak tidak menyukainya."Hilma...." Suara Zafar membuat wanita itu buyar dari lamunannya. Ia hanya bisa menarik napas pelan dengan wajah yang muram."Kamu tau paman, kan? Mungkin dia cuma mau mastiin aja.""Tapi... kata-kata dia tadi sangat tidak enak aku dengar, A. Kapan aku punya niat busuk padanya, sedangkan aku selalu berdoa agar dia hidupnya sejaht

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 50

    Santi melirik dari ujung matanya, kemudian dia tersenyum miring melihat sang ayah yang nampak emosi sekali. Wanita itu berhasil membuat seorang Haji Burhan yang dulunya rendah hati dan baik pada semua orang, kini ia nampak menjadi orang yang perhitungan."Tenang, Ayah... aku akan bantu untuk bikin mereka menyesali semuanya."'Lihat aja, setelah ini Hilma pasti akan kena marah habis-habisan sama Ayah. Aku harus menyusun rencana baru agar Zafar membela Ayah dan hubungan dia dengan istrinya itu renggang,' batin Santi."Ternyata wanita selugu dia bermuka dua. Padahal dulu siapa yang sering menolongnya kalau bukan saya!" tekan Haji Burhan, membuat hati Santi semakin gembira mendengarnya."Minta aja modal yang pernah Ayah berikan pada Zafar. Biar mereka tau rasa!"Haji Burhan menatap anaknya itu, ia kemudian duduk kembali setelah tadi berdiri karena emosi."Ayah gak bisa kalau lakuin itu, karena modal yang diberikan pada Zafar, itu uang ibunya dulu yang Ayah pinjam.""Jadi....""Kalau soal

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 49

    "Akhirnya selesai, sekarang aku tinggal mandi dan ngasih bekal ini buat Aa." Hilma tersenyum melihat menu-menu makanan yang sudah tersaji di meja. Ia sudah memisahkan mana yang akan di bawa dan untuk sarapan sang ayah di rumah.Wanita itu naik ke kamar untuk mandi gan berganti baju, kemudian sedikit memoles wajahnya dan memakai lipstik agar lebih segar.Setelah rapi ia turun lagi dengan suasana hati yang gembira. Pokoknya nanti ia harus meminta maaf atas perilakunya yang semalam. Hanya karena cemburu ia jadi mengacuhkan sang suami. Yang padahal Zafar sama sekali tidak ada niat untuk berdekatan dengan Santi.Sepeda ia goes menuju ke Konveksi setelah berpamitan dengan sang ayah yang sedang menikmati hidangannya. Semilir angin menabrak wajah membuat wanita itu tersenyum. Menarik napas dalam menghirup udara desa yang masih sangat segar.Dari kejauhan matanya menatap sang suami yang sedang membantu menurunkan bahan-bahan kain yang sangat besar itu. Membuat suaminya sampai membungkuk memba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status