Share

6 || MAMA

Subuh pukul empat pagi, Jayden pulang setelah seminggu menghabiskan waktu bersama Natasha. Neta yang telah terlelap dalam tidurnya tidak menyadari bahwa sang tuan telah kembali ke rumah.

Pagi ini diruang makan rumah keluarga Anthonie hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring. Terlihat Neta yang sibuk melayani sepasang ayah dan anak yang sedang menikmati sarapan mereka. Jayden segera menuntaskan sarapannya, karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Sedangkan Sam sangat menikmati sarapannya dengan tenang.

Selama melayani sarapan Jayden, ada sesuatu yang menganjal pikiran Neta. Papa Sam pulang jam berapa semalam? Terus dimana saja dia tidur seminggu ini?. Ingin rasanya Neta bertanya namun kenyataanya Neta tidak memiliki keberanian untuk itu semua.

Jayden berdiri begitu sarapannya selesai. Netranya menatap Neta yang tengah menuangkan susu coklat untuk Sam.

“Ehem…” dehem Jayden untuk mendapatkan perhatian dari Neta.

Neta langsung mengalihkan padangannya ke Jayden. Neta yang paham dengan kode dari Jayden langsung mendekatinya, menaruh susu coklat dimeja, dan mengikat dasi milik Jayden seperti yang biasa dia lakukan.

“Samuel?” Panggil Jayden pada putrnya yang sedang asik menikmati toast yang tersedia di depan matanya dan mengabaikan Wanita yang kini membernarkan ikatan dasinya.

“kenapa Pa?” Sam menatap mata Papanya.

“Sekolah yang bener, jangan bikin ulah. Setelah pulang langsung ke rumah nggak ada nongkrong dulu” Jayden mengingatkan Sam untuk pulang sesuai jadwal. Sam yang telah mendengar kalimat itu berulang kali hanya mengangguk.

Lalu Jayden memberikan perhatian kepada Wanita yang baru saja menyelesaikan ikatan dasinya. “Saya pulang terlambat, jangan nungguin saya, seperti tadi malam. Tidur di kamar kamu! Paham?”

Neta mengangguk paham, lalu menyerahkan tas kerja milik Jayden. “Hati-hati dijalan Papa Sam” sambil salim, layaknya pasangan suami istri.

“emm” Jayden berjalan begitu saja melewati Neta.

Usai mengantar Jayden sampai pintu gerbang, dan memastikan Range rover itu melesat pergi meninggalkan garasi. Neta kembali ke dalam. Dan menemukan Sam yang sudah menyelesaikan sarapannya.

“Neta, bekal gue mana?”

“Iya, sebentar udah Mama siapin”

Neta berjalan menuju dapur dan mengambil kotak bekal untuk Samm. Lalu menyerahkan kepadanya.

“Dimakan ya, sama hati-hati dijalan” Senyum Neta terukir lebar di bibirnya.

“emm” Sam pergi ke sekolah diantar oleh Pak Jarot.

Neta menggelengkan kepalanya “Nggak Papa, nggak anaknya sama aja. Sama-sama dingin” monolog Neta pada dirinya sendiri.

.

.

.

Siang hari yang cukup terik tidak menyurutkan Neta untuk datang ke sekolah Sam, iya dia dipanggil oleh wali kelas Sam, karena Sam berantem dengan teman sekelasnya. Sesampainya disekolah Sam, Neta segera menuju ruang kepala sekolah.

Neta sudah ditunggu oleh wali kelas Sam yang menugguntya di luar ruangan. “Apa benar dengan ibu Neta wali dari Samuel?”

“Iya benar Bu, saya Mama dari Sam”

“Baik, mari masuk” Ibu Yuna wali dari Sam, mempersilahkan Neta untuk masuk.

Neta segera memeluk sang putra, tanpa memperdulikan reaksi kaget dari sang putra. “Kamu nggak papa?” Tanya Neta dengan mata yang menahan tangisnya. Rasa hatinya ngilu melihat putranya yang tampan, mendapat luka. Dahinya biru, sudut bibir Sam robek dan pipinya lecet.

“Saya boleh minta waktunya sebentar? Saya mau ngobatin anak saya terlebih dahulu, baru bicarakan apa yang terjadi hari ini” Neta meminta izin. Dengan perlahan tangan Neta mulai mengobati luka yang terlihat olehnya. Setelah muka Sam terlihat lebih manusiawi.

Tangan lembut Neta menglus muka Sam dengan perlahan, Neta terdiam sebentar, lalu tersenyum miring. Dan jarinya ia sempatkan untuk menyentil telinga dari Sam.

“Itu hukuman dari Mama? Sakit?”

Sam menggelengkan kepalanya “Nggak sakit sama sekali, loe nggak marah?” Sam memasang muka bingungnya karena Wanita yang sedang mengobati dirinya tetap memasang muka tenangnya, tanpa ada guratan emosi disana.

“Sebentar, setelah Mama selesai obati lecet ditangan kamu”

Sam diam, membiarkan tangan Neta bergerak mengobati lukanya hingga selesai.

“Lukanya dimana lagi? Sudah semua?”

“Udah, loe beneran nggak marah?”

“masih sakit?”

“Sedikit, tinggal perih doang”

“Loe nggak marah?” ulang Sam

“Nggak, buat apa marah”

“Serius?”

“Seratusrius Sammy”

“Jangan bilang papa ya” Sam meraih kedua tangan Neta yang lebih kecil darinya dan menggegamnya erat “Janji sama gue, loe nggak akan bilang sama Papa”

Neta memeluk Sam erat “Nggak bakal, Mama nggak bakal bilang ke Papa, pegang janji Mama” Hati Neta menghangat karena baru pertama kali setelah sekian lama Sam mau disentuh olehnya, bahkan tidak menolak pelukan hangat darinya.

Setelah mengobat Sam, akhirnya kepala sekolah dan guru bk menjelaskan kenapa Neta dipanggil ke sekolah. Ternyata Sam berantem hingga menyebabkan si korban patah tulang. Dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.

“Lalu bagaimana keadaannya Travis bu?” tanya Neta khawatir.

“Travis sudah ditangani Bu, sekarang dia masih berada di rumah sakit untuk menunggu walinya datang” jelas Bu Elsa kepala sekolah tempat Sam belajar. “Sam, tidak akan di skorsing, namun dia akan melakukan kompensasi dengan bersih-bersih perpustakaan setelah pulang sekolah selama tiga puluh menit”

“Baik Bu, terimakasih. Apakah Sam boleh pulang sekarang? Kami akan mengunjungi Travis untuk minta maaf secara langsung”

“Boleh Bu”

Setelah urusan dengan sekolah sudah selesai, Sam dan Neta pergi ke rumah sakit tempat Travis dirawat.

Sedikit malas Sam mengikuti Neta pergi ke rumah sakit “Neta, ngapain sih kita ke rumah sakit”

“Ya kan, minta maaf Sam. Sama bantu uang perawatan Travis. Oh iya Sam, ini pertama dan terakhir kalinya Mama dengar dan lihat kamu bonyok karena berantem. Cukup kali ini aja, Mama nggak bisa lihat wajah tampan Putra Mama bonyok kaya gini. Ngerti Sammy sayang?” Jawab Neta sambil berjalan dengan menggandeng tangan Sammy

“Iya Neta bawel, terus kita ke rumah sakit buat apa minta maaf? Dia musuh aku, aku nggak punya teman Namanya Travis”

Neta menjitak lembut kepala Sam, ya walau berhenti sebentar dan jinjit dulu “nggak ada yang Namanya musuh ya Sammy. Kamu sekolah buat belajar, biar pinter. Bukan berantem mau jadi preman kamu? Kamu udah minta maaf kan sayang? Namanya Travis kan?”

“Tapi dia salah Neta. Dia yang harus minta maaf. Bukan kita” ketus Sam, sambil berjalan menghentak-hentakan kakinya.

Neta masih berusaha agar Sam mau minta maaf duluan “Siapapun yang salah, mama tetep mohon Sam buat minta maaf sama Travis. Nggak ada buruknya kan minta maaf duluan?”

“nggak mau” Sam tetap tidak mau meminta maaf terhadap temannya.

Setelah mengetahui kamar rawat Travis. Neta segera menuju ke kamar kenangga nomor 4 tempat dimana Travis dirawat. Neta masuk ke ruangan tersebut meninggalkan Sam yang masih ngambek duduk sendirian di depan ruang rawat Travis.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status