Share

BAB 3 KABUR

Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!'

Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang.

Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut gempar.

Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di dinding. Setelah yakin semuanya cukup kuat, Anelies segera keluar dari jendela. Dia harus bisa meskipun takut dan tidak tahu tehnik memanjat dinding.

Tangan Anelies berpegang kuat pada tali kemudian kakinya mulai turun pelan-pelan dengan posisi menjejak dinding. Tali yang Anelies buat dari lilitan tirai itu seketika menegang dalam genggamannya yang gemetar. Anelies terus berdoa tanpa berani melihat ke bawah, dia hanya terus melangkah turun pelan-pelan dengan menjejak dinding dan tetap berpegangan pada tali sambil menjaga dirinya agar tenang. Selain bisa mati karena jatuh, Anelies juga akan tetap mati dipancung jika sampai ketahuan kabur setelah membunuh Tuan Husain.

Entah keajaiban apa yang membuat Anelies akhirnya berhasil menginjak tanah. Anelies buru-buru melepas ikatan di pinggangnya dan memakai hoodie hitamnya untuk bersembunyi di pagar tanaman. Rumah itu sangat besar dengan halaman luas serta pagar tinggi yang dijaga banyak pengawal.

Anelies tetap merunduk di bawah pagar tanaman karena tidak mau tertangkap kamera CCTV yang bisa ada di mana-mana. Anelies merangkak di tanah sampai mendekati barisan mobil yang berjejer di dekat pintu gerbang.

Sepertinya mobil-mobil tersebut sedang antri akan keluar. Anelies mengendap-endap mendekati salah satu mobil yang pintu pengemudinya sedang terbuka karena ditinggal keluar membantu penumpang di depan. Mereka terlihat memasukkan barang yang berat ke dalam jok belakang.

Anelies buru-buru membuka bagasi dan memasukkan tubuhnya. Setelah hampir lima menit meringkuk di dalam bagasi, akhirnya anelies merasakan mobil tersebut mulai berjalan. Seharusnya Anelies bisa selamat jika berhasil keluar dari rumah tersebut tanpa tertangkap kamera.

Tubuh Anelies mulai bergoncang-goncang karena mobil yang membawanya sedang melalui jalanan yang tidak rata, semacam jalan tanah atau jalan aspal yang memang sudah sangat rusak. Anelies tidak tahu mobil tersebut akan membawanya ke mana. Semakin jauh perjalananya akan semakin jauh pula Anelies bisa kabur.

Akhirnya mobil yang membawa Anelies berhenti. Anelies menunggu beberapa saat hingga lingkungan kembali sunyi. Anelies tidak berani langsung keluar, dia mengintip dulu sedikit untuk memantau situasinya benar-benar aman baru lah dia keluar dengan cepat dan berlari kabur. Mobil-mobil itu tadi berhenti di halaman gudang tua, entah untuk apa karena Anelies tidak sempat berpikir.

Anelies berlari ke arah jalan raya yang jaraknya sekitar seratusan meter. Anelies bisa melihat lampu-lampu kendaraan yang ramai dari kejauhan. Anelies berlari sekencang mungkin agar tidak tertangkap, atau paling tidak dia bisa berteriak minta pertolongan jika sudah berada di tempat ramai.

Anelies terus berlari memakai hoodie hitamnya dalam gelap. Jantung Anelies masih berdebar-debar tapi seharusnya dia sudah berhasil kabur dari satu bencana. Anelies sudah sampai di trotoar dengan napas tersengal-sengal ketika mengunjal udara dan menumpukan tangan ke lutut. Dia lelah tapi sama sekali tidak tahu sedang berada di mana. Anelies coba mencari taman agar bisa duduk beristirahat, kakinya sudah lemas.

Akhirnya Anelies menemukan taman tidak jauh dari perempatan jalan, dia segera menghampiri tempat duduk yang kosong. Anelies duduk meringkuk memeluk tubuhnya sambil masih memkai tudung kepala hitam. Mungkin karena sangking lelahnya Anelies sampai tidak sadar jika ketiduran.

Hari sudah terang benderang ketika Anelies kembali terbangun dengan kaget. Sepertinya Anelies terbangun oleh rasa lapar yang melilit lambung. Untung Anelies segera ingat dengan uang jatah taksi yang diberikan Antonio. Anelies buru-buru memeriksa kantong celana jeansnya dan masih sangat beruntung.

Ada banyak penjual makanan di sekitar jalan taman. Anelies membeli burger di pinggir jalan dan memakannya dengan nikmat sambil lanjut menelusuri trotoar tanpa tujuan.

Anelies baru menghabiskan setengah dari roti burgernya saat tiba-tiba disergap dari belakang dan diseret masuk ke dalam mobil berkaca gelap. Anelies sempat berontak sebentar sebelum akhirnya lemas pingsan.

"Kami sudah mendapatkannya, Tuan Muda!" kata pria yang duduk di samping supir sambil menempelkan ponsel ke telinganya.

"Bawa dia padaku!" perintah suara dari seberang telepon.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
~kho~
bikin deg2 an...emang paling bisa kak jemyadam bwt cerita...fiuuhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status