Suara decitan ranjang dan hentakan semakin cepat. Kegiatan yang cukup panas tersebut membuat wanita yang berada di bawah sang dominan merasakan kesakitan, nafasnya terus memburu mengejar kemikmatan. Tidak hanya sang dominan yang mengejar nikmat, sedang wanita yang berada di bawahnya merasakan kesakitan yang luar biasa.
"Sssstt, hhharri iniii Sssam harruss sssekolah"
"Lalu? apa urusannya dengan ku?" bisikan sang dominan tepat di belakang telinga wanita itu.
"Ku mohon berhenti" lirihnya tanpa tenaga.
Sang Dominan tersenyum tipis, kegiatan panas yang sempat terhenti kini semakin panas “Puaskan aku terlebih dahulu jalang licik ku”
“AHHHK”
Pekikan Wanita itu, sekain membuat sang dominan semakin menampahkan kecepatan tempo hentakannya dengan sangat brutal. Menenggelamkan sang ‘junior’ dalam diri Wanita yang dia sebut jalang untuk mengejar kenikmatan.
.
.
.
Agneta Kaluna, Wanita berumur 34 sosok Wanita kuat yang selama ini merawat dan memberikan kasih sayang yang tulus kepada sang Putra tercinta Samuel Anthonie. Walau kasih sayang tulus Neta harus dibayar dengan rasa sakit karena putranya sangat membenci Neta. Iya Sam sangat membenci Neta hinggak ketulang. Walaupun Sam membencinya, Neta tidak akan pernah membalas kebencian putranya. Justru Neta akan selalu memberikan kasih sayang yang tiada batasnya untuk Sam.
“Anjing”
“Brengsek lo Net, gue ada ulangan matematika anjir, sengaja ya lo buat bangunin telat biar gue dimarahi pak tua, galak si Marcus?”
Neta terlambat membangunkan sang putra karena kegiatan panasnya dengan Jayden beberapa waktu sebelumnya. Alhasil Sam menatap tajam Neta dengan bibirnya yang terus saja melontarkan sumpah serapah kepadanya. Lain Sam sang masih emosi, Neta malah tersenyum tipis. Yang berhasil Sam lihat.
“Kok lo malah senyum sih? Nah kan bener lo sengaja biar gue dihukum pak Marcus tua bangka galak” Sam menatap Neta tidak suka.
“Tidak Sam sayang, Mama hanya suka denger kamu mau ngomong banyak sama Mama” Kata Neta sambil menyiapkan seragam milik Sam. Karena Neta tahu anaknya tidak bisa menemukan barang dengan cekatan.
Seragam yang sudah siap itu, Neta berikan kepada Sam. “Ini seramanya buruan mandi, kaos kakinya sudah Mama siapin di atas meja belajar”
Sam menajamkan dan bola mata sang remaja itu membulat seketika begitu mendapati tanda ungu kemerahan yang ada di leher Neta.
“Aissh, sebelum bangunin gue tu. Tanda laknat itu ditutupin dulu kek. Dasar nggak tahu malu, udah bikin Bunda gue meninggal, serakang loe rebut Papa gue”
Neta meraba lehernya, lalu menghembuskan nafasnya berat. Sambil menatap Sam “Maafin Mama”
“Basi” Sam berjalan begitu saja melewati Neta untuk menuju kamar mandi miliknya.
“Sam sayang, mandinya buruan ya Nak. Mama udah siapin sarapan sama bekal buat Sam”
Setelah mengatakan hal tersebut Neta tidak mendapatkan respon apapun dari sang putra, hanya gurusan shower yang terdengar dari kamar mandi. Neta sekali lagi menghela nafas panjang dan segera keluar dari kamar anak bujangnya.
“Bibi? Nasi gorengnya sudah siap?” untung saja Neta mendapatkan bantuan dari asiten rumah tangga Bi Siti namanya, yang sudah bekerja di keluarga Anthonie sejak Neta menginjakan kaki di rumah ini.
“sudah Bu Neta. Ada yang bisa saya bantu lagi?” tawar Bi siti.
“Tidak Bi, terima kasih ya”
“Ya sudah kalau begitu, saya pamit nyapu di halaman belakang ya Bu”
“Baik Bi”
Kini Neta sedang menata bekal untuk putra. Ya meskipun ia tahu makanan ini akan berakhir di tempat sampah. Karena Sam tidak sudi memakan masakan miliknya. Meskipun tahu bekal yang disiapakan dengan tulus hati akan berakhir di tempat sampah, Wanita bertubuh mungil ini tetap memberikan bekal untuk Sam. Awalnya Sam menolak karena remaja yang baru saja memasuki SMA ini merasa malu untuk membawa bekal dari Mamanya. Namun berkat bujukan dan rengekan dari Neta, Sam mau membawa bekal.
“uhuk, Papa mana?”
Neta yang baru saja selesai menata bekal dan membuat segelas susu coklat untuk Sam pun berbalik menatap Sam yang sudah siap. Sam sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Putranya terlihat tampan walau wajah tidak dihiasi oleh senyuman. Coba saja putranya murah senyum pasti wajah tampannya bakal bertambah berlipat ganda.
“Sarapan dulu Sam” Neta meberikan susu coklat kepada Sam dan segera Sam menandaskan Susu tersebut.
“Nggak, gue udah telat” ketus Sam
“Papa Mana?” ulangnya sekali lagi.
“Papa kamu udah berangkat duluan, katanya ada meeting penting”
“Anjir, kenapa nggak bilang sih dari tadi? Kalau tahu gini gue kagak bakal buang waktu gue buat nanya lo” umpat Sam kesal.
Remaja tersebut menatap jam yang berada di tangannya, kalau tidak berangkat segera dapat di pastikan dia akan terlambat hari ini. Hari ini dapat Sam simpulkan menjadi hari tersial selama hidupnya. Saat hendak berjalan kedepan Sam dihadang oleh Neta.
“Minggir” Kata Sam dingin.
“Ini bekal kamu, mama udah tatain” Neta memasukan kotak bekal tersebut ke dalam tas milik Sam.
“buru, gue udah telat”
“Mama yang ante rya? Pak Jarot nggak berangkat hari ini, istrinya sedang sakit” Tawar Neta.
Sam menggela nafas beratnya “Ya udah buruan”
Neta tersenyum lebar, lalu segera menyambar kunci tesla, dan berlari menuju garasi mobil milik keluarga Anthonie.
Neta memang bisa menyetir mobil dan diizinkan mengendarai mobil oleh Jayden namun dengan catatan, dia hanya mengendarai disaat mendesak saja. Seperti ini contohnya. Mengantar Sam pergi ke sekolah.
.
.
.
Sam udah duduk di kursi penumpang dengan wajah yang tidak tenang. Takut telat dia tu. “Fokus nyetir aja, Nggak usah lihat muka ganteng gue, ini terlalu pagi buat mati” decak Sam kesal lalu mengarahkan mukanya ke arah jendela mobil.
“Yah Mama ketahuan, Mama izin ngebut ya? Biar kamu nggak telat, nggak papa kan sayang?” Neta meminta izin menambah kecepan kepada Sam terlebih dahulu sebelum ngebut.
“Y”
Neta segera menekan pedal gas begitu Sam mengizinkan dirinya mengebut, dan menembus kemacetan kota yang sedang berada di jam rawan macet karena ini jam para pelajar berangkat sekolah dan para pekerja berangkat bekerja.
Setelah sampai, Neta melepaskan sabuk pengaman Sam, dan mengelus pipi putranya lembut. “Sayang, buka mata nak. Kita sudah sampai”
Sam dengan perlahan membuka matanya, dan berkedip berkali-kali menatap kedepan lalu memandangi Neta dengan seksama.
“Gue masih hidupkan? Nggak lecet kan?”
Neta kebingungan denagn pertanyaan dari Putranya, sedang Sam segera keluar dari mobil dan mengabaikan pertanyaan bodohnya yang dia tanyakan kepada Neta. Tanpa mengeluarkan suara Sam segera masuk sekolah sebelum gerbangnya ditutup oleh Satpam.
Netra Neta tak berhenti menatap punggung lebar sang putra hingga punggung itu menghilang dibalik gerbang sekolah.
“Jangan berharap ucapan terima kasih dari Sam, jangan berlebihan. Bisa mengantar Sam ke sekolah sudah cukup membuatmu bahagia bukan? Jadi ayo semangat, seorang Ibu tidak boleh terlihat sedih” ucapan Neta untuk menguatkan dirinya sendiri.
Neta kembali setelah mengantar Sam pergi ke sekolah, usai memakirkan Tesla warna hitam tersebut. Neta masuk kedalam rumah mewah milik Jayden Papa dari Sam. Rumah tersebut merupakan tempat berteduh Neta selama lima belas tahun terakhir. Saksi bisu dia merawat bayi kecil Sam, dulu Sam suka sekali digendong mengelilingi rumah dalam dekapnya Sam sangat tenang. Namun pada akhirnya bayi berumur satu bulan tersebut merasa haus dan menarik kerah baju milik Neta untuk mendapatkan perhatiannya. Dengan langkah sigapnya Neta akan membuatkan susu formula untuk Sam, sambil menenangkan bayi yang sedang kehausan tersebut.Tak hanya mengajak Sam berkeliling saja, Neta juga berusaha merawat bayi Sam dengan baik, dia yang baru berusia 19 tahun yang tidak mempunyai pengalaman merawat bayi harus mengobarkan masa mudanya. Neta mengorbankan Pendidikan, masa muda dan teman-temannya untuk merawat malaikat kecilnya.Jika temannya disibukan oleh tugas, kuliah dan praktek. Neta harus menidurkan S
Range rover milik Jayden berjalan dengan senyap menjadi teman, karena dua manusia memilih untuk diam dan menikmati perjalanan. Tak ada yang memulai percakapan atau hanya basa basi. Sam memilih untuk bermain dengan ponsel pintarnya dari pada adu pandang dengan sang Papa.Seperti yang dikatakan oleh Jayden pada Neta, dia meluangkan waktu untuk menjemput putra semata wayangnya. Namun sebenarnya Sam ingin dijemput oleh sesorang yang mengantarkannya tadi pagi.“Gimana harinya? Apakah menyenangkan?”Sam tidak mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Dia masih asik bermain dengannya“Biasa aja, nggak ada yang special”Jayden menarik nafasnya, mencoba menahan emosi karena Sam tidak mau sama sekali menatap ke arahnya.“Sam, kalau diajak orang tua ngomong tu tatap mukanya” Tegas Jayden.Sam menyimpan ponselnya di kantong celananya lalu menatap kearah Papanya. “Em, nih udah ya. Papa kenapa sih t
Neta akui selama lima belas tahun hidup bersama Jayden layaknya sepasang suami istri, Neta menaruh perasaan pada Jayden Anthonie. Bohong jika seorang Wanita yang telah tinggal bersama seorang pria selama bertahun-tahun dalam atap tanpa cinta, terlebih Neta yang sudah menyerahkan semuanya termasuk kesuciannya. Neta sangat mencitai Jayden.Siapa yang tidak akan jatuh dalam pesona pria dingin itu? Neta salah satunya yang terperangkap dalam pesona Papa Sam. Pesona duren sawit Duda keren sarang duit. Begitu beberapa orang memanggilnya.Neta berumur sembilan belas tahun usia yang masih tergolong muda untuk menjadi ibu. Memang bukan ibu kandung, melainkan ibu sambung dari Samuel. Selama lima belas tahun terakhir Neta merawat Sam dengan sepunuh hati layaknya ibu yang melahirkan Sam. Neta bahkan melakukan kewajiban layaknya seorang istri untuk Jayden dengan status dirinya dan Jayden belum menikah. Iya belum menikah. Neta tak bisa menolak ataupun mengi
“Kamu kemana sih Papa Sam? Sudah seminggu nggak pulang ke rumah? Ini juga sudah tengah malam, tapi kamu nggak pulang ke rumah”Neta merasa khawatir karena Papa Sam, alias Jayden Anthonie tidak pulang selama seminggu terakhir. Beberapa jam yang lalu dia menghubungi Avi sekretaris Jayden, dia mengatakan bahwa Jayden tidak masuk ke kantor selama seminggu terakhir ini dan semua pekerjaan dia serahkan kepada David orang kepercayaan Jayden.Ingin rasanya Neta menelefon Jayden untuk menanyakan kabar dirinya, namun keberaniannya tidak cukup untuk melakukan itu. Jangankan menelefon, sekedar chat aja dia nggak berani.Perasaan cemas, dan khawatir menjadi satu. Jadilah Neta overthingking malam ini, Neta ingin menghilangkan overthingkingnya namun tidak bisa. Neta takut Jayden menemukan pengganti Salma itulah bahan overthingking Neta, yang coba Neta tepis jauh-jauh.Tapi Neta tidak pernah berfikir ada sosok peremuan yang akan menggantikan tugasnya merawat
Subuh pukul empat pagi, Jayden pulang setelah seminggu menghabiskan waktu bersama Natasha. Neta yang telah terlelap dalam tidurnya tidak menyadari bahwa sang tuan telah kembali ke rumah. Pagi ini diruang makan rumah keluarga Anthonie hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring. Terlihat Neta yang sibuk melayani sepasang ayah dan anak yang sedang menikmati sarapan mereka. Jayden segera menuntaskan sarapannya, karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Sedangkan Sam sangat menikmati sarapannya dengan tenang. Selama melayani sarapan Jayden, ada sesuatu yang menganjal pikiran Neta. Papa Sam pulang jam berapa semalam? Terus dimana saja dia tidur seminggu ini?. Ingin rasanya Neta bertanya namun kenyataanya Neta tidak memiliki keberanian untuk itu semua. Jayden berdiri begitu sarapannya selesai. Netranya menatap Neta yang tengah menuangkan susu coklat untuk Sam. “Ehem…” dehem Jayden untuk mendapatkan
Neta mengetuk pintu ruangan dengan nomor 4 tersebut selama tiga kali, setelah mendapatkan izin untuk masuk dari dalam sana. Neta baru masuk kedalam ruangan.Yang pertama kali Neta lihat di ruangan tersebut adalah anak remaja laki-laki seusia Sam. Dapat Neta lihat beberapa luka yang sudah diobati juga tangan kirinya yang sedang diperban. Sepertinya Sam keteralaluan kali ini.“Anda siapa?” Tanya Travis, dia kebingungan bidadari mana yang bertamu di ruang rawatnya.Neta tersenyum hangat lalu mengulurkan tangannya “perkenalkan saya Agneta Kaluna, Mama dari Samuel Anthonie”Tentu saja Travis kaget mengetahui fakta bahwa Sam mempunyai Mama secantik dan semuda Neta. “Saya Travis, tante kesini untuk apa ya?”“Tante kesini, untuk meminta maaf atas nama Samuel” Neta mengelus punggung tangan Travis yang terbebas dari gips. “Orang tua kamu dimana nak? Saya juga ingin minta maaf terhadap orang tua kamu
Sam, buru-buru keluar dari mobil begitu menyadari bahwa dirinya telah sampai dirumah. Sedari tadi Sam yang udah laper dan mengantuk hanya diam, mengabaikan pertanyaan Neta. Sam sedikit melirik Neta dengan ekor matanya. Sam mengetahui bahwa Neta tengah merasa bersalah karena sikapnya yang seketika dingin. Sam sengaja, dia balas dendam kepada Neta. Hal ini dilakukan Sam karena selama dirumah sakit, Neta hanya mengajak bicara Travis sedangkan dirinya terabaikan oleh Neta. “rasain gak enak kan gue cuekin” batin Sam Sam menaiki tangga menuju kamarnya, Neta dari tadi mengikuti kemana Sam pergi. Tiba-tiba Sam berhenti dan berbalik menatap kearah Neta. Neta yang tidak melihat jalan di belakangnya menabrak dada Sam. Sam melepas jaketnya, melemparnya kearah Neta. “tolong cuciin! Besuk mau gue pake lagi” Neta memunggut jaket dengan bercak darah punya Travis lalu menatap Sam “Iya Nak, Mama cuciin” namun jawaban dari Neta tak dihiraukan oleh Sam.
Neta memastikan Sam sudah benar-benar menuju alam mimpi, dengan perlahan Neta melepaskan pelukan Sam pada dirinya dan menggantinya dengan guling. “Good night my angel, have nice dream” kecup Neta pada kening Sam. Kebiasaan yang sudah lama tidak dia lakukan beberapa tahun terakhir ini.Baru saja keluar dari kamar Sam, Neta sudah dicegat oleh Jayden. “langsung masuk kamar saya” perintah sang tuan. Sudah dapat Neta pastikan aka nada ‘hukuman’ part dua yang sudah menantinya. Sedangkan Jayden turun ke lantai satu. Mungkin mengambil peralatan untuk menyiksanya, pikir NetaNeta mematuhi perintah dari Jayden, memasukin kamar Jayden yang berhawa dingin. Kamar bernuansa hitam terasa sangat kelam, gelap dan menyeramkan. Karena tidak ada sofa untuk dirinya duduk, Neta memutuskan untuk duduk dilantai.Tak berselang lama, Jayden datang membawa kantong putih entah isinya apa, “Astaga, ngapain duduk disitu?” tanya Jayden heran, ad