Home / Romansa / MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA / Bab 4. Awal menjadi marbot.

Share

Bab 4. Awal menjadi marbot.

Author: Komang
last update Last Updated: 2021-10-01 15:08:23

MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.

Bab 4.

Bima yang merasa sangat lelah karena perjalanan menuju perkampungan itu pun memutuskan untuk segera beristirahat. Walau harus beristirahat di dalam kamar sempit yang sudah diperlihatkan Pak Jenggot padanya. Ya, kamar yang sangat kecil dan pengap, tapi karena lelah dan kantuk yang menyerangnya, ia pun terlelap dengan hitungan menit saja tanpa menghiraukan lagi masalah kamar sempit ataupun pengap.

*****

"Bapak kok sudah pulang?" tanya anak gadisnya kepada Pak Jenggot.

Ya, anak gadis Pak jenggot bernama Ayu. Gadis cantik yang kesehariannya berjualan keliling untuk menggantikan ibunya yang sudah meninggal. Ayu merupakan gadis yang baik hati, bahkan ia termasuk bunga desa di kampung terpencil yang saat ini ditempati Bima. Ayu adalah gadis yang selalu menutup diri akan seorang laki-laki. Bahkan ia tidak pernah yang namanya dekat dengan seorang pria. Ayu yang selalu mendapat didikan baik dari Pak Jenggot dan juga istrinya menekankan keras akan seorang laki-laki. Karena cinta itu tak meski harus berpacaran.

"Iya. Berhubung marbot yang baru sudah datang, jadi Bapak bisa pulang lebih cepat. Baru saja tadi datang, namanya Joko. Katanya sih, ia tidak memiliki siapapun makanya ia memutuskan untuk menjadi marbot di sini. Kasihan kalau mendengar ceritanya, ia harus pergi ke sana dan ke sini karena tidak memiliki kerabat dekat. Semoga saja Nak Joko betah ya, menjadi marbot di masjid kampung kita ini," terang Pak Jenggot yang berusaha duduk untuk meluruskan kakinya.

"Begitu ya, Pak. Ya mudah-mudahan saja ia betah menjadi marbot di masjid kampung kita. Ya sudah kalau begitu Pak, Ayu teruskan kembali pekerjaan Ayu ya, Pak," ucap Ayu.

Ayu pun berlalu pergi meninggalkan Pak Jenggot dan masuk ke dalam dapur untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda karena mendengar kepulangan bapaknya. Ya, Ayu sangat menyayangi pria paruh baya yang selama ini merawatnya.

Ayu adalah anak yang baik hati dan tidak sombong. Ayu merupakan anak dari Pak Jenggot dan juga istrinya, lebih tepatnya anak angkat. Saat itu Pak Jenggot menemukannya seusai melaksanakan shalat subuh. Ia berada di dalam kotak yang hanya dibalutkan kain untuk alas tubuhnya.

Ya, Ayu merupakan anak angkat dari Pak Jenggot yang memiliki hati yang sangat baik dan tulus. Sifatnya itu diturunkan dari Pak Jenggot. Bahkan dengan ikhlas, ia harus menggantikan almarhum ibunya untuk berjualan keliling agar bisa mengurangi beban bapaknya. Bapak yang semakin hari semakin tua dan itu membuat Ayu enggan untuk hanya berpangku tangan padanya.

"Ya, Bapak mau duduk dulu sebentar di sini. Bapak letih," ucap Pak Jenggot kepada Ayu yang sudah berlalu.

Pak Jenggot berusaha mengatur nafasnya, duduk termenung di teras rumahnya. Ia merasa kesehatannya sudah semakin berkurang. Badannya terasa gampang letih. Hanya karena ia mengepel masjid,  bahkan seperti kehilangan tenaga begitu banyak. Entah apa penyebabnya? Ia pun tidak mengetahui dengan jelas. Tapi ia berusaha menyembunyikan semua itu dari anak kesayangannya. Tak mau menjadi beban untuk anaknya, jika mengetahui keadaannya.

Ayu yang selama ini selalu menyisihkan uang hasil jualannya untuk dimasukkan ke celengan miliknya. Sengaja menyimpannya, untuk keperluan mendadak. Uangnya yang sebelumnya ia tabung, sudah habis untuk pengobatan ibunya sewaktu sakit. Pak Jenggot pun tak mau jika hanya bisa menyusahkan anaknya kembali mengingat kesulitan akan sakit istrinya dulu.

Pak Jenggot sedikitpun sudah tidak memiliki uang walau hanya sepeserpun. Jangankan untuk berobat, uang simpanan di kantongnya saja sudah tidak ada. Apalagi untuk memeriksakan kesehatannya, uang dari mana ia dapatkan? Uang yang selama ini ia dan jyga istrinya simpan, telah dipergunakan untuk perawatan almarhumah istrinya sampai tak bersisa lagi.

*******

Karena letihnya Bima dalam perjalanan menuju kampung tempatnya menjadi marbot. Sampai-sampai ia tertidur pulas hingga tak terasa hampir memasuki waktu maghrib. 

Bima pun bergegas mandi dan segera mengambil air wudhu. Setelah semua siap, ia pun bergegas untuk memasuki masjid. Ternyata Pak Jenggot sudah datang terlebih dulu.

Bima melihat jelas, jika beliau ingin melaksanakan adzhan maghrib. Bima pun mendengarkan dengan seksama adzhan yang dikumandangkan Pak Jenggot. Suara adzhannya sangatlah merdu untuk didengarkan telinga. Tak lama, orang-orang pun mulai berdatangan ingin melaksanakan shalat maghrib bersama-sama.

Di tempat ini, tidak ada yang namanya memandang status, semua sama. Mereka juga sangat ramah menyambut Bima sebagai orang baru. Karena Pak Jenggot yang telah memperkenalkannya sebagai marbot di masjid ini. Mereka pun menyambut kedatangan Bima dengan sangat baik. Disambut dengan hangat oleh mereka yang tinggal di kampung tempatnya berada.

"Semoga Nak Joko bisa betah menjadi marbot di kampung kecil kami ini ya," ucap salah seorang bapak-bapak yang ada di masjid.

"Inshaa Allah, Pak. Semoga orang-orang di sini bisa membuat saya betah untuk tinggal lebih lama dan bisa menerima kehadiran saya sebagai marbot," tuturnya kepada Bapak yang masih ada di masjid.

"Emangnya kenapa dengan orang-orang di sini? Mereka pasti akan menerimamu sebagai marbot di masjid ini."

Bapak tersebut pun bertanya dengan raut bingung. 

"Bukan begitu maksud saya, Pak. Saya hanya ingin banyak belajar dengan orang-orang yang ada di sekitar kampung ini. Saya berharap Bapak-Bapak semua bisa membimbing saya sebagai marbot baru di masjid ini," ungkap Bima berusaha menjelaskan.

"Oh, begitu...! Kami akan senang bisa membantu Nak Joko di sini. Kalau Nak Joko butuh sesuatu, katakan saja. Kami dengan senang hati pasti akan membantu," ucap Bapak itu seiring tersenyum ke arah Bima.

"Iya, Pak. Terima kasih banyak atas perhatiannya," kata Bima sambil memegang tangan bapak tersebut.

Dari sini lah awal kehidupan barunya akan dimulai. Babak baru di mana Bima harus hidup dengan kesederhanaan yang sebelumnya tidak pernah dialaminya. Ia yang selama ini hidup dengan serba berkecukupan harus rela menjalani kehidupan baru sebagai seorang marbot yang terkadang lupa hak dan kewajibannya.

Bima merasa malu setelah berada di tempat ini. Mereka yang hidup dengan kesederhaan bahkan mampu untuk mengingat TuhanNya. Sementara Bima yang serba berkecukupan terkadang lalai atas semuanya. Ia pun merasa tertampar berada di sekeliling orang-orang yang ada di dekatnya saat ini. 

Bima yang mengalami kekecewaan karena perbuatan Firly, membuat dirinya takut hanya untuk sekedar mendekati seorang wanita. Rasa kecewa itu, membunuh perasaan terhadap seorang wanita.

Bima harus rela pergi ke kampung terpencil ini hanya sebagai seorang marbot untuk bisa melalui semua kenyataan pahit yang diterimanya. Ia bahkan tidak memiliki apapun di sini. Tidak ada namanya mobil, kartu kredit, ATM, apalagi baju bagus. Hanya bermodalkan niat dan membawa baju beberapa potong saja sebagai awal kehidupan barunya.

Bima memang berniat untuk hidup dengan kesederhanaan, agar ia bisa melihat siapa yang benar-benar tulus terhadapnya. Orang yang tidak tahu siapa ia sebenarnya, tetapi mau menerima Bima dengan apa adanya.

Rasa belum bisa melupakan semua perbuatan yang Firly lakukan padanya, membuatnya ingin menenangkan semua pikiran di kampung ini. Ternyata ia tidak salah memilih tempat, bahkan ia sangat beruntung berada di kampung ini. Semoga dengan semua yang dialaminya membuat ia betah untuk tinggal di kampung terpencil sebagai marbot.

Orang-orang yang ada di kampung ini pun tidak pernah mempermasalahkan dirinya yang tidak memiliki siapapun. Mereka seperti menerima kehadiran Bima di tengah-tengah mereka. Menyambutnya sebagai orang baru dengan penuh kehangatan.

Hingga akhirnya, Bima bertemu dengan Pak Jenggot. Dia lah orang pertama kali yang ditemuinya begitu ia sampai di kampung ini. Semoga saja Pak Jenggot bisa membimbing dan menuntunnya ke jalan yang lebih baik lagi. Bima yang dalam keadaan seperti ini mungkin perlu pencerahan agar bisa melupakan sedikit demi sedikit atas apa yang Firly lakukan padanya.

Bima berpikir mungkin Pak Jenggot adalah orang yang cukup disegani oleh orang-orang dikampung ini, mengingat statusnya sebagai pengurus masjid.

Bima sangat berharap Pak Jenggot bisa mengajarinya banyak hal selama ia berada di kampung ini. Bima harus bisa belajar apapun selama di sini, agar ada bekal nantinya yang ia bawa setelah meninggalkan kampung ini.

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Suryono Yono
tolong jgn terlalu bnyak mengulang kata... terima kasih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 39. Kepolosan

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 39.Bima dan juga Pak Maryono pun telah memasuki mesjid. Bahkan mereka tak luput dari pandangan orang-orang yang ada di dalam mesjid. Terdengar bisik-bisik tentang Bima cukup terdengar jelas. Baik Bima maupun Pak Maryono lebih memilih diam sambil menantikan adzhan Ashar.Setelah selesai melaksanakan shalat ashar, ada seorang bapak-bapak yang datang menghampiri Bima begitu selesai shalat."Nak Jokosudah berhenti menjadi marbot di sini ya?" tanya salah seorang bapak-bapak yang ada dibarisan depan dari kerumunan bapak-bapak yang lainnya. Dia mencoba bertanya.Mereka yang sudah menyelesaikan shalat Ashar, tentunya ingin cepat-cepat pulang. Sementara Bima masih sibuk dengan pikirannya mengenai keadaan istrinya. Bahkan pertanyaan itu tak terlalu penting baginya.Berhubung ada salah seorang bapak-bapak yang bertanya padanya. Bima pun mengurungkan niatnya untuk cepa

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 38. Kenyataan yang mengejutkan.

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 38.Bima yang tadinya asyik berbicara pada Pak Maryono seketika melihat istrinya. Bima melihat jika istrinya terjatuh ketika membuang sampah, ia langsung merasakan kepanikan. Berlari dan mengejar istrinya."Dik...! Adik nggak kenapa-kenapa 'kan? Kok bisa jatuh begini?" tanya Bima yang langsung membantu istrinya untuk berdiri."Nggak tahu kenapa? Adik jatuh seperti ada yang dorong, Mas," jawabnya yang berusaha bangkit.Bima yang khawatir dengan keadaan istrinya merasakan kepanikan yang luar biasa. Pak Maryono yang melihat kejadian itu pun ikut menyusul mereka."Apa kaki istri Tuan tidak terkilir? Sepertinya istri Tuan susah untuk berjalan?" tanya Pak Maryono yang baru saja menghampiri mereka."Apa sebaiknya kita periksa ke rumah sakit aja? Biar pak Maryono yang antar kita ke rumah sakitnya?" tanya Bima pada istrinya yang cengar-cengir menahan sakit di kakinya.

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 37. Ikhlas

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 37.Wahyu yang kesal, merasa dirinya persis seperti anti nyamuk segera pergi meninggalkan kediaman almarhum Pak Jenggot. Dengan sengaja ia menghentakkan kakinya sambil berlalu. Meluapkan kemarahannya dengan ucapan yang segala nama binatang di kebun binatang keluar satu per satu. Ucapan yang tak pantas jika mengingat statusnya."Eh... denger ya! Dimana-mana orang ketiga itu disebut setan loh!" jerit Bima yang sengaja.Suara Bima yang keras, mampu menghentikan langkah kaki Wahyu. Tentu saja Wahyu tidak bisa terima begitu saja dengan jeritan Bima."Apa maksud kamu bilang saya itu setan?" tanya Wahyu yang membalikkan badannya secepat mungkin untuk menatap Bima.Wahyu yang tadinya sudah bergegas untuk pergi meninggalkan mereka. Memutuskan untuk kembali menghentikan langkah ketika mendengar jeritan Bima yang mampu menyinggung perasaannya. Hatinya merasa terkutik dengan ucapan yang san

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 36. Menahan kemarahan.

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 36.Bima yang meninggalkan mereka begitu saja, berhasil membuat Wahyu menahan amarahnya. Karena merasa dicuekin dengan meninggalkan merek begitu saja tanpa menjawab perkataan mereka atau menyambutnya. Hal itu membuat hati Wahyu begitu membludak rasa kebencian.Berhubung waktu sudah memasuki waktu dzuhur, Bima pun bergegas melaksanakan adzhan terlebih dahulu. Tanpa melirik sedikitpun ke arah mereka yang masih memandangnya.Rasa syukur begitu besar dirasakannya, di tempat ini untuk pertama kalinya Bima melaksanakan adzhan yang didengarkan orang banyak. Bahkan hampir setiap harinya ia melakukan adzhan menggantikan almarhum bapak mertunya. Pak Jenggot telah menitipkan ilmu yang akan dibawanya sampai mati."Ternyata suara Nak Joko makin hari makin bagus saja mengumandang adzhannya," ucap salah seorang bapak yang ada di barisan jamaah yang baru saja selesai melaksanakan shalat berjama'ah de

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 35. Sombong.

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 35.Setelah pertanyaan Bima, Ayu bahkan tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Bungkam seribu bahasa. Hanya kesunyian yang didapat Bima. Hatinya berkemelut hebat, penuh dengan tanda tanya melihat diamnya sang istri. Detak jantungnya terasa begitu cepat, apa kiranya kesalahnnya? Apa Ayu tak menyukai ajakanku?Pertanyaan begitu banyak melintas dopikirannya. Wajah cantik itu seperti menyembunyikan sesuatu yang tak mampu bibirnya mengungkapkannya."Apakah Adik masih keberatan untuk pindah ke rumah orang tua, Mas?" tanya Bima ragu, berusaha memecahkan kesunyian yang terjadi.Sekilas Ayu melirik ke arahnya. Lirikan yang penuh makna. Begitu mampu membuat Bima ragu. "Apapun yang membuatnya bahagia, akan kuturuti," batinnyaAyu menatap kembali wajah Bimq, "Adik sebenarnya takut, Mas," ucapnya sambil meremas ujung hijabnya."Kan ada, Mas. Kenapa meski takut? Apa yang membu

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 34. Apa yang dipikirkannya?

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 34.Bima yang masih memeluk istrinya, mencoba untuk memegang pipi lembut sang itu dengan penuh kasih sayang. Kebahagiaannya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. "Ya Allah, ijinkan aku untuk bisa selalu menjaga istriku sampai akhir hayatku," batinnya sambil mengelus pundak istrinya."Apa yang Mas lamunkan? Apa masih ada yang Mas sembunyikan lagi dari Adik?" tanya Ayu yang memecahkan pemikiran Bima."Tidak, Sayang. Tidak ada lagi yang Mas sembunyikan. Mas sayang banget sama Adik," ucapnya sambil memeluk kembali istrinya.Pelukan yang diberikan Bima terasa menyesakkan buat Ayu. Tubuhnya terasa remuk seketika. "Mas...! Kenapa peluk-peluk mulu, kan Adik jadi malu," ucapnya dengan manja.Mungkin saat ini, ada rasa kecewa di hati istrinya. Tapi, Bima harus bisa menerima apapun nantinya yang akan menjadi keputusan istrinya. Yang terpenting ia sudah berusaha mengatakan semua kenyataa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status