Share

1 || MAMA

Suara decitan ranjang dan hentakan semakin cepat. Kegiatan yang cukup panas tersebut membuat wanita yang berada di bawah sang dominan merasakan kesakitan, nafasnya terus memburu mengejar kemikmatan. Tidak hanya sang dominan yang mengejar nikmat, sedang wanita yang berada di bawahnya merasakan kesakitan yang luar biasa. 

"Sssstt, hhharri iniii Sssam harruss sssekolah"

"Lalu? apa urusannya dengan ku?" bisikan sang dominan tepat di belakang telinga wanita itu. 

"Ku mohon berhenti" lirihnya tanpa tenaga. 

Sang Dominan tersenyum tipis, kegiatan panas yang sempat terhenti kini semakin panas “Puaskan aku terlebih dahulu jalang licik ku”

“AHHHK”

Pekikan Wanita itu, sekain membuat sang dominan semakin menampahkan kecepatan tempo hentakannya dengan sangat brutal. Menenggelamkan sang ‘junior’ dalam diri Wanita yang dia sebut jalang untuk mengejar kenikmatan.

.

.

.

Agneta Kaluna, Wanita berumur 34 sosok Wanita kuat yang selama ini merawat dan memberikan kasih sayang yang tulus kepada sang Putra tercinta Samuel Anthonie. Walau kasih sayang tulus Neta harus dibayar dengan rasa sakit karena putranya sangat membenci Neta. Iya Sam sangat membenci Neta hinggak ketulang. Walaupun Sam membencinya, Neta tidak akan pernah membalas kebencian putranya. Justru Neta akan selalu memberikan kasih sayang yang tiada batasnya untuk Sam.

“Anjing”

“Brengsek lo Net, gue ada ulangan matematika anjir, sengaja ya lo buat bangunin telat biar gue dimarahi pak tua, galak si Marcus?”

Neta terlambat membangunkan sang putra karena kegiatan panasnya dengan Jayden beberapa waktu sebelumnya. Alhasil Sam menatap tajam Neta dengan bibirnya yang terus saja melontarkan sumpah serapah kepadanya. Lain Sam sang masih emosi, Neta malah tersenyum tipis. Yang berhasil Sam lihat.

“Kok lo malah senyum sih? Nah kan bener lo sengaja biar gue dihukum pak Marcus tua bangka galak” Sam menatap Neta tidak suka.

“Tidak Sam sayang, Mama hanya suka denger kamu mau ngomong banyak sama Mama” Kata Neta sambil menyiapkan seragam milik Sam. Karena Neta tahu anaknya tidak bisa menemukan barang dengan cekatan.

Seragam yang sudah siap itu, Neta berikan kepada Sam. “Ini seramanya buruan mandi, kaos kakinya sudah Mama siapin di atas meja belajar”

Sam menajamkan dan bola mata sang remaja itu membulat seketika begitu mendapati tanda ungu kemerahan yang ada di leher Neta.

“Aissh, sebelum bangunin gue tu. Tanda laknat itu ditutupin dulu kek. Dasar nggak tahu malu, udah bikin Bunda gue meninggal, serakang loe rebut Papa gue”

Neta meraba lehernya, lalu menghembuskan nafasnya berat. Sambil menatap Sam “Maafin Mama”

“Basi” Sam berjalan begitu saja melewati Neta untuk menuju kamar mandi miliknya.

“Sam sayang, mandinya buruan ya Nak. Mama udah siapin sarapan sama bekal buat Sam”

Setelah mengatakan hal tersebut Neta tidak mendapatkan respon apapun dari sang putra, hanya gurusan shower yang terdengar dari kamar mandi. Neta sekali lagi menghela nafas panjang dan segera keluar dari kamar anak bujangnya.

“Bibi? Nasi gorengnya sudah siap?” untung saja Neta mendapatkan bantuan dari asiten rumah tangga Bi Siti namanya, yang sudah bekerja di keluarga Anthonie sejak Neta menginjakan kaki di rumah ini.

“sudah Bu Neta. Ada yang bisa saya bantu lagi?” tawar Bi siti.

“Tidak Bi, terima kasih ya”

“Ya sudah kalau begitu, saya pamit nyapu di halaman belakang ya Bu”

“Baik Bi”

Kini Neta sedang menata bekal untuk putra. Ya meskipun ia tahu makanan ini akan berakhir di tempat sampah. Karena Sam tidak sudi memakan masakan miliknya. Meskipun tahu bekal yang disiapakan dengan tulus hati akan berakhir di tempat sampah, Wanita bertubuh mungil ini tetap memberikan bekal untuk Sam. Awalnya Sam menolak karena remaja yang baru saja memasuki SMA ini merasa malu untuk membawa bekal dari Mamanya. Namun berkat bujukan dan rengekan dari Neta, Sam mau membawa bekal.

“uhuk, Papa mana?”

Neta yang baru saja selesai menata bekal dan membuat segelas susu coklat untuk Sam pun berbalik menatap Sam yang sudah siap. Sam sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Putranya terlihat tampan walau wajah tidak dihiasi oleh senyuman. Coba saja putranya murah senyum pasti wajah tampannya bakal bertambah berlipat ganda.

“Sarapan dulu Sam” Neta meberikan susu coklat kepada Sam dan segera Sam menandaskan Susu tersebut.

“Nggak, gue udah telat” ketus Sam

“Papa Mana?” ulangnya sekali lagi.

“Papa kamu udah berangkat duluan, katanya ada meeting penting”

“Anjir, kenapa nggak bilang sih dari tadi? Kalau tahu gini gue kagak bakal buang waktu gue buat nanya lo” umpat Sam kesal.

Remaja tersebut menatap jam yang berada di tangannya, kalau tidak berangkat segera dapat di pastikan dia akan terlambat hari ini. Hari ini dapat Sam simpulkan menjadi hari tersial selama hidupnya. Saat hendak berjalan kedepan Sam dihadang oleh Neta.

“Minggir” Kata Sam dingin.

“Ini bekal kamu, mama udah tatain” Neta memasukan kotak bekal tersebut ke dalam tas milik Sam.

“buru, gue udah telat”

“Mama yang ante rya? Pak Jarot nggak berangkat hari ini, istrinya sedang sakit” Tawar Neta.

Sam menggela nafas beratnya “Ya udah buruan”

Neta tersenyum lebar, lalu segera menyambar kunci tesla, dan berlari menuju garasi mobil milik keluarga Anthonie.

Neta memang bisa menyetir mobil dan diizinkan mengendarai mobil oleh Jayden namun dengan catatan, dia hanya mengendarai disaat mendesak saja. Seperti ini contohnya. Mengantar Sam pergi ke sekolah.

.

.

.

Sam udah duduk di kursi penumpang dengan wajah yang tidak tenang. Takut telat dia tu. “Fokus nyetir aja, Nggak usah lihat muka ganteng gue, ini terlalu pagi buat mati” decak Sam kesal lalu mengarahkan mukanya ke arah jendela mobil.

“Yah Mama ketahuan, Mama izin ngebut ya? Biar kamu nggak telat, nggak papa kan sayang?” Neta meminta izin menambah kecepan kepada Sam terlebih dahulu sebelum ngebut.

“Y”

Neta segera menekan pedal gas begitu Sam mengizinkan dirinya mengebut, dan menembus kemacetan kota yang sedang berada di jam rawan macet karena ini jam para pelajar berangkat sekolah dan para pekerja berangkat bekerja.

Setelah sampai, Neta melepaskan sabuk pengaman Sam, dan mengelus pipi putranya lembut. “Sayang, buka mata nak. Kita sudah sampai”

Sam dengan perlahan membuka matanya, dan berkedip berkali-kali menatap kedepan lalu memandangi Neta dengan seksama.

“Gue masih hidupkan? Nggak lecet kan?”

Neta kebingungan denagn pertanyaan dari Putranya, sedang Sam segera keluar dari mobil dan mengabaikan pertanyaan bodohnya yang dia tanyakan kepada Neta. Tanpa mengeluarkan suara Sam segera masuk sekolah sebelum gerbangnya ditutup oleh Satpam.

Netra Neta tak berhenti menatap punggung lebar sang putra hingga punggung itu menghilang dibalik gerbang sekolah.

“Jangan berharap ucapan terima kasih dari Sam, jangan berlebihan. Bisa mengantar Sam ke sekolah sudah cukup membuatmu bahagia bukan? Jadi ayo semangat, seorang Ibu tidak boleh terlihat sedih” ucapan Neta untuk menguatkan dirinya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status