Share

MEETING YOU
MEETING YOU
Penulis: Queen yu

KEPUTUSAN.

Jakarta, 18 Juni 2021.

~ Mungkin dengan menghilang, akan membuat hidupmu menjadi lebih bahagia. ~

Sore Hari, pukul 18.00 WIB.

Seorang gadis tengah menunggu kedatangan pria yang sangat ia cintai di sebuah taman. Mereka sudah menjalin hubungan 6 tahun lamanya. Mereka mulai menjalin hubungan sejak sekolah menengah atas, hingga mereka lulus dari Universitas yang sama.

Hap

Tiba-tiba ada dua tangan melingkar di leher gadis tersebut.

"Udah lama nungguin aku?" Tanya sang kekasih.

"Lumayan udah dua puluh menit, Sayang." balas Nafeesa.

Gadis cantik tersebut bernama Nafeesa Adriana, ia berumur 22 tahun. Lulusan Universitas ekonomi yang ada di Ibukota Jakarta. Nafeesa dibesarkan dari panti asuhan 'Permata Bunda'. Sejak lulus sekolah menengah atas, Nafeesa memilih untuk mandiri. Karena ia merasa tidak enak pada ibu panti yang selalu membiayai sekolahnya.

"Maaf ya, tadi Papa aku ngajakin ke kantor. Bentar lagi, aku bakal kerja di kantor Papa. Jadi aku harus liat keadaan kantor, terus tadi juga ketemu rekan kerja, Papa." jelas Dareen.

Dareen Lucy Winarta, anak bungsu dari keluarga Winarta. Ia berumur 23 tahun, dan sudah akan menjabat sebagai Direktur utama di perusahaan keluarga Winarta. Dareen memiliki Kakak laki-laki bernama, Zay Lucy Winarta. Jarak umur mereka tidak terlalu jauh, Zay berumur 27 tahun dan sudah memiliki istri. Keluarga Winarta adalah keluarga terpandang, dan disegani banyak orang.

"Oh gitu, yaudah sini duduk..." ajak Nafeesa.

Dareen melepaskan kedua tangannya dan duduk dihadapan, Nafeesa. Ia sangat mencintai dan menyayangi gadis yang sudah setia menemaninya dari nol. Perjuangan Dareen untuk mendapat kepercayaan ayahnya sangat sulit. Akhirnya saat ia sudah menjadi sarjana, Ayah Dareen langsung memberi jabatan Direktur utama pada pria tersebut.

"Nanti nginep ya," ucap Dareen dengan lembut.

"Gapapa nih? Nanti jadi gosip lagi..." balas Nafeesa.

"Gapapa, gak ada yang tau apartemen aku kok sayang. Nginep ya, besok gak bisa ketemu sama kamu loh. Aku harus kerja cari duit buat bisa nikahin kamu..." jelas Dareen.

Nafeesa menatap kekasihnya dan langsung menganggukkan kepalanya pertanda setuju. Dareen langsung menyunggingkan senyum manisnya, kemudian memeluk Nafeesa dengan sangat erat.

"Langsung ke apartemen ya, aku udah capek banget..." ujar Dareen dengan semangat.

Nafeesa kembali mengangguk dan mereka pun melangkahkan kaki menuju tempat parkiran. Sepasang kekasih tersebut tak pernah melepaskan genggaman tangan mereka. Bahkan Dareen menyetir hanya dengan satu tangan saja, karena saking tidak maunya melepas tangan sang kekasih hati.

Setelah beberapa menit berada di perjalanan menuju apartemen, akhirnya mereka sampai di basement apartemen. Dareen turun lebih dulu dan membuka 'kan pintu untuk, Nafeesa.

"Makasih," ucap Nafeesa dengan lembut.

"Sama-sama sayang," balas Dareen yang tak kalah lembut.

Nafeesa tersenyum dan Dareen kembali menggenggam tangan, Nafeesa. Sepasang kekasih itu langsung melangkahkan kaki masuk ke dalam unit apartemen. Saat sudah berada di dalam apartemen, Dareen langsung memeluk tubuh Nafeesa dari belakang.

"Aku boleh minta itu gak?" Tanya Dareen dengan suara seraknya.

Nafeesa langsung menegang saat mendengar pertanyaan, Dareen. Pria itu meletakkan dagunya, di bahu Nafeesa sambil menunggu balasan dari kekasihnya.

"Kalau aku hamil gimana?" Tanya Nafeesa yang polos.

"Aku bakal tanggung jawab kok, kalau kita udah lakuin ini pasti kedua orang tuaku langsung restui kita..." balas Dareen.

"Kamu yakin?" Tanta Nafeesa.

Dareen mengangguk sambil mencium pipi kekasihnya. Nafeesa pun menghela napasnya dengan pelan, dan menganggukkan kepalanya pertanda setuju. Mereka pun melakukan hubungan yang tak seharusnya dilakukan.

.

Dua minggu berlalu,

"Wajah lo kok pucat, Sa?" Tanya Bilqis teman serumah Nafeesa.

"Gue gak tau, beberapa hari ini kepala gue sakit. Terus bawaannya mual terus..." balas Nafeesa dengan lemas.

"Wah, kita ke dokter yuk. Takutnya lo kenapa-napa lagi," sambung Bilqis.

"Udah gue gapapa, buang-buang duit aja kalau harus ke dokter. Paling gue cuma masuk angin..." jelas Nafeesa.

"Yakin?"

"Yakin banget," balas Nafeesa.

"Yaudah istirahat gih, siapa tau badan lo segeran pas bangun..." ujar Bilqis.

Nafeesa menganggukkan kepalanya dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Gadis itu menatap ponsel-nya yang terletak di atas meja, menunggu kabar dari Dareen yang selama seminggu tidak menghubunginya.

"Dia kemana ya?" Gumam Nafeesa.

Karena kepalanya semakin pusing, Nafeesa memilih untuk tidur. Namun, saat ia akan menuju alam mimpi tiba-tiba saja perutnya terasa sangat mual. Nafeesa langsung berlari kearah kamar mandi, kemudian memuntahkan cairan bening di wastafel. Bilqis yang mendengar temannya muntah, langsung menyusul Nafeesa yang berada di dalam kamar mandi.

"Feesa, mending kita ke dokter. Gue takut lo kenapa-napa, please jangan nolak..." ajak Bilqis yang sudah khawatir pada Nafeesa.

Gadis itu hanya pasrah dan melangkahkan kaki keluar dari rumah dengan bantuan, Bilqis. Mereka masuk ke dalam mobil Bilqis, dan menuju rumah sakit. Saat tiba di rumah sakit, Nafeesa langsung diperiksa oleh dokter.

"Selamat ya anda hamil," ucap dokter.

Nafeesa dan Bilqis langsung menegang saat mendengar ucapan dokter. Bilqis menatap temannya dan langsung membawa Nafeesa keluar dari rumah sakit, setelah membayar biaya pemeriksaan.

"Siapa bapaknya?" Tanya Bilqis pada sahabatnya.

Nafeesa menatap Bilqis. "Dareen." balas Nafeesa.

"Kita ke rumah Dareen sekarang, minta pertanggung jawabannya. Lo telepon tuh cowok, sekarang!" Tegas Bilqis.

Nafeesa menundukkan kepalanya, "nomornya gak aktif sejak seminggu yang lalu..." sambung Nafeesa.

Bilqis mengepal tangannya dan langsung menarik tangan Nafeesa untuk masuk ke dalam mobil. Bilqis menghidupkan mobil, dan menuju rumah keluarga Winarta.

.

"Apa?! Kamu hamil anak Dareen?! Jangan mimpi kamu!" bentak Tuan Beni Lucy Winarta - ayah dari Dareen.

"Sumpah om, saya hamil anak Dareen..." balas Nafeesa.

PLAK!

Satu tamparan mendarat ke wajah, Nafeesa. Bilqis langsung keluar dari dalam mobil dan mendorong Nyonya Riska Diyanti Winarta - ibu dari Dareen.

"Jangan ngaku-ngaku kamu, mana mau anak saya hamilin cewek kampungan kaya kamu.." tegas Nyonya Riska.

"Heh! Enak aja anda bilang temen saya kampungan, anda yang kampungan! Anak kalian berdua harus tanggung jawab, dia sudah berbuat dia yang harus bertanggung jawab." tegas Bilqis.

"Gak akan! Pergi kamu, besok Dareen akan bertunangan dengan gadis yang kami pilihkan dan satu lagi selama seminggu ini Dareen tengah bersama calon tunangannya yang lebih sempurna darimu, jadi jangan berharap bisa mendapatkan Dareen anak bungsu dari keluarga Winarta..." sambung Nyonya Riska.

Nafeesa langsung membeku saat mendengar ucapan Nyonya Riska. Bilqis mengepal kedua tangannya, dan saat akan menampar wajah Nyonya Riska. Tuan Beni memperlihatkan foto Dareen sedang bersama seorang gadis, yang tengah fitting baju tunangan.

"Kita pulang," ajak Nafeesa dengan hati yang sudah sangat hancur.

"Tap--,"

"Aku akan pergi dari kehidupan Dareen, karena dia berhak bahagia dengan gadis yang bisa membuatnya bahagia dan gadis pilihan kedua orang tuanya..." jelas Nafeesa.

"Lo gila? Lo hamil anak dia, Feesa! Dia harus tanggung jawab, berat membesarkan anak seorang diri..." jawab Bilqis.

"Kalau itu benar anak Dareen, mending kamu gugur 'kan saja. Karena dia hanya akan menjadi aib jika dilahirkan olehmu," ketus Tuan Beni.

"Mulu-,"

Byurr!

Ucapan Bilqis terpotong saat Nyonya Riska menyiram mereka dengan menggunakan air bekas pel. Bilqis semakin murka, dan menatap tajam Nyonya Riska.

"Pergi dari rumah ini! Kalian hanya mengotori lantai rumah keluarga Winarta saja! Kamu mau cita-cita Dareen yang ingin jadi direktur harus dibatalkan?! Kalau tidak mau, kalian pergi dari rumah ini!" Bentak Nyonya Riska.

Nafeesa hanya menundukkan kepalanya sambil memegang tangan, Bilqis. "Saya akan pergi, tapi saya mohon jangan membatalkan jabatan Direktur untuk Dareen..." ucap Nafeesa dengan nada bergetar.

Kedua orang tua Dareen tersenyum miring, mendengar keputusan Nafeesa, sedangkan kakak laki-laki Dareen sudah berusaha menghubungi adiknya.

"Angkat bego, sebelum lo nyesel..." gumam Zay.

Namun, tetap tidak ada respon dari Dareen. Zay sudah menyerah dan menatap Nafeesa yang sudah menangis di depan rumah.

"Kita pulang aja," ucap Nafeesa sambil menahan tangisnya.

"Oke, kalau itu mau lo..." balas Bilqis.

Nafeesa langsung menarik pelan tangan temannya. Mereka pun masuk ke dalam mobil, meninggalkan halaman rumah keluarga Winarta. Zay yang melihatnya menjadi geram, kenapa kedua orang tuanya selalu menganggu kehidupan pribadi Zay dan Dareen. Apa tidak cukup dia menghancurkan kehidupan Zay yang harus berpisah dari gadis yang ia cintai, karena perjodohan omong kosong kedua orang tuanya.

"Mas, kenapa?" Tanya seorang gadis cantik yang tengah memegang bahu Zay.

Pria itu terkejut dan langsung memasang wajah datar saat melihat gadis pilihan kedua orang taunya.

"Bukan urusanmu." balas Zay yang langsung melangkah 'kan kakinya masuk ke dalam kamar.

.

Di dalam mobil.

Bilqis mencengkeram kuat stir mobil-nya, sedangkan Nafeesa hanya diam sambil menunduk'kan kepalanya.

"Aku mau pergi dari Jakarta..." ucap Nafeesa.

Bilqis yang mendengarnya langsung, terkejut dan menginjak pedal rem mobil-nya. "Mau kemana? Tetap di Jakarta aja, gue gak bakal biarin lo sendirian membesarkan bayi lo..." jelas Bilqis.

"Gue mau ke Semarang. Gue gak bisa tinggal di Jakarta lagi, gue gak bisa..." isak tangis Nafeesa.

Air matanya berhasil membasahi wajahnya, padahal Nafeesa sudah susah payah menahan air matanya. Bilqis memeluk tubuh temannya, walau mereka baru 1 tahun berteman. Namun, Bilqis sudah menganggap Nafeesa itu sebagai keluarganya.

"Gue ikut," ujar Bilqis.

Nafeesa menggelengkan kepalanya, "lo tetap disini, lo kan kerja.." balas Nafeesa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gak! Gue ikut, masalah kerjaan gampang mah. Gue pengen nemenin lo dan bantu menjaga anak yang lo kandung. Walau bapaknya gak tau kalau ada janin yang tumbuh di rahim lo. Yang sabar ya, gue sumpahin kena karma tuh semua keluarga mereka. Terus nyesel, gara-gara nyuruh lo gugurin kandungan..." sambung Bilqis dengan tegas.

"Yaudah, gue mau jemput adek gue di panti asuhan dulu. Gue gak bakal ninggalin dia, karena dia cuma punya gue di dunia ini..." jelas Nafeesa.

Bilqis mengangguk dan kembali menghidupkan mobil-nya. Mereka menuju ke panti asuhan menjemput adik semata wayang, Nafeesa. Keputusan Nafeesa sudah bulat untuk meninggalkan ibukota Jakarta dan meninggalkan cintanya. Walaupun berat, namun ia harus bisa menjalaninya. Karena ia yakin, ia bisa melewati semua masalah yang sudah menimpanya.

Ia akan melahirkan bayi yang tidak bersalah ini. Ia akan membesarkan dan mendidik anaknya seorang diri tanpa sosok seorang ayah. Ia akan mempertaruhkan nyawa untuk anak yang ada di dalam kandungan saat ini. Anak ini tidak bersalah, jadi dia berhak lahir dan bahagia di dunia ini. [.]

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Suwati van Rooij
ceritanya mengalir dan mudah diikuti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status