공유

MAS BUCIN, MILIKKU
MAS BUCIN, MILIKKU
작가: Echa Moira

1

작가: Echa Moira
last update 최신 업데이트: 2025-11-18 00:38:48

Sera Putri Aryatama. Nama yang indah, untuk seorang gadis yang biasa saja. 

Panggilannya Sera, mahasiswi tingkat akhir yang terbuai dengan arus perkuliahan. Bukannya fokus menyelesaikan tugas akhir, dia malah sibuk mengikuti lomba ilmiah. 

Seperti saat ini, semester 7 sudah berlangsung selama beberapa minggu. Beberapa teman Sera sudah mengajukan judul skripsi, bahkan ada yang sudah melakukan penelitian skripsi. 

Setiap hari, Sera selalu nongkrong di laboratorium. Termasuk di laboratorium tempat tim mereka menjalani lomba penelitian ilmiah. 

Selain itu, dia juga membimbing berbagai praktikum mata kuliah. Waktunya terkuras banyak sampai dia mengesampingkan tugas akhir.

"Besok mulai kumpul materi masing-masing ya. Saya sudah punya konsep slide," ucap Andra, ketua tim mereka. 

Tim mereka lolos ke tahap nasional, dan akan berangkat dua bulan lagi untuk mempresentasikan hasil riset selama ini. 

Minggu lalu, Andra sudah membagi topik untuk masing-masing anggota tim. Tepat setelah pengumuman keluar. 

Sera yang memang masih excited, sangat tekun mengumpulkan materi sesuai data penelitian mereka. Ini pengalaman pertama dia sampai ke tahap tertinggi dalam lomba. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional. 

"Bawa soft copy aja ya Kak, kertasku habis," ucap Sera, saat dirinya mengingat stok kertas di kos sudah menipis. 

Andra mendelik, sedikit kesal mendengar ucapan Sera. Dia sudah cukup pusing menatap layar laptop untuk menyusun slide dan mencari materi. Kacamatanya juga sudah sangat tebal, minus 14. 

"Ambil kertas bekas sisa praktikum," titah Andra, tidak ingin dibantah. 

Sera hanya bisa menghela nafas pasrah. Padahal tinta hitam printernya juga sudah menipis, mana harganya lumayan mahal. 

Aldi, adik kelas Sera yang juga anggota tim mereka hanya tertawa melihat wajah lesu Sera. Sangat hafal dengan sifat Sera yang kikir jika berkaitan dengan hal-hal yang dirasa mahal. 

"Sisa praktikum di lab sebelah masih banyak Kak, ambil aja," tawar Aldi, memberi informasi untuk membantu meringankan rasa kesal Sera. 

Aldi memang anak lab sebelah, dia juga asisten praktikum yang ikut mengelola sisa praktikumnya di lab itu. 

Sera mengangguk lemah, masih mengingat-ingat betapa banyak materi yang harus dia print. Jangan sampai kantongnya boncos, padahal jadwal kiriman bulanan masih lama. 

"Aldi nanti drop jadwal kuliah dan praktikum di grup," ucap Andra, mengalihkan topik tanpa peduli dengan keadaan. 

"Buat apa, Kak?" tanya Aldi.

Andra melirik sebentar, lalu kembali fokus ke layar laptopnya. 

"Saya mau atur jadwal pertemuan kita." 

Sera dan Aldi kembali sibuk dengan tugas mereka. Pengambilan ulang beberapa dokumentasi yang masih kurang bagus. 

Mereka memperagakan beberapa prosedur kerja agar gambarnya tampak lebih profesional untuk dilampirkan pada slide presentasi dan laporan akhir. 

"Ke lab bawah juga?" tanya Sera, sudah lelah berpose sok serius, padahal nyatanya tidak mengerjakan apa pun. 

"Iya kak, dokumentasi evap masih kurang bagus," jawab Aldi, membuka jas lab lalu turun ke lab di lantai bawah. 

Sera mengikut dengan lesu. Dia membuka jas lab, lalu mencari-cari sendal yang enak dipakai ke lab asing itu. Lab jurusan lain. 

Di tangan Sera, ada botol dan sampel penelitian mereka. Gadis itu berpura-pura mengisi wadah kaca pada alat evaporator. 

Aldi mengabadikan kegiatan tersebut, lalu mereka berganti peran. 

*

Lampu pada fotobioreaktor dibiarkan menyala, menjadi satu-satunya sumber pencahayaan dari ruang gelap itu. 

AC juga masih menyala, sesuai suhu yang telah diatur, menjaga agar suhu ruangan tetap stabil sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan mikroalga. 

Sera dan teman-temannya meninggalkan laboratorium saat malam sudah menjelang. 

Mereka berjalan kaki menuju luar gerbang kampus karena sudah tidak ada transportasi di dalam area kampus.  

Tidak terlalu banyak kegiatan hari ini, namun Sera merasa cukup lelah, karena otaknya dipaksa aktif berpikir berat lagi setelah rehat berminggu-minggu. 

*

Esok harinya. 

Laboratorium penuh. Tidak ada ruang untuk Sera nongkrong. Dia tak punya kelas lagi, jadi ke kampus seharusnya hanya untuk keperluan tugas akhir. 

Karena Andra juga sedang membimbing praktikum, Sera akhirnya turun ke lantai bawah. Dia duduk di gazebo belakang. 

Sembari membaca beberapa materi yang belum ia pahami, Sera melihat Ibu Kantin bolak-balik membawakan pesanan mahasiswa di gazebo. 

Dia tidak bisa fokus karena sapaan orang-orang. Bahkan adik-adik kelasnya juga sangat sopan, menyapa dengan formal. 

"Padahal bukan senior galak," gumam Sera pelan, jengah dengan semua keramahan itu. 

Dia sangat tidak suka duduk sendirian di tempat umum seperti ini, namun saat ini tak ada pilihan lain. 

Tidak berselang lama, seorang pria duduk di bawah gazebo yang sama dengan Sera. Pria itu duduk di sisi seberang, tidak ada sapaan apa pun. 

Sera tidak mengenalnya, dia juga sebenarnya tidak terlalu peduli, namun aroma parfum pria itu tercium sekilas, membuat Sera sedikit terusik. 

Dia melirik pria itu. Kemeja hitam tampak kontras dengan kulitnya yang putih. 

Kelihatannya pria itu cukup tinggi, tapi tubuhnya terlalu kurus menurut Sera. 

Belum lagi ransel besar di punggungnya, membuat pria itu terlihat semakin kurus, dan, sedikit rapuh? 

"Wangi bener" gumam Sera, dengan suara yang nyaris tak terdengar manusia lain. 

Dari belakang, Ibu Kantin mendekat ke arah gazebo Sera, membawa serta nampan andalannya. 

Segelas susu cokelat hangat disajikan, tepat di hadapan pria asing itu.

"Sera nggak jajan?" sapa Ibu Kantin, dengan senyum ramah yang khas. 

Sera menggeleng pelan, lalu berkata 

"Nggak Bu, baru sarapan." 

Ibu Kantin mengangguk pelan, bergegas kembali ke kantin yang terletak tidak begitu jauh dari gazebo itu. 

Area gazebo semakin ramai. Banyak mahasiswa mulai berdatangan karena hari sudah semakin siang. Sebagian wajah-wajah itu tampak lelah dan kusut. 

Sera sudah terbiasa melihat wajah tak karuan seperti itu. Kehidupan perkuliahan di fakultas mereka memang terbilang cukup sibuk. Minim waktu istirahat. 

Selain jadwal kuliah bersama dosen, ada juga jadwal praktikum bersama asisten di lab. Praktikum itulah yang paling banyak menyita waktu, karena mahasiswa harus melakukan analisis lanjutan dan membuat laporan praktikum atau laprak. 

Gazebo yang Sera tempati juga semakin padat, oleh orang-orang yang tak begitu dia kenal. 

Pria asing yang wangi itu menggeser duduknya, memberi ruang bagi pendatang. 

Awalnya, Sera tidak begitu terusik dengan hal itu. Biasa saja. 

Gazebo kan fasilitas umum di kampus, jadi siapa saja bisa duduk. 

Namun yang membuat Sera kesal, cara pria itu menjaga jarak seolah enggan _atau mungkin jijik_ berdekatan dengan Sera. 

Entahlah, Sera tak begitu mengerti kenapa dia merasa seperti itu. 

Akhirnya, Sera meninggalkan gazebo itu. Lebih baik dia duduk di emperan lab seperti bocah terlantar, dari pada harus menahan jengkel disini. 

Tak lupa, Sera melayangkan tatapan sinis pada pria menyebalkan itu. 

이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • MAS BUCIN, MILIKKU   8

    Hingga jadwal presentasi berikutnya, Sera tak pernah lagi bertemu Gana. Hanya beberapa kali melihat story pria itu di WhatsApp sejak ia menyimpan kontaknya. Sera juga tidak berani pura-pura melintas di area lab itu, yang belakangan ini diketahui Sera sebagai basecamp Gana dan kawan-kawan. Dari loby ada tangga yang langsung mengarahkan ke lantai 2, jalur yang biasa digunakan oleh Sera. Jadi, kalau bukan mau ke kantin atau ruang jurusan, Sera memang jarang turun ke lantai 1. Beberapa hari itu Sera agak uring-uringan, tidak terlalu bersemangat karena tidak bertemu pujaan hati. Sera juga tidak banyak diskusi dengan tim karena persiapan mereka sambil begadang itu sudah lebih dari cukup. Hanya sore ini mereka berkumpul sebentar, memantapkan latihan sebelum besok dicecar lagi. Sebelum diskusi, Sera harus meminjam pointer lagi. Tidak terlalu berharap ketemu Gana, karena story pria itu sedang menunjukkan lokasi di luar kota. Tapi yang namanya jodoh pasti ketemu, eh?"Sera" panggil Gana a

  • MAS BUCIN, MILIKKU   7

    Ibu Kantin datang lagi, kali ini membawa soto. Aromanya membuat Sera melirik, barulah saat itu dia sadar akan keberadaan Gana. Dia tidak sampai tersedak, tapi tiba-tiba kerongkongannya seret. Kerongkongan loh ya, bukan tenggorokan. Jalur makanan itu kerongkongan. Kalau tenggorokan itu jalur nafas, bermuara ke paru-paru, bukan lambung. Sera sedikit meringis menatap Gana. Sebenarnya dia ingat tentang modus nyender tadi, tapi sudah tidak ada muka untuk mengaku, jadi biarlah pura-pura tidak tahu. Karena ekspresi Sera seperti ingin ikut menikmati soto di mangkok Gana, pria itu menawarkan. Entah serius atau sekedar basa-basi, tapi diangguki oleh Sera. Gana mulai menyendokkan kuahnya ke piring Sera, hampir memindahkan isi soto juga, tapi dicegah oleh Sera. "Kuahnya aja" jawab Sera sambil nyengir. Setelah dirasa cukup, Sera menghentikan aksi Gana. Tak lupa Sera menyerahkan satu gorengan tempe favoritnya ke mangkok Gana. Barter ceritanya. Gana menahan senyum geli, namun tetap m

  • MAS BUCIN, MILIKKU   6

    Masih dua hari lagi sebelum jadwal latihan presentasi yang ketiga. Hari ini Sera masih bisa sedikit bersantai, besok dia baru tertekan lagi. Siang ini, Sera makan di kantin langganan bersama teman-teman. Masakannya memang tidak seenak kantin sebelah, tapi di sini porsinya jumbo banget, free air minum juga. Kalau sedang tidak punya bahan masakan, Sera memang tidak bawa bekal ke kampus, seperti hari ini.Saat menunggu pesanannya, Sera dan teman-teman duduk di kursi paling pojok. Hanya itu tempat kosong, itu pun mereka membersihkan sendiri bekas makanan orang yang duduk disana sebelumnya. Kantin sedang ramai, pesanan mereka pasti yang terakhir dilayani. Mereka sudah bestie dengan Ibu Kantin, mereka juga sudah konfirmasi kalau masih santai, tidak terburu-buru, tidak ada jadwal kelas atau praktikum siang ini.Ibu Kantin tentu senang, bisa mendahulukan anak-anak lain yang berburu waktu untuk sekedar makan siang. Nanti Sera dan kawan-kawan pasti dikasih gorengan gratis sebagai apresiasi

  • MAS BUCIN, MILIKKU   5

    Setelah selesai dengan setorannya, Sera kembali bergegas mengambil baju lab dan bergabung dalam praktikum. Sera memeriksa buku respon. Keningnya mengernyit sesekali saat melihat jawaban ngawur dari praktikannya. Ting. Ponsel Sera lupa dibisukan. Ia terkekeh malu, mengucap maaf dan segera mengambil ponsel itu untuk dicekik agar tidak bersuara. Tapi notifikasi di layar lebih dulu menarik perhatian Sera. Ada pesan baru. Berisi permintaan maaf. Dari doi. Sera menggigit bibirnya menahan senyum salah tingkah. Ia merosot ke kolong meja agar ekspresinya tidak jadi tontonan adik-adik yang sedang fokus mendengar penjelasan asisten lain tentang praktikum yang akan mereka laksanakan. Hatinya membuncah, perutnya geli-geli seperti ada kecoa yang merayap. Bukan kupu-kupu, karena sangat jarang ada kupu-kupu mau merayap di perut. +628xxxx ~ Maaf Cuma satu kata, empat huruf, tapi mampu mengguncang kewarasan Sera. Rasanya seperti mendapat permintaan maaf dari pacar. Sera bertingkah malu-maluin, b

  • MAS BUCIN, MILIKKU   4

    Tiga wiper dikerahkan untuk membersihkan area kos Sera. Penghuni lantai atas ada yang lupa menutup kran, membuat airnya tumpah-tumpah sampai ke lantai 1. Beruntung kamar Sera tidak ikut banjir, karena berada paling ujung. "Kalau airnya masuk kamarku, aku nangis bu" ucap Sera pada Ibu Kos yang sedang mengangkut sisa-sisa kertas yang melempem, terbawa air. "Jelas, Ra. Kasurmu kan tidak pakai dipan, harus mengungsi kalau sempat kebanjiran" ucap Rima, tetangga kos Sera yang ikut menarik wiper di sampingnya, menguras sisa air dari lantai teras mereka. Ibu Kos meletakkan kembali keranjang sampah di area lantai yang sudah kering. "Sudah berapa kali ibu peringatkan di grup, kalau tower lagi kosong, ingat tutup kran" omel Ibu Kos, melampiaskan unek-uneknya. Rima yang terlebih dahulu selesai, menyandarkan wiper di dinding. Gadis itu mendekat ke arah Ibu Kos. "Emang di lantai atas banyak yang bebal, nggak mikir pake otak" kesalnya. Kamar Rima juga terdampak karena banjir kiriman sore itu

  • MAS BUCIN, MILIKKU   3

    Hanya ada 2 tim dari kampus Sera yang lolos hingga tahap Pekan Ilmiah Nasional. Persiapan demi persiapan kerap dimaksimalkan untuk ambisi menyabet medali emas, terlebih oleh Andra si perfeksionis. Setelah hampir sebulan berkutat secara mandiri, akhirnya kampus memfasilitasi langsung persiapan mereka. Masing-masing tim digembleng agar tampil prima membawakan presentasi dan poster ilmiah. Pelatihan kedua tim itu cukup intensif dilakukan, mengingat jadwal presentasi yang tak lama lagi. Mereka dilatih langsung oleh dosen-dosen yang mumpuni di bidangnya, termasuk beberapa profesor yang juga turut sebagai juri pada lomba tingkat nasional itu. Disanalah, Sera bertemu seseorang yang tanpa permisi menarik atensinya. Ketua tim sebelah. Gana Abimanyu namanya. Entahlah, Sera tak bisa mendeskripsikannya. Dia cuma ingin mengikuti ritme yang ada, belum berani menunjukkan ketertarikannya. Tapi semua itu tak akan bertahan lama, Sera bukan tipe gadis yang bisa menyembunyikan sesuatu, ekspresi wa

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status