Home / Romansa / MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA / Bab 5. Pertemuan pertama.

Share

Bab 5. Pertemuan pertama.

Author: Komang
last update Last Updated: 2021-10-01 15:27:42

MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.

Bab 5.

Mereka segara melaksanakan shalat maghrib bersama-sama. Di sini Bima menyadari kalau harta bukanlah segala-galanya. Bahkan mereka yang berada di sini tidak ada yang tahu siapa Bima sebenarnya? Di sini semua sama, terutama di mata Allah.

Bima yang terlalu sangat mencintai Firly bahkan lupa akan kewajibannya. Mungkin ini lah sebagai teguran untuknya, agar ia tidak lalai akan tugasnya dan kewajibannya. Dengan diberikan kenyataan seperti ini, agar ia tidak pernah lupa terhadap Allah yang Maha SegalaNya. Ia yakin semua yang diawali dengan niat yang baik pasti akan mendapatkan hasil yang baik pula. Semoga saja ia mendapatkan hikmah dibalik semua kejadian ini dan semoga menjadi orang yang lebih baik ke depannya.

Tetap istiqomah dan jangan bangga diri. Ketika burung hidup, semut adalah makanannya. Tapi bila burung mati, semut pula yang akan memakannya.

"Nak Joko."

Bima yang sedang melamun, tersentak dengan panggilan Pak Jenggot padanya. Ia pun berusaha menghilangkan pikiran-pikiran yang bisa mengganggunya.

"Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bima yang berjalan menghampiri Pak Jenggot.

"Begini Nak Joko, sebentar lagi akan memasuki waktu isya. Apa kamu bersedia melaksanakan adzhan isya?" tanya Pak Jenggot yang membuat Bima langsung melotot setelah mendengar omongan Pak Jenggot.

Bima bahkan bingung harus menjawab apa? Ia sama sekali tidak pernah melakukan adzhan sama sekali, apalagi sampai didengarkan orang banyak. Bima terdiam dalan kebingungan saat mendengar ucapan Pak Jenggot. Hatinya terasa sesak, nafasnya tersendat.

"Ya Allah, berikan lah hambamu ini ampunan. Bagaimana bisa aku menyamar menjadi marbot tapi tidak menyiapkan apapun. Harusnya aku mengetahui adzhan dan mendalami mengaji sebelum memutuskan menjadi marbot. Bodoh, bodoh!" rutuknya dalam hati.

"Kalau Bapak tanya itu dijawab, jangan malah bengong. Kamu bisakan melaksanakan adzhan?" tanya Pak Jenggot penuh penekanan, menatap serius ke arah Bima.

Tentu saja Bima bingung dengan pertanyaan yang baru saja dipertanyakan Pak Jenggot padanya. Cukup lama ia terdiam, hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk bisa menjawabnya.

"Maaf, Pak! Saya kan orang baru di sini, baru menjadi marbot. Apa tidak sebaiknya Bapak atau orang lain saja yang lebih berpengalaman yang melaksanakan azhan isya? Saya masih belajar, Pak. Lagian suara saya jelek, malu rasanya kalau harus didengar orang banyak apalagi kalau sempat salah," jawabnya sambil menundukkan pandangan. Sebenarnya ia sangat malu untuk mengatakan yang sejujurnya.

"Kenapa meski malu, Nak Joko? Nantikan lama-lama jadi terbiasa. Allah yang mendengar pasti akan senang. Jangan pernah memperdulikan apa yang diomongkan orang. Omongan orang itu kalau dituruti panjang nantinya, panjangnya galah lebih panjang lagi jalanan. Ya, seperti itu lah istilahnya. Panjang galah lebih panjang omongan orang. Tapi ya sudah, Bapak tidak memaksa. Jika memang kamu belum siap nggak apa-apa kok. Kalau begitu, sambil menunggu adzhan Isya lebih baik kita bercengkrama dengan Bapak - Bapak yang lain ya. Hitung-hitung buat perkenalan kamu lebih dalam." Pak Jenggot pun mengajak Bima sambil menuntunnya berjalan bersamaan.

Ternyata banyak bapak - bapak yang tidak pulang ke rumahnya sambil menunggu adzhan Isya. Mereka pun bercerita banyak, bahkan menanyai banyak pertanyaan kepada Bima. Darimana asalnya? Apa sebelumnya pekerjaan yang dilakukannya? Banyaklah yang dipertanyakan mereka. Hingga membuat Bima kalang kabut menjawab pertanyaan itu.

Lagi-lagi Bima harus berbohong untuk menyembunyikan siapa ia sebenarnya. Sampai akhirnya tanpa terasa, waktu Isya pun sudah tiba. Mereka pun segera bergegas melaksanakan shalat isya berjama'ah.

Waktu pun berlalu begitu cepat. Sampai tak terasa sudah masuk waktu shubuh. Bima pun bergegas untuk melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu. Tanpa disadari, Bima baru saja melihat Pak Jenggot datang bersama seorang gadis yang membuntutinya dari arah belakang.

Siapa gadis itu? Bisa dibilang gadis itu sangat cantik dengan memakai balutan baju gamis bercorak bunga-bunga dengan hijab yang menutup kepalanya. Wanita yang terlihat anggun ketika dipandang mata. Sejenak Bima tertegun melihat wanita bagaikan bidadari tepat di hadapannya. Seorang wanita yang menutup seluruh tubuhnya terkecuali wajah dan telapak tangannya.

"Nak Joko?" panggil Pak Jenggot yang berjalan ke arahnya.

"Saya, Pak," jawabnya yang berusaha juga mendatangi Pak Jenggot dan gadis tersebut.

Tak sengaja sekilas Bima menatap wajah gadis tersebut, tapi karena gadis itu tahu jika Bima melihat ke arahnya, ia pun segera menundukkan pandangannya. Untuk pertama kalinya ada seorang gadis yang menundukkan pandangannya ketika melihat Bima yang terbilang cukup tampan dan mempesona. 

Bima merupakan sosok pria yang tampan, hidungnya mancung, parasnya layaknya seperti orang Asia.

Bima begitu merasa penasaran dengan gadis yang ada di belakang Pak Jenggot. Siapa gadis itu? Mengapa gadis itu tidak menatap ke arahnya? Begitu banyak pertanyaan melintas di pikirannya. Tidak seperti gadis-gadis lain jika melihatnya langsung mencari perhatian bahkan senyum-senyum kecentilan hanya untuk sekedar mendapatkan perhatian dari seorang Bima.

Setelah putusnya hubungan Bima dengan Firly kekasihnya. Tak jarang banyak yang mencoba untuk mendekatinya. Mencari kesempatan untuk menyelip hati seorang pemilik perusahaan ternama seperti Bima.

Beredar gosip tentang putusnya hubungan Bima dengan Firly begitu cepat menyebar digolongan kaum hawa. Ya, mereka selalu mengincar, mencari celah untuk menjadi pacar Bima selanjutnya. Tapi sayang, jangankan untuk memiliki pacar, mengenal wanita saja Bima pun malas rasanya. Ia tak mau masuk ke lubang yang sama bahkan untuk yang kedua kalinya. Cukup satu kali kebodohan yang  ia lakukan karena seorang wanita.

"Gadis yang sangat berbeda," pikirnya seketika.

Bima pun masih dalam pikiran yang merenung, bertanya-tanya siapa wanita yang bersama Pak Jenggot tersebut?

"Kenapa aku jadi memikirkan gadis ini? Apa perduliku padanya? Ia hanya orang asing yang tak sengaja kutemui setelah Pak Jenggot. Tapi, siapakah gadis ini buat Pak Jenggot? Kenapa mereka datang secara bersamaan? Bahkan gadis itu mengikuti Pak Jenggot dari arah belakangnya," gerutu Bima dalam hati. Begitu banyak pertanyaan melintas di benaknya, merasa penasaran akan sosok wanita yang saat ini bersama dengan sosok pria tua seperti Pak Jenggot.

Bima pun menggelengkan kepalanya tanpa sadar. Bingung akan apa yang sedang dipikirkannya? Kenapa ia memikirkan yang bukan urusannya sama sekali?

"Nak... Nak Joko, kenapam Kok malah geleng-geleng kepala seperti itu?" tanya Pak Jenggot yang mungkin sedikit bingung melihat tingkah Bima.

"Saya tidak kenapa-kenapa kok, Pak. Saya cuma heran saja dengan Bapak. Kenapa Bapak membawa anak gadis, apa gadis ini istri kedua Bapak?" tanya Bima dengan wajah bingung yang melirik ke arah gadis yang tepat di belakang Pak Jenggot.

"Kamu itu kok ngomong asal aja," elak Pak Jenggot yang memukul pundak Bima.

Bima yang mengucapkan kata yang tak seharusnya diucapkannya, langsung merasa bersalah. Kenapa Pak Jenggot nampak marah begitu dengan ucapan yang baru saja diucapkan Bima? Apa kata-kata yang diucapkannya salah? Atau menyinggung perasaannya?

Baling-baling di otaknya tiba-tiba melayang entah ke mana-mana berputar? Selama putus dari Firly, Bima selalu berburuk sangka pada orang lain. Bahkan untuk melihat gadis yang tepat di hadapannya itu, ia sudah berpikir jauh entah ke mana-mana. Sementara Bima saja belum mengenal siapa gadis itu sebenarnya? Ia yang merasa penasaran harus segera menanyakan hal itu pada Pak Jenggot. Mungkin saja apa yang dilihatnya tidak seperti kenyataannya?

Bima pun berusaha mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepada Pak Jenggot mengenai gadis itu.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yos Bos
terlalu banyak pengulangan baik itu tentang tokoh utama maupun tokoh pendukung suasana hati keadaan tempt dll sehingga dalm 1 bab itu intinya hanya 2-3 paragrapsaja
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 39. Kepolosan

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 39.Bima dan juga Pak Maryono pun telah memasuki mesjid. Bahkan mereka tak luput dari pandangan orang-orang yang ada di dalam mesjid. Terdengar bisik-bisik tentang Bima cukup terdengar jelas. Baik Bima maupun Pak Maryono lebih memilih diam sambil menantikan adzhan Ashar.Setelah selesai melaksanakan shalat ashar, ada seorang bapak-bapak yang datang menghampiri Bima begitu selesai shalat."Nak Jokosudah berhenti menjadi marbot di sini ya?" tanya salah seorang bapak-bapak yang ada dibarisan depan dari kerumunan bapak-bapak yang lainnya. Dia mencoba bertanya.Mereka yang sudah menyelesaikan shalat Ashar, tentunya ingin cepat-cepat pulang. Sementara Bima masih sibuk dengan pikirannya mengenai keadaan istrinya. Bahkan pertanyaan itu tak terlalu penting baginya.Berhubung ada salah seorang bapak-bapak yang bertanya padanya. Bima pun mengurungkan niatnya untuk cepa

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 38. Kenyataan yang mengejutkan.

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 38.Bima yang tadinya asyik berbicara pada Pak Maryono seketika melihat istrinya. Bima melihat jika istrinya terjatuh ketika membuang sampah, ia langsung merasakan kepanikan. Berlari dan mengejar istrinya."Dik...! Adik nggak kenapa-kenapa 'kan? Kok bisa jatuh begini?" tanya Bima yang langsung membantu istrinya untuk berdiri."Nggak tahu kenapa? Adik jatuh seperti ada yang dorong, Mas," jawabnya yang berusaha bangkit.Bima yang khawatir dengan keadaan istrinya merasakan kepanikan yang luar biasa. Pak Maryono yang melihat kejadian itu pun ikut menyusul mereka."Apa kaki istri Tuan tidak terkilir? Sepertinya istri Tuan susah untuk berjalan?" tanya Pak Maryono yang baru saja menghampiri mereka."Apa sebaiknya kita periksa ke rumah sakit aja? Biar pak Maryono yang antar kita ke rumah sakitnya?" tanya Bima pada istrinya yang cengar-cengir menahan sakit di kakinya.

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 37. Ikhlas

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 37.Wahyu yang kesal, merasa dirinya persis seperti anti nyamuk segera pergi meninggalkan kediaman almarhum Pak Jenggot. Dengan sengaja ia menghentakkan kakinya sambil berlalu. Meluapkan kemarahannya dengan ucapan yang segala nama binatang di kebun binatang keluar satu per satu. Ucapan yang tak pantas jika mengingat statusnya."Eh... denger ya! Dimana-mana orang ketiga itu disebut setan loh!" jerit Bima yang sengaja.Suara Bima yang keras, mampu menghentikan langkah kaki Wahyu. Tentu saja Wahyu tidak bisa terima begitu saja dengan jeritan Bima."Apa maksud kamu bilang saya itu setan?" tanya Wahyu yang membalikkan badannya secepat mungkin untuk menatap Bima.Wahyu yang tadinya sudah bergegas untuk pergi meninggalkan mereka. Memutuskan untuk kembali menghentikan langkah ketika mendengar jeritan Bima yang mampu menyinggung perasaannya. Hatinya merasa terkutik dengan ucapan yang san

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 36. Menahan kemarahan.

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 36.Bima yang meninggalkan mereka begitu saja, berhasil membuat Wahyu menahan amarahnya. Karena merasa dicuekin dengan meninggalkan merek begitu saja tanpa menjawab perkataan mereka atau menyambutnya. Hal itu membuat hati Wahyu begitu membludak rasa kebencian.Berhubung waktu sudah memasuki waktu dzuhur, Bima pun bergegas melaksanakan adzhan terlebih dahulu. Tanpa melirik sedikitpun ke arah mereka yang masih memandangnya.Rasa syukur begitu besar dirasakannya, di tempat ini untuk pertama kalinya Bima melaksanakan adzhan yang didengarkan orang banyak. Bahkan hampir setiap harinya ia melakukan adzhan menggantikan almarhum bapak mertunya. Pak Jenggot telah menitipkan ilmu yang akan dibawanya sampai mati."Ternyata suara Nak Joko makin hari makin bagus saja mengumandang adzhannya," ucap salah seorang bapak yang ada di barisan jamaah yang baru saja selesai melaksanakan shalat berjama'ah de

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 35. Sombong.

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 35.Setelah pertanyaan Bima, Ayu bahkan tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Bungkam seribu bahasa. Hanya kesunyian yang didapat Bima. Hatinya berkemelut hebat, penuh dengan tanda tanya melihat diamnya sang istri. Detak jantungnya terasa begitu cepat, apa kiranya kesalahnnya? Apa Ayu tak menyukai ajakanku?Pertanyaan begitu banyak melintas dopikirannya. Wajah cantik itu seperti menyembunyikan sesuatu yang tak mampu bibirnya mengungkapkannya."Apakah Adik masih keberatan untuk pindah ke rumah orang tua, Mas?" tanya Bima ragu, berusaha memecahkan kesunyian yang terjadi.Sekilas Ayu melirik ke arahnya. Lirikan yang penuh makna. Begitu mampu membuat Bima ragu. "Apapun yang membuatnya bahagia, akan kuturuti," batinnyaAyu menatap kembali wajah Bimq, "Adik sebenarnya takut, Mas," ucapnya sambil meremas ujung hijabnya."Kan ada, Mas. Kenapa meski takut? Apa yang membu

  • MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA   Bab 34. Apa yang dipikirkannya?

    MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 34.Bima yang masih memeluk istrinya, mencoba untuk memegang pipi lembut sang itu dengan penuh kasih sayang. Kebahagiaannya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. "Ya Allah, ijinkan aku untuk bisa selalu menjaga istriku sampai akhir hayatku," batinnya sambil mengelus pundak istrinya."Apa yang Mas lamunkan? Apa masih ada yang Mas sembunyikan lagi dari Adik?" tanya Ayu yang memecahkan pemikiran Bima."Tidak, Sayang. Tidak ada lagi yang Mas sembunyikan. Mas sayang banget sama Adik," ucapnya sambil memeluk kembali istrinya.Pelukan yang diberikan Bima terasa menyesakkan buat Ayu. Tubuhnya terasa remuk seketika. "Mas...! Kenapa peluk-peluk mulu, kan Adik jadi malu," ucapnya dengan manja.Mungkin saat ini, ada rasa kecewa di hati istrinya. Tapi, Bima harus bisa menerima apapun nantinya yang akan menjadi keputusan istrinya. Yang terpenting ia sudah berusaha mengatakan semua kenyataa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status