Setelah menabrak pria tua, Nathan langsung membersihkan baju pria tua itu. Ia membersihkan dengan menggunakan tisu basah, agar bersih. Pria tua itu terus saja mengukir senyum di bibirnya. "Kamu tampan," ujar pria tua tersebut. Nathan hanya diam dan fokus membersihkan baju kemeja yang dikenakan, pria tua tersebut. Tiba-tiba ada seorang wanita tua menghampiri mereka bedua. "Daddy, kenapa lama sekali?" Tanya wanita tua yang berstatus istrinya. "Maaf Sukma, tadi anak tampan ini tidak sengaja menabrak ku. Katanya dia akan membersihkan bajuku yang terkena es krim..." balas pria tua itu. Nyonya Sukma, nenek dari Dareen dan Zay langsung menatap Nathan dengan tatapan berbinar. Ia berjongkok mensejajarkan dirinya dengan tinggi, Nathan. "Apa-apaan kamu Teguh, bajumu bisa saja dicuci. Sayang, biarkan saja baju orang tua ini kotor. Toh, nanti bisa dicuci saat tiba di rumah." ujar Nyonya Sukma. Nathan hanya diam dan tetap membersihkan baju, Tuan Teguh. Nyonya Sukma menatap suaminya dan mencub
Alia tidur di pelukkan Dareen, sedangkan Zay memilih untuk keluar kamar adiknya. Ia berjalan ke arah dapur, untuk mengambil minuman karena ia haus. Terlihat di ruang tamu sudah ada Mira dan suaminya, tak lupa wanita cabe yaitu Nana sudah duduk di samping Nyonya Riska dengan penampilannya, bisa dibilang mirip jalang. "Zay! Kesini." teriak Nyonya Riska. Zay menghela napasnya dengan kasar dan berjalan ke arah ruang tamu. Ingin menghindari, malah di panggil oleh Nyonya Riska. Zay kesal, bersiaplah agar kupingnya tidak panas dan semoga Tuhan memberikan ia kesabaran yang banyak. "Iya, Ma." balas Zay. "Kenapa kedua gadis itu bisa bekerja sama di perusahaan kita? Dan kenapa mereka bisa menanam saham di perusahan, Winarta?" Tanya Nyonya Riska. "Zay gak tau, Ma. Zay aja baru tau waktu pertemuan, tanya aja langsung sama mereka.." balas Zay sambil memasang wajah memelas. "Tidak akan, Mama tidak sudi berbicara dengan mereka berdua. Mama bisa simpulkan, selama mereka pergi dari kehidupan kalia
Dareen menggendong Nathan dan membawa anak laki-laki itu keluar dari toko baju. Nafeesa menggandeng tangan Alia dan Bilqis mengikuti Dareen yang sudah berada di luar cafe. Nyonya Riska mengepal tangannya dan menyusul Nana yang sudah keluar dari mall. "Biar aku aja yang menggendong, Nathan." ucap Nafeesa. "Gak, biar Mas saja. Dia berat sekali loh ini," jawab Dareen. Alia menatap Nafeesa dan tersenyum ke arah Nafeesa. "Tante makan yuk, Alia lapel." ujar Alia. Nafeesa mengelus pipi Alia dengan hangat, "Tante harus pulang sayang, adik tante lagi nungguin di rumah..." balas Nafeesa. "Yah, padahal Alia mau makan baleng si ganteng..." sambungnya sambil cemberut. Nathan meminta untuk turun dari gendongan, Dareen. Ia mendekati Nafeesa sambil memegang tangan sang ibu. "Nathan lapar, Bunda. Ayo makan, bibi Bilqis juga ikut, semuanya aja ikut..." ucap Nathan. Nafeesa menatap Bilqis, dan yang ditatap menganggukkan kepalanya. "Yaudah ayo." keputusan Nafeesa. Dareen tersenyum bahagia, ia meng
Malam hari, pukul 18.05 WIB. Bilqis tengah berada di dalam kamar, sambil memilih baju yang akan dikenakannya saat bertemu dengan pria yang ia cintai. Sesuai pesan yang ia kirim ke Zay. Pria itu langsung membalas pesan tersebut dan mengajak Bilqis makan malam pada malam ini. Bilqis menatap bajunya dan kebingungan memilih baju, agar malam ini ia terlihat cantik di mata, Zay. "Dih, gak ada yang bagus bajunya. Ngeselin banget sih," gerutu Bilqis yang mendegus kesal. Tok Tok Suara ketukan pintu membuat Bilqis langsung membuka pintu kamar miliknya. Terlihat Nafeesa tengah berdiri di depan pintu sambil memegang dress berwarna dongker. Nafeesa masuk ke dalam kamar, dan meletakkan baju tersebut di atas kasur. "Pakai baju ini aja, tadi gue pesan khusus buat lo yang bakal jadi pacar orang..." ujar Nafeesa sambil terkekeh pelan. Bilqis menatap sahabatnya dan langsung memeluk Nafeesa dengan erat. "Makasih banget, bajunya bagus njir. Lo emang malaikat penyelamat gue," balas Bilqis. Nafeesa h
Pagi ini Fatih berangkat ke Semarang seorang diri. Ia berpamitan pada Nafeesa, Bilqis dan Nathan. "Hati-hati di jalan, kalau udah sampai jangan lupa kasih kabar. Jaga kesehatan selama di Semarang. Jangan sampai sakit, soalnya Kakak nggak ada di samping kamu," ujar Nafeesa. "Pasti, Kak. Fatih akan berhati-hati di jalan dan akan menjaga kesehatan. Kakak tenang saja dan tidak perlu khawatir. Fatih bisa menjaga diri." balas Fatih sambil memeluk erat kakaknya. Nafeesa mengusap lembut punggung adiknya. Entah kenapa, sedari dulu dia akan merasa sedih jika berjauhan dengan adiknya. Nafeesa sudah menganggap adiknya ini sebagai anaknya sendiri, karena di sudah membesar dan merawat Fatih dengan sangat baik. Pelukan mereka terlepas dan Fatih langsung memeluk sahabat dari kakaknya. "Selamat udah balikan lagi, jangan lupa traktir nya. Happy selalu, jangan sedih-sedih lagi..." Ujar Fatih. "Geblek ni anak, udah gue traktir semalam bego. Gue gak bakal sedih lagi, Lo tenang aja. Hati-hati selama di
Setelah berada di kantor, Nafeesa membawa Nathan masuk ke dalam ruang kerjanya. Nathan duduk di sofa dan langsung berbaring, karena sekarang jam tidur siangnya. Sebelum tiba di kantor, Nafeesa sudah membawa anaknya untuk makan siang. "Selamat tidur jagoan, Bunda." ucap Nafeesa sambil mengecup pipi anaknya. Nathan mengangguk dan menutup kedua matanya. Beberapa detik kemudian, ia pun sudah menuju alam mimpi. Nafeesa yang melihatnya hanya tersenyum dan menyelimuti anaknya dengan selimut yang ia bawa tadi dari rumah. Wanita itu duduk di kursi kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Ceklek! Bilqis masuk ke dalam ruangan sambil membawa beberapa berkas. Gadis itu duduk dihadapan Nafeesa dan meletakkan beberapa berkas ke meja kerja sahabatnya. "Kita harus ke rumah keluarga Winarta, ternyata Tuan Beni membuat acara pertemuan di rumah nya. Astaga gue males banget tau gak," jelas Bilqis. "Males, tapi sekali liat Zay langsung gak mau pulang." jawab Nafeesa sambil menatap
Setelah selesai makan di rumah Nafeesa dan merasa tubuhnya mulai enak 'kan. Dareen langsung pamit untuk pulang ke rumah. Karena ia harus bersiap-siap untuk acara nanti malam. "Makasih atas makanannya," ujar Dareen. "Sama-sama," balas Nafeesa. "Salam buat Nathan dan nanti ketemu lagi di rumah ya," sambung Dareen. "Iya," balas Nafeesa. "Aku pulang," sahut Dareen berjalan ke arah mobil-nya. "Hati-hati di jalan," ujar Nafeesa sambil melambaikan tangannya. Dareen tersenyum dan membalas lambaian tangan tersebut. Pria itu menjadi sendu, andai saja kedua orang tuanya tidak memisahkan mereka berdua. Pasti Dareen dan Nafeesa sudah menikah, hidup bahagia dengan keluarga kecil mereka. Nafeesa menatap Dareen yang terlihat sedih, langsung menghampiri pria tersebut. Ia memegang bahu Dareen, dan refleks pria itu memeluk tubuh kecil Nafeesa. "Aku kangen, aku pengen kita seperti dulu lagi," ujar Dareen. Nafeesa mengusap punggung, Dareen. "Kita ikuti alur cerita sang maha kuasa berikan, Mas. Jik
Setelah acara pertemuan itu selesai, Tuan Teguh menahan Nafeesa dan Bilqis agar tidak pulang. Semua orang sudah berkumpul di ruang keluarga. Nafeesa dan Bilqis hanya diam berdiri di hadapan keluarga Winarta. Mereka seperti penjahat yang terciduk warga. Nathan dan Alia tengah berada di dalam kamar tamu bersama, Mira. "Feesa, apa kamu ibu dari Nathan?" Tanya Tuan Teguh. Nafeesa hanya diam, dan lidahnya sangat kaku saat akan berkata jujur pada pria tua yang ada di hadapannya. Dareen dan Zay mulai gelisah, karena takut kedua wanita itu akan dihina oleh keluarga mereka. Nana dan Nyonya Riska hanya diam sambil menahan emosinya, melihat kedua wanita yang mereka benci. "Jawab, Feesa. Jangan takut," ujar Nyonya Sukma sambil mengusap punggung Nafeesa. "Iya, Nathan adalah anak saya, Tuan," balas Nafeesa. Tuan Teguh tersenyum dan menatap istrinya yang berada di samping, Nafeesa. Ia menghela napas dengan pelan, kemudian menatap Nafeesa dan Bilqis secara bersamaan. "Ayah anakmu itu, Dareen 'ka