Subuh pukul empat pagi, Jayden pulang setelah seminggu menghabiskan waktu bersama Natasha. Neta yang telah terlelap dalam tidurnya tidak menyadari bahwa sang tuan telah kembali ke rumah.
Pagi ini diruang makan rumah keluarga Anthonie hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring. Terlihat Neta yang sibuk melayani sepasang ayah dan anak yang sedang menikmati sarapan mereka. Jayden segera menuntaskan sarapannya, karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Sedangkan Sam sangat menikmati sarapannya dengan tenang.
Selama melayani sarapan Jayden, ada sesuatu yang menganjal pikiran Neta. Papa Sam pulang jam berapa semalam? Terus dimana saja dia tidur seminggu ini?. Ingin rasanya Neta bertanya namun kenyataanya Neta tidak memiliki keberanian untuk itu semua.
Jayden berdiri begitu sarapannya selesai. Netranya menatap Neta yang tengah menuangkan susu coklat untuk Sam.
“Ehem…” dehem Jayden untuk mendapatkan perhatian dari Neta.
Neta langsung mengalihkan padangannya ke Jayden. Neta yang paham dengan kode dari Jayden langsung mendekatinya, menaruh susu coklat dimeja, dan mengikat dasi milik Jayden seperti yang biasa dia lakukan.
“Samuel?” Panggil Jayden pada putrnya yang sedang asik menikmati toast yang tersedia di depan matanya dan mengabaikan Wanita yang kini membernarkan ikatan dasinya.
“kenapa Pa?” Sam menatap mata Papanya.
“Sekolah yang bener, jangan bikin ulah. Setelah pulang langsung ke rumah nggak ada nongkrong dulu” Jayden mengingatkan Sam untuk pulang sesuai jadwal. Sam yang telah mendengar kalimat itu berulang kali hanya mengangguk.
Lalu Jayden memberikan perhatian kepada Wanita yang baru saja menyelesaikan ikatan dasinya. “Saya pulang terlambat, jangan nungguin saya, seperti tadi malam. Tidur di kamar kamu! Paham?”
Neta mengangguk paham, lalu menyerahkan tas kerja milik Jayden. “Hati-hati dijalan Papa Sam” sambil salim, layaknya pasangan suami istri.
“emm” Jayden berjalan begitu saja melewati Neta.
Usai mengantar Jayden sampai pintu gerbang, dan memastikan Range rover itu melesat pergi meninggalkan garasi. Neta kembali ke dalam. Dan menemukan Sam yang sudah menyelesaikan sarapannya.
“Neta, bekal gue mana?”
“Iya, sebentar udah Mama siapin”
Neta berjalan menuju dapur dan mengambil kotak bekal untuk Samm. Lalu menyerahkan kepadanya.
“Dimakan ya, sama hati-hati dijalan” Senyum Neta terukir lebar di bibirnya.
“emm” Sam pergi ke sekolah diantar oleh Pak Jarot.
Neta menggelengkan kepalanya “Nggak Papa, nggak anaknya sama aja. Sama-sama dingin” monolog Neta pada dirinya sendiri.
.
.
.
Siang hari yang cukup terik tidak menyurutkan Neta untuk datang ke sekolah Sam, iya dia dipanggil oleh wali kelas Sam, karena Sam berantem dengan teman sekelasnya. Sesampainya disekolah Sam, Neta segera menuju ruang kepala sekolah.
Neta sudah ditunggu oleh wali kelas Sam yang menugguntya di luar ruangan. “Apa benar dengan ibu Neta wali dari Samuel?”
“Iya benar Bu, saya Mama dari Sam”
“Baik, mari masuk” Ibu Yuna wali dari Sam, mempersilahkan Neta untuk masuk.
Neta segera memeluk sang putra, tanpa memperdulikan reaksi kaget dari sang putra. “Kamu nggak papa?” Tanya Neta dengan mata yang menahan tangisnya. Rasa hatinya ngilu melihat putranya yang tampan, mendapat luka. Dahinya biru, sudut bibir Sam robek dan pipinya lecet.
“Saya boleh minta waktunya sebentar? Saya mau ngobatin anak saya terlebih dahulu, baru bicarakan apa yang terjadi hari ini” Neta meminta izin. Dengan perlahan tangan Neta mulai mengobati luka yang terlihat olehnya. Setelah muka Sam terlihat lebih manusiawi.
Tangan lembut Neta menglus muka Sam dengan perlahan, Neta terdiam sebentar, lalu tersenyum miring. Dan jarinya ia sempatkan untuk menyentil telinga dari Sam.
“Itu hukuman dari Mama? Sakit?”
Sam menggelengkan kepalanya “Nggak sakit sama sekali, loe nggak marah?” Sam memasang muka bingungnya karena Wanita yang sedang mengobati dirinya tetap memasang muka tenangnya, tanpa ada guratan emosi disana.
“Sebentar, setelah Mama selesai obati lecet ditangan kamu”
Sam diam, membiarkan tangan Neta bergerak mengobati lukanya hingga selesai.
“Lukanya dimana lagi? Sudah semua?”
“Udah, loe beneran nggak marah?”
“masih sakit?”
“Sedikit, tinggal perih doang”
“Loe nggak marah?” ulang Sam
“Nggak, buat apa marah”
“Serius?”
“Seratusrius Sammy”
“Jangan bilang papa ya” Sam meraih kedua tangan Neta yang lebih kecil darinya dan menggegamnya erat “Janji sama gue, loe nggak akan bilang sama Papa”
Neta memeluk Sam erat “Nggak bakal, Mama nggak bakal bilang ke Papa, pegang janji Mama” Hati Neta menghangat karena baru pertama kali setelah sekian lama Sam mau disentuh olehnya, bahkan tidak menolak pelukan hangat darinya.
Setelah mengobat Sam, akhirnya kepala sekolah dan guru bk menjelaskan kenapa Neta dipanggil ke sekolah. Ternyata Sam berantem hingga menyebabkan si korban patah tulang. Dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
“Lalu bagaimana keadaannya Travis bu?” tanya Neta khawatir.
“Travis sudah ditangani Bu, sekarang dia masih berada di rumah sakit untuk menunggu walinya datang” jelas Bu Elsa kepala sekolah tempat Sam belajar. “Sam, tidak akan di skorsing, namun dia akan melakukan kompensasi dengan bersih-bersih perpustakaan setelah pulang sekolah selama tiga puluh menit”
“Baik Bu, terimakasih. Apakah Sam boleh pulang sekarang? Kami akan mengunjungi Travis untuk minta maaf secara langsung”
“Boleh Bu”
Setelah urusan dengan sekolah sudah selesai, Sam dan Neta pergi ke rumah sakit tempat Travis dirawat.
Sedikit malas Sam mengikuti Neta pergi ke rumah sakit “Neta, ngapain sih kita ke rumah sakit”
“Ya kan, minta maaf Sam. Sama bantu uang perawatan Travis. Oh iya Sam, ini pertama dan terakhir kalinya Mama dengar dan lihat kamu bonyok karena berantem. Cukup kali ini aja, Mama nggak bisa lihat wajah tampan Putra Mama bonyok kaya gini. Ngerti Sammy sayang?” Jawab Neta sambil berjalan dengan menggandeng tangan Sammy
“Iya Neta bawel, terus kita ke rumah sakit buat apa minta maaf? Dia musuh aku, aku nggak punya teman Namanya Travis”
Neta menjitak lembut kepala Sam, ya walau berhenti sebentar dan jinjit dulu “nggak ada yang Namanya musuh ya Sammy. Kamu sekolah buat belajar, biar pinter. Bukan berantem mau jadi preman kamu? Kamu udah minta maaf kan sayang? Namanya Travis kan?”
“Tapi dia salah Neta. Dia yang harus minta maaf. Bukan kita” ketus Sam, sambil berjalan menghentak-hentakan kakinya.
Neta masih berusaha agar Sam mau minta maaf duluan “Siapapun yang salah, mama tetep mohon Sam buat minta maaf sama Travis. Nggak ada buruknya kan minta maaf duluan?”
“nggak mau” Sam tetap tidak mau meminta maaf terhadap temannya.
Setelah mengetahui kamar rawat Travis. Neta segera menuju ke kamar kenangga nomor 4 tempat dimana Travis dirawat. Neta masuk ke ruangan tersebut meninggalkan Sam yang masih ngambek duduk sendirian di depan ruang rawat Travis.
Samuel Anthonie anak sulung dari Jayden Anthonie, arsitek muda yang sudah berhasil membangun studio miliknya sendiri tanpa embel-embel nama belakangnya. Tiga belas tahun hidup tanpa figure seorang Mama menjadikan Sam pribadi yang tertutup. Termasuk dalam urusan percintaan.Bahkan sering kali Papanya bertanya kepada Sam “Kak? Kamu masih suka perempuan kan?”“Astaga Papa, Sam masih suka sama perempuan. Ya kali aku belok Pa, Sam masih normal kok” Sam yang sedang menggambar design rumah sang client menghentikan aktivitas sementaranya hanya untuk menjawab pertanyaan nyeleneh dari sang Papa.“Terus kenapa belum ada perempuan yang Kakak bawa ke rumah? Papa seumuran kamu udah gendong kamu lo”Sam tersenyum, usia Sam hampir mencapai kepala 3. Namun dia masih belum memikirkan kehidupan percintaannya “Tapi Papa cerai kan?”“Mulut mu makin hari makin tajam ya Sam. Papa cerai karena kematian Bunda mu ya&rdqu
Weekend di kediaman Anthonie hanya berisikan El dan juga Leo, anggota keluarga yang lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Contohnya Mama Neta sedang menemani Papa Jay melakukan tinjauan langsung ke proyek baru Papa. Sedangkan anak tertua dari keluarga Anthonie, alias Sam sedang merebut hati sang pujaan hati.“Pagi El” sapa Leo yang baru saja keluar dari kamarnya.“Pagi Le” El sedang menggoreng telur untuk sarapan keduanya. “Mau telur goreng sama nugget nggak Le? Mama nggak sempet masak karena Papa ngajak ke proyek dadakan kaya tahu bulat”“Weits, akan ada badai kah hari ini? celetuk Leo yang sudah menyiapkan piring di meja makan untuk sarapan dia dan juga El.“Kenapa Le? Emangnya mendung? Orang cerah banget pagi ini” tanya El“Ya karena adek gue satu-satunya mau masak sarapan buat Kakaknya tersayang” Leo langsung mengelus surai dari El. Namun kepala Leo segera mendapatkan jita
Beberapa minggu setelah acara pemakaman Ibu dari Jayden, suasana masih sendu bahkan Jayden tidak berangkat ke kantor untuk beberapa hari. “Mas, hari ini kerja?” Tanya Neta yang baru saja terbangun dalam dekap hangat Jayden.“Em, entahlah” bukannya menjawab Jayden mengeratkan pelukannya pada sang istrinya.Neta mengelus surai hitam milik suaminya “Hidup tetap harus berjalan Mas. Mama pasti sedih kalau lihat anak semata wayangnya menangisinya berlebihan dan nggak mau bangkit”Kedua mata Jayden bertemu dengan mata teduh istrinya, perkataan Neta ada benarnya. Hidup tetap harus berjalan meskipun sang Ibu telah berpulang “Tugas Mama sudah selesai Mas, tapi tugas kita di dunia masih belum selesai. Jadi yuk berangkat kerja, sudah sepuluh hari pekerjaan kamu di kerjain sama Jun”“Okay, aku ke kantor hari ini” putus Jayden.Senyum Neta melebar seketika “Nah, yuk mulai dari bangun dari tempat t
Semua persiapan pernikahan Jayden dan Neta sudah seratus persen. Pernikahan diadakan di kapel kecil yang terletak tidak jauh dari rumah sakit tempat di mana Marry dirawat.“Wow” satu kata yang keluar dari mulut Leo. Dia sangat terpesona dengan kecantikan alami yang terpancar dari wajah Mamanya. Ditambah dengan polesan make tipis membuat inter beauty Neta sungguh keluar.“Mama jeleknya?”Leo menggelengkan kepalanya menolak perkataan dari sang Mama “Mana ada Mama Leo itu, wanita paling cantik yang pernah Leo temui tahu”“Iya Mama tahu” Neta tersenyum lembut pada putranya “Lele, boleh Mama peluk kamu?” tangan Neta membentang untuk menerima pelukan dari sang putra.“Sure Mama” Leo segera memeluk Mamanya erat “Mama, bahagia?” Pertanyaan yang membuat Mamanya berpikir sejenak.“Mama bahagia kalau Lelenya Mama bahagia” Neta memeluk Leo semakin erat &ldquo
Malamyangdinginsemakindingindenganbungkamnyakeduaorangyang
Pemuda itu tengah duduk di balkon kamar milik sang Mama, isi kepalanya tengah berdebat dengan suara hatinya. Kepala menginginkan untuk pergi, namun hati meminta untuk tetap tinggal dan merasakan kehangatan keluarga yang utuh.“Melamun apa hayo” kini seorang gadis menempelkan minuman dingin ke pipinya. “Mikir apa sih?”“Astaga, El kalau mau masuk ketuk pintu dulu ihh” Jantung Leo dari dada kiri pindah ke mata kaki. Namun tetap menerima minuman dingin dari El.El memamerkan deretan gigi putih miliknya “Siapa suruh melamun, aku udah ketuk pintu tapi kamu nggak jawab, ya udah aku masuk aja. Mikir apa sih?”“Aku bingung”“Kenapa?”“Bingung, mau pulang atau tetap disini”El merangkul pundak Leo “Ikuti kata hati kamu, dia yang tahu apa yang terbaik untuk kamu” Leo mengangguk menerima nasihat dari El &ldquo