Share

Bab 4. Awal menjadi marbot.

MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.

Bab 4.

Bima yang merasa sangat lelah karena perjalanan menuju perkampungan itu pun memutuskan untuk segera beristirahat. Walau harus beristirahat di dalam kamar sempit yang sudah diperlihatkan Pak Jenggot padanya. Ya, kamar yang sangat kecil dan pengap, tapi karena lelah dan kantuk yang menyerangnya, ia pun terlelap dengan hitungan menit saja tanpa menghiraukan lagi masalah kamar sempit ataupun pengap.

*****

"Bapak kok sudah pulang?" tanya anak gadisnya kepada Pak Jenggot.

Ya, anak gadis Pak jenggot bernama Ayu. Gadis cantik yang kesehariannya berjualan keliling untuk menggantikan ibunya yang sudah meninggal. Ayu merupakan gadis yang baik hati, bahkan ia termasuk bunga desa di kampung terpencil yang saat ini ditempati Bima. Ayu adalah gadis yang selalu menutup diri akan seorang laki-laki. Bahkan ia tidak pernah yang namanya dekat dengan seorang pria. Ayu yang selalu mendapat didikan baik dari Pak Jenggot dan juga istrinya menekankan keras akan seorang laki-laki. Karena cinta itu tak meski harus berpacaran.

"Iya. Berhubung marbot yang baru sudah datang, jadi Bapak bisa pulang lebih cepat. Baru saja tadi datang, namanya Joko. Katanya sih, ia tidak memiliki siapapun makanya ia memutuskan untuk menjadi marbot di sini. Kasihan kalau mendengar ceritanya, ia harus pergi ke sana dan ke sini karena tidak memiliki kerabat dekat. Semoga saja Nak Joko betah ya, menjadi marbot di masjid kampung kita ini," terang Pak Jenggot yang berusaha duduk untuk meluruskan kakinya.

"Begitu ya, Pak. Ya mudah-mudahan saja ia betah menjadi marbot di masjid kampung kita. Ya sudah kalau begitu Pak, Ayu teruskan kembali pekerjaan Ayu ya, Pak," ucap Ayu.

Ayu pun berlalu pergi meninggalkan Pak Jenggot dan masuk ke dalam dapur untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda karena mendengar kepulangan bapaknya. Ya, Ayu sangat menyayangi pria paruh baya yang selama ini merawatnya.

Ayu adalah anak yang baik hati dan tidak sombong. Ayu merupakan anak dari Pak Jenggot dan juga istrinya, lebih tepatnya anak angkat. Saat itu Pak Jenggot menemukannya seusai melaksanakan shalat subuh. Ia berada di dalam kotak yang hanya dibalutkan kain untuk alas tubuhnya.

Ya, Ayu merupakan anak angkat dari Pak Jenggot yang memiliki hati yang sangat baik dan tulus. Sifatnya itu diturunkan dari Pak Jenggot. Bahkan dengan ikhlas, ia harus menggantikan almarhum ibunya untuk berjualan keliling agar bisa mengurangi beban bapaknya. Bapak yang semakin hari semakin tua dan itu membuat Ayu enggan untuk hanya berpangku tangan padanya.

"Ya, Bapak mau duduk dulu sebentar di sini. Bapak letih," ucap Pak Jenggot kepada Ayu yang sudah berlalu.

Pak Jenggot berusaha mengatur nafasnya, duduk termenung di teras rumahnya. Ia merasa kesehatannya sudah semakin berkurang. Badannya terasa gampang letih. Hanya karena ia mengepel masjid,  bahkan seperti kehilangan tenaga begitu banyak. Entah apa penyebabnya? Ia pun tidak mengetahui dengan jelas. Tapi ia berusaha menyembunyikan semua itu dari anak kesayangannya. Tak mau menjadi beban untuk anaknya, jika mengetahui keadaannya.

Ayu yang selama ini selalu menyisihkan uang hasil jualannya untuk dimasukkan ke celengan miliknya. Sengaja menyimpannya, untuk keperluan mendadak. Uangnya yang sebelumnya ia tabung, sudah habis untuk pengobatan ibunya sewaktu sakit. Pak Jenggot pun tak mau jika hanya bisa menyusahkan anaknya kembali mengingat kesulitan akan sakit istrinya dulu.

Pak Jenggot sedikitpun sudah tidak memiliki uang walau hanya sepeserpun. Jangankan untuk berobat, uang simpanan di kantongnya saja sudah tidak ada. Apalagi untuk memeriksakan kesehatannya, uang dari mana ia dapatkan? Uang yang selama ini ia dan jyga istrinya simpan, telah dipergunakan untuk perawatan almarhumah istrinya sampai tak bersisa lagi.

*******

Karena letihnya Bima dalam perjalanan menuju kampung tempatnya menjadi marbot. Sampai-sampai ia tertidur pulas hingga tak terasa hampir memasuki waktu maghrib. 

Bima pun bergegas mandi dan segera mengambil air wudhu. Setelah semua siap, ia pun bergegas untuk memasuki masjid. Ternyata Pak Jenggot sudah datang terlebih dulu.

Bima melihat jelas, jika beliau ingin melaksanakan adzhan maghrib. Bima pun mendengarkan dengan seksama adzhan yang dikumandangkan Pak Jenggot. Suara adzhannya sangatlah merdu untuk didengarkan telinga. Tak lama, orang-orang pun mulai berdatangan ingin melaksanakan shalat maghrib bersama-sama.

Di tempat ini, tidak ada yang namanya memandang status, semua sama. Mereka juga sangat ramah menyambut Bima sebagai orang baru. Karena Pak Jenggot yang telah memperkenalkannya sebagai marbot di masjid ini. Mereka pun menyambut kedatangan Bima dengan sangat baik. Disambut dengan hangat oleh mereka yang tinggal di kampung tempatnya berada.

"Semoga Nak Joko bisa betah menjadi marbot di kampung kecil kami ini ya," ucap salah seorang bapak-bapak yang ada di masjid.

"Inshaa Allah, Pak. Semoga orang-orang di sini bisa membuat saya betah untuk tinggal lebih lama dan bisa menerima kehadiran saya sebagai marbot," tuturnya kepada Bapak yang masih ada di masjid.

"Emangnya kenapa dengan orang-orang di sini? Mereka pasti akan menerimamu sebagai marbot di masjid ini."

Bapak tersebut pun bertanya dengan raut bingung. 

"Bukan begitu maksud saya, Pak. Saya hanya ingin banyak belajar dengan orang-orang yang ada di sekitar kampung ini. Saya berharap Bapak-Bapak semua bisa membimbing saya sebagai marbot baru di masjid ini," ungkap Bima berusaha menjelaskan.

"Oh, begitu...! Kami akan senang bisa membantu Nak Joko di sini. Kalau Nak Joko butuh sesuatu, katakan saja. Kami dengan senang hati pasti akan membantu," ucap Bapak itu seiring tersenyum ke arah Bima.

"Iya, Pak. Terima kasih banyak atas perhatiannya," kata Bima sambil memegang tangan bapak tersebut.

Dari sini lah awal kehidupan barunya akan dimulai. Babak baru di mana Bima harus hidup dengan kesederhanaan yang sebelumnya tidak pernah dialaminya. Ia yang selama ini hidup dengan serba berkecukupan harus rela menjalani kehidupan baru sebagai seorang marbot yang terkadang lupa hak dan kewajibannya.

Bima merasa malu setelah berada di tempat ini. Mereka yang hidup dengan kesederhaan bahkan mampu untuk mengingat TuhanNya. Sementara Bima yang serba berkecukupan terkadang lalai atas semuanya. Ia pun merasa tertampar berada di sekeliling orang-orang yang ada di dekatnya saat ini. 

Bima yang mengalami kekecewaan karena perbuatan Firly, membuat dirinya takut hanya untuk sekedar mendekati seorang wanita. Rasa kecewa itu, membunuh perasaan terhadap seorang wanita.

Bima harus rela pergi ke kampung terpencil ini hanya sebagai seorang marbot untuk bisa melalui semua kenyataan pahit yang diterimanya. Ia bahkan tidak memiliki apapun di sini. Tidak ada namanya mobil, kartu kredit, ATM, apalagi baju bagus. Hanya bermodalkan niat dan membawa baju beberapa potong saja sebagai awal kehidupan barunya.

Bima memang berniat untuk hidup dengan kesederhanaan, agar ia bisa melihat siapa yang benar-benar tulus terhadapnya. Orang yang tidak tahu siapa ia sebenarnya, tetapi mau menerima Bima dengan apa adanya.

Rasa belum bisa melupakan semua perbuatan yang Firly lakukan padanya, membuatnya ingin menenangkan semua pikiran di kampung ini. Ternyata ia tidak salah memilih tempat, bahkan ia sangat beruntung berada di kampung ini. Semoga dengan semua yang dialaminya membuat ia betah untuk tinggal di kampung terpencil sebagai marbot.

Orang-orang yang ada di kampung ini pun tidak pernah mempermasalahkan dirinya yang tidak memiliki siapapun. Mereka seperti menerima kehadiran Bima di tengah-tengah mereka. Menyambutnya sebagai orang baru dengan penuh kehangatan.

Hingga akhirnya, Bima bertemu dengan Pak Jenggot. Dia lah orang pertama kali yang ditemuinya begitu ia sampai di kampung ini. Semoga saja Pak Jenggot bisa membimbing dan menuntunnya ke jalan yang lebih baik lagi. Bima yang dalam keadaan seperti ini mungkin perlu pencerahan agar bisa melupakan sedikit demi sedikit atas apa yang Firly lakukan padanya.

Bima berpikir mungkin Pak Jenggot adalah orang yang cukup disegani oleh orang-orang dikampung ini, mengingat statusnya sebagai pengurus masjid.

Bima sangat berharap Pak Jenggot bisa mengajarinya banyak hal selama ia berada di kampung ini. Bima harus bisa belajar apapun selama di sini, agar ada bekal nantinya yang ia bawa setelah meninggalkan kampung ini.

Bersambung....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Suryono Yono
tolong jgn terlalu bnyak mengulang kata... terima kasih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status