Beranda / Rumah Tangga / MANTAN WITH BENEFIT / Jangan di Dalam! 💝

Share

Jangan di Dalam! 💝

Penulis: DityaR
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-23 20:00:38

"Sayang, kamu nggak apa-apa, kan?" Alzian terperanjat ketika melihatku bersama dua pengawal yang kini telah lenyap di balik pintu. Tatapannya tak henti-hentinya tertuju pada bahuku, "Kamu berdarah?"

"Oh, ini? Ak—"

"Nggak-nggak! Aku panggilin dokter. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa!" Alzian menarik HPnya dari atas meja, namun aku segera menahan tangannya saat nada 'tuut' terdengar.

"Beneran, aku nggak apa-apa. Udah, aku mau istirahat. Aku capek," gumamku lirih, seraya melangkah melewatinya menuju ranjang, lalu menjatuhkan diri di atasnya. Saat hendak menarik selimut, pandanganku justru tertumbuk ke arah itu, ke bokser hitam Alzian yang kini tampak semakin mengembung. "Tapi kalau kamu mau ambil bulan madunya sekarang, aku siap."

Tanpa menunggu komando, Alzian melompat ke atas ranjang, meraih kedua tanganku, lalu membimbingnya menari di sisi kepala kami. Tatapan kami bertaut erat, saling mengunci. Hening, hanya desis kecupan yang mengisi kamar ini.

Tiba-tiba, suara lain terdengar dari HP Alzian yang masih tergenggam di tangan kami, "Halo, Dr. Rennata, di sini!!?"

Bibir kami makin liar, saling memandu tanpa kata. Tapi tak lama, bibir Alzian bergerak ke tempat yang dulu pernah disentuh Heksa. Ingatanku langsung melayang ke kejadian di mobil, beberapa jam yang lalu.

"Hallo. Ada yang bisa saya bantu?"

HP Alzian terus-menerus berbunyi, tetapi tangan kami tetap saling menggenggam erat di atas kepala. Mungkin, satu-satunya suara yang benar-benar menjawab hanyalah desahan kami berdua.

"Baik. Hubungi kembali bila anda memerlukan konsultasi klinik. Terima kasih."

Alzian menarik mundur kepalanya, tangan kami terlepas, begitu pula dengan HP-nya yang entah pergi ke mana. "Sayang, kamu yakin sekarang?"

"Iya, terserah kam—"

Belum sempat aku bicara, bibirnya kembali menempel dengan cepat. Secepat tangannya yang menyapu bersih gaun yang kukenakan.

"Serius? Kamu pakai GT-Man?" Alzian terkejut, setelah membuang gaun pernikahanku ke lantai. Matanya ragu-ragu, terpaku antara menatap dadaku yang telah terbuka tanpa sehelai benang atau celana dalam Heksa yang masih berjuang melindungi rahimku. "Ehhm, ta—tapi kamu lebih seksi pakai itu."

Alzian menarik turun bokser hitam yang sejak tadi belum sempat ia ganti. Gradasi warna akibat basah masih tampak kontras hingga sekarang. Saat ia berhasil menjatuhkan celana itu ke lantai, sesuatu mencuat dari bawah perutnya yang bisa dibilang buncit.

Untuk pria dengan tinggi badan 165 cm dan berat 80 kg, perut itu memang sangat besar, sampai-sampai aku harus lebih jeli mengintip tonjolan gading perkasanya yang kadang tersembunyi di balik pusarnya.

Alzian jelas sangat berbeda dibandingkan Heksa.

"Aku suka aja, sih. Soalnya kainnya lembut." Semoga saja alasanku cukup masuk akal di kepalanya. Aku langsung merenggangkan kedua kaki sambil menggodanya, "Emmh. Kamu sebenarnya penasaran sama dalemanku atau isinya sih, Sayang?"

"Dua-duanya!" Dia masih berdiri di sana, bibir bawahnya tergigit pelan, lalu tubuhnya menunduk mendekat padaku. Matanya terjerat pada corak army di celana dalam milik Heksa yang kupakai. "Sayang, ayo bukain. Aku udah gak tahan, nih!"

"Tapi janji dulu!" kataku dengan tegas. Matanya terbelalak, hingga alisnya terangkat hampir satu senti. "No Question pas kita main. Dan ... Jangan di dalam!"

Aku terdiam beberapa detik, menunggu dia mencerna kata-kataku. Semoga saja dia mengerti maksudku.

Baru saja aku menampung benih milik Heksa. Jika aku paksa untuk menampung milik Alzian juga, mungkin risiko aku tertular penyakit kelamin akan semakin mengintai.

Akhirnya Alzian bersuara, "Okay." Dia menyandarkan janggutnya tepat di atas belahan dadaku, lalu turun ke perut, kemudian jatuh ke ujung kain segitiga milik Heksa, "Janji ... Sekarang ayo buka, Sayang!"

Tanpa sadar, tanganku menarik celana dalam milik Heksa yang berjibaku melindungiku dari serangan Alzian. Saat kain segitiga itu tersangkut di lutut, aku menekuk sebagian kakiku agar dia bisa pergi dengan bebas. Namun, tiba-tiba hangatnya hembusan napas menyapu bulu-bulu sensitif di bawah sana.

Bulu-bulu di leherku mulai meremang menahan hembusan napas Alzian yang begitu dekat dengan area paling sensitifku. Gairahku sedikit bangkit, dan aku mulai membenci diriku sendiri karena telah membiarkan Heksa kembali muncul dalam hidupku.

"Sayang, kamu basah banget!" Alzian terkejut, lalu buru-buru mempersiapkan rudal tempurnya. Tawa puas tersirat di wajahnya, sementara bulir-bulir keringat di dahinya mulai menetes deras.

Aku telah siap menahan serangan itu dengan menarik kedua lutut ke samping. Menutup mata dengan kedua tangan. Berdoa agar dia benar-benar enggak melepaskannya di dalam. Meski aku yakin rasanya enggak akan sesakit ketika bersama Heksa, namun rasa takut tetap saja mengusikku.

Hening.

Napasku kian berat.

Belum ada sentuhan yang kurasakan selain hangat dan basah yang merayap di atas perutku.

"Sayang, kamu nggak perlu tutup mata!" Desahan Alzian terdengar di telingaku.

Aku menarik tanganku dan membuka mata. Saat kubelokkan kepalaku ke kanan, dia sudah sekarat di sampingku dengan tangan yang terjuntai ke atas. "Aku nggak semenyeramkan itu, kok ... Hoooaaammss!!!"

Aku melihat ke bawah, ke arah perut. Gumpalan seperti jeli menggenang di pusarku. Aku menggeleng pelan sambil tarik napas panjang, lalu berbisik, "Huuuffft ... Kamu udah keluar lagi?!!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Irvy
belum minum jamu kuat
goodnovel comment avatar
Maisarah
ronde ke2 nya Alzian juga kalah lagi wkwkwk...
goodnovel comment avatar
Diana
lemah banget si si paksu ni... pantes aja istrinya ga betah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MANTAN WITH BENEFIT   Vasektomi 🧸

    ୨ৎ A L Z I A N જ⁀➴Kupikir rumah ini bakal kosong waktu aku parkir mobilku. Tapi ternyata, jalan masuknya penuh dengan mobil Pick-upSial.Sempat terpikir buat mutar balik dan kabur, tapi Papa sudah berdiri di sana, melambai, sepertinya dia sudah menunggu.Aku parkir di posisi strategis, biar gampang kabur kalau sewaktu-waktu ingin pergi.“Alzian, gimana kabarnya?” tanya Papa, menunduk sedikit dari atas balkon.“Ngapain sih, kalian di sini?”“Mama bilang rumah kamu jorok banget. Jadi dia mutusin hari ini buat bersih-bersih.”Aku langsung ingin balik ke mobil. Terakhir kali ‘bersih-bersih’ kayak gini, bikin aku jadi lebih depresi. Mama memang nggak bakal berhenti sebelum semua debu dan sarang laba-laba hilang. Entah kenapa dia sebegitu ambisiusnya. Toh, kami semua di sini, jomblo. Siapa juga yang peduli?Tiba-tiba Harry, adik tiriku yang baru sebelas tahun muncul sambil memainkan bolanya.“Eh, Ry!” seruku sambil nyolong bolanya.“Apa, Alzian?”“Hari ini ada latihan bola nggak?”“Besok

  • MANTAN WITH BENEFIT   Pulang 🥀

    Aku kira kami bakal langsung tinggal bareng. Tapi, ya ... dia benar juga.Donna datang membawa Sufle dan meletakkannya di depan dia. "Jalapeno bikinin spesial buat kamu,” katanya, lalu berjalan pergi.“Sampaiin makasih ke Jalapeno ya,” jawab Alzian.Rambut poni Donna bergoyang-goyang saat ia berjalan. Ia berhenti di meja lain dan bertanya ke orang-orang apakah mereka menikmati sarapan.“Kamu emang hobi banget, ya, bikin dia kesal,” celetukku.Dia menyuap makanannya dan hanya mengangguk.Kami makan sambil diam, menatap ke arah teluk. Untungnya, Alzian makannya secepat kilat.Donna enggak menagihkan apa pun, dan Alzian langsung mengambil tasku begitu kami keluar. Ia meletakkannya di bagasi belakang.Begitu mobil melaju keluar dari parkiran, perutku tersenyum. Aku berharap, saat benar-benar sampai di rumah tempat kami dulu pernah menjadi suami istri, akan ada sesuatu yang muncul dari kepalaku.Aku sempat menebak kalau rumah kami ada di dekat tempat kerjanya, tapi begitu dia mengambil jal

  • MANTAN WITH BENEFIT   Villa di Danau 🌛

    ୨ৎ K H A L I S A જ⁀➴ Sabtu pagi .... Aku baru saja selesai membereskan koper dan langsung membawanya turun ke resepsionis. Di balik meja ada Donna. Dia menyeringai saat melihatku. “Udah siap pulang?” Aku mengangguk. “Iya sih, tapi jangan sampai Alzian dengar.” Dia mengernyit. “Dia telat. Barusan dapat telepon mendadak, harus balik ke kerjaannya. Kamu mau sarapan dulu?” Ia langsung berjalan meninggalkan meja resepsionis. Donna masih dengan rambut merah dan tubuh berisinya seperti yang kuingat. Senyumnya yang usil belum muncul, tapi feeling-ku sih, dia masih sama saja seperti dulu. “Oh. Dia nggak ngubungin aku.” Donna memiringkan kepala. “Serius? Kan, dia punya nomor kamu?” “Punya, kok.” Dia menepuk punggungku. “Kamu tahu sendiri Alzian gimana. Mungkin dia cuma mau mastiin aku yang ngurusin kamu." “Yah, iya juga sih .…” Tapi jujur saja, kita berdua tahu itu cuma alasan doang. Dua hari lalu, waktu dia mengajakku ke tempat dia melamar, aku merasa itu amat menyakitinya. Dia bahk

  • MANTAN WITH BENEFIT   Saat Aku Melamarmu 💘

    "Kayaknya emang nggak pernah berubah," gumamku."Serius? Emangnya dulu aku juga kelihatan kayak gurita pas manjat gini?" Aku tertawa. Dia menoleh ke belakang. "Ayo, coba lagi!""Waktu aku ngelamar kamu di sini, aku sempat gigit pantatmu," kataku, lebih ke diri sendiri sebenarnya."Aku, sih nggak nolak kalau kamu mau ngulang itu sekarang."Aku memakai dua tangan untuk mendorongnya sampai benar-benar naik ke atas. "Lain kali aja, kali, ya."Dia mengulurkan tangan untuk membantuku naik, tapi aku malah memilih pakai ranting untuk memanjat sendiri."Itu tinggal lewatin pohon-pohon doang," kataku sambil menunjuk jalan dan menyuruh dia jalan lebih dulu. Aku ingin penyiksaan ini cepat selesai.Dia berjalan pelan melewati pepohonan. Matanya berkeliling ke sana kemari, seperti belum pernah ke sini sebelumnya, padahal kami sudah sering ke tempat ini.Tiba-tiba dia menarik napas panjang. "Ya ampun ...."Aku belum keluar dari balik pohon, tapi aku sudah bisa membayangkan danau biru yang dikeliling

  • MANTAN WITH BENEFIT   Rumah Kita 🥀

    ୨ৎ A L Z I A N જ⁀➴"Jadi sekarang kamu udah mau ngomong sama aku?" tanya Khalisa saat kami berdiri di samping mobilku.Melihat dia nongkrong bareng Danny di Bar tadi bikin darahku naik. Mungkin dia lupa kalau Danny itu saudara tiriku. Atau ... ah, apa sih yang aku pikirkan?Kemungkinan besar dia ingat. Tapi bagaimana kalau ... sial, aku enggak mau mikir dia sama cowok lain, apalagi orang dari keluargaku sendiri.“Minum gak bakal nyelesaiin apa-apa!”Matanya merah, jelas banget habis nangis di depan Danny. Dan itu bikin aku makin kesal.“Itu ide dia. Dan yang terakhir kali aku ingat, kamu baru aja minta aku tanda tanganin surat cerai.”Aku mendongak, kesal, tapi dia tetap menatapku. “Ayo deh. Kamu ingin ingat sesuatu, kan? Aku bakal ajak kamu ke suatu tempat.”“Ke mana?”Dia enggak langsung naik ke mobil, jadi aku jalan memutar dan membukakan pintu untuknya, sambil menunjuk dengan tangan agar dia masuk.“Nanti juga kamu tahu.”“Gimana aku bisa percaya kalau kamu gak bakal buang aku dar

  • MANTAN WITH BENEFIT   Morning Wine 🍷

    Aku mempercepat jalanku. Bukan mau sok atau apa, tapi memang lagi malas saja meladeni mereka. Semakin cepat aku berjalan, semakin keras juga mereka memanggil namaku.Begitu sampai di alun-alun, aku melihat beberapa turis sedang duduk santai. Lumayan, buat alihkan perhatian dari mereka.“Eh, Khalisa!!!” Suara Danny, kakak tiri Alzian, memanggil. Dia melambaikan tangan sambil membuka pintu Bar. Begitu melihat kerumunan di belakangku, dia buru-buru membuka pintu lebih lebar. “Kamu kan ada janji sama aku, inget?”Aku menoleh cepat ke belakang lalu langsung menyelonong masuk ke dalam bar. Cewek-cewek itu hampir sampai di pintu saat aku sudah bersembunyi di balik tiang kayu besar di tengah restoran. Aku menarik napas dalam-dalam.“Ya ampun. Kita tuh manggilin Khalisa, tahu!” seru Fannah.“Eh, mungkin kuping dia ikutan amnesia,” kata Danny sambil menyeringai.Salah satu cewek di belakangnya tertawa.“Danny! Garing banget sih, k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status