Pagi hari pukul 07.00 WIB. Hari ini Dareen dan Nathan diperbolehkan untuk pulang. Tuan Teguh dan yang lain sudah menunggu di depan ruangan. Dareen dan Zay keluar dari ruangan, disusul oleh Nafeesa dan Bilqis. "Udah?" Tanya Tuan Beni. "Udah, Pa," balas Dareen. "Yaudah yuk pulang," ajak Nyonya Riska. Dareen mengangguk, ia membalikkan badannya dan menatap Nafeesa. "Kamu bareng aku?" Tanya Dareen. "Bilqis bawa mobil kok, jadi kami pakai mobil sendiri aja," balas Nafeesa sambil menampilkan senyuman manisnya."Iiihh kok kamu ngajak dia sih, mending pulang aja sekarang yuk. Gak ada kerjaan banget ngajakin mereka, toh nanti om-om mereka yang bakal jemput," sahut Nana. Bilqis dan Nafeesa hanya menahan amarah mereka. Kemudian berpamitan dengan Tuan Teguh dan Nyonya Sukma. Nathan mencium tangan Dareen dan Zay secara bergantian. Kemudian, mencium tangan Tuan Teguh dan Nyonya Sukma. Kemudian mereka pergi lebih dulu keluar dari rumah sakit. Dareen dan yang lainnya hanya bisa menatap kepergian
Pagi ini, Nathan sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ia tengah duduk di ruang makan, sambil menunggu sarapan pagi yang dibuatkan oleh ibunya. Selang beberapa detik, Nafeesa datang dengan membawa nasi goreng buatannya. Bilqis menuruni anak tangga, menuju ruang makan untuk ikut sarapan bersama Nafeesa dan Nathan. "Wih nasi goreng nih?" Tanya Bilqis. "Yoi, nanti pulang kerja gue mau belanja ke supermarket. Soalnya bahan makanan udah pada habis semua," balas Nafeesa. "Mau gue temenin gak? Soalnya gue nanti gak ada meeting, paling cuma tanda tangan beberapa berkas aja," sahut Bilqis sambil mengunyah nasi gorengnya. "Enggak perlu, gue sama Nathan aja," Jawab Nafeesa. "Eh, Nathan sama gue. Soalnya, Zay suruh ajak Nathan pergi bareng kita berdua. Jadi lo gapapa sendirian 'kan?" Tanya BilqisNafeesa menatap anaknya yang tengah makan dengan lahap, kemudian menatap sahabatnya yang tengah menatapnya. "Ya udah, nanti jemput aja Nathan pulang," balas Nafeesa. Bilqis mengangguk dan melan
Setelah menenangkan Alia, Dareen membawa Nathan masuk ke dalam mobil. Disusul oleh Zay dan Bilqis. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil dan menjauh dari sekolah, Nathan. Di dalam mobil, Nathan hanya diam sambil menatap ke luar jendela mobil. "Ponakan Aunty terbaik, hajar aja tuh orang yang mau nyakitin cewek," ujar Bilqis menatap keponakan dari kaca spion. "Sayang, jangan gitu," sahut Zay.Bilqis langsung diam, dan menatap keluar jendela mobil. Sedangkan Dareen, sedari tadi hanya menatap putranya. "Nathan, coba liat Ayah sayang," ucap Dareen dengan lembut. Nathan menatap Dareen dengan tatapan polos miliknya. Pria tampan itu mengusap surai lembut anaknya, dan Nathan hanya diam menikmati elusan dari sang ayah. "Anak pinter, tapi jangan diulangi lagi ya sayang. Ayah tau kamu ingin membela Alia, tapi jangan sampai dorong anak itu seperti tadi ya," jelas Dareen. Nathan hanya diam, dan menatap keluar jendela mobil kembali. Dareen yang melihat respon anaknya, hanya bisa menghela nafas d
Saat Nathan bangun, Dareen langsung mengajak Nathan untuk pulang ke rumah Nafeesa dan Bilqis. Saat ini mereka tengah berada di dalam mobil menuju rumah Nafeesa dan Bilqis. Di perjalanan, Nathan hanya diam sambil memainkan rubik miliknya. Dareen tersenyum bahagia saat melihat rubik pemberiannya dimainkan oleh putranya. Kemudian pria tampan itu mengusap surai milik Nathan dengan lembut. "Kita akan jalan-jalan bareng, Bunda. Kamu seneng gak?" Tanya Dareen. Nathan mengangguk, karena jika boleh jujur anak laki-laki itu terlihat bahagia, saat mendengar ia, bundanya dan ayahnya akan jalan-jalan bersama. Tapi, ia tidak bisa mengekspresikan wajahnya. Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya mobil berhenti tepat di halaman rumah Nafeesa dan Bilqis. Terlihat Nafeesa tengah duduk di depan, sambil menunggu Nathan. Dareen keluar dari mobil lebih dulu, kemudian membuka 'kan pintu untuk anaknya. Nathan keluar dari dalam mobil, dan berlari menghampiri Nafeesa. Anak laki-laki itu memeluk Nafeesa
Setelah puas bermain di Timezone, Dareen mengajak Nathan dan Nafeesa ke cafe yang paling dikenal sebagai tongkrongan anak muda. Dekorasi cafe sangat sederhana namun tetap terlihat elegan. Saat tiba di tempat parkir cafe, Dareen membuka pintu untuk Nafeesa dan Nathan. Pria itu menggenggam tangan Nathan, dan memegang tangan Nafeesa. Namun, gadis itu memilih untuk menjauhkan tangannya dari tangan, Dareen. "Gak enak dilihatin orang," ujar Nafeesa dengan hati-hati. "Gapapa, orang juga gak kenal kita 'kan," balas Dareen. "Enggak Mas, nanti teman-teman Mas ngeliat kita. Terus bicara yang enggak-enggak tentang, Mas," lanjut Nafeesa. Dareen hanya menampilkan senyuman tipisnya, kemudian menggenggam erat tangan Nafeesa. "Biarin aja, Mas gak peduli. Intinya sekarang, Mas bisa habiskan waktu bareng kamu dan anak kita. Masalah tanggapan orang lain, belakang aja," jawab Dareen. Nafeesa hanya pasrah, dan Dareen langsung berjalan masuk ke dalam cafe dengan tangan sebelah kiri menggandeng anaknya d
Ilham baru saja bangun dari tidurnya, pria itu berjalan ke arah kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Hari ini, ia ada pertemuan dengan dosen pembimbingnya saat menyusun skripsi. Setelah selesai mandi, Fatih keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapi, layaknya seperti anak kuliahan biasanya. "Gila, kapan dah gue wisuda. Banyak banget yang harus gue urus, tapi gapapa tinggal sehari lagi. Besok otw Jakarta, ketemu ponakan kesayangan gue," ujar Fatih. Pria tampan itu mengambil tas punggung-nya dan berjalan keluar dari kamar. Fatih tinggal di rumah sang Kakak yang ada di Semarang. Rumah ini dihuni oleh pembantunya untuk sementara waktu, karena Nafeesa dan Bilqis selama beberapa bulan tinggal di Jakarta. "Bi, Fatih pergi dulu ya. Dahhh," teriak Fatih. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumah tersebut, langsung berlari dari dapur untuk mengejar Fatih yang berjalan keluar rumah. "Aden! Sarapan dulu, jangan main pergi aja. Nanti bibi dimarahin sama Non Nafeesa, buruan makan. Nant
Sudah dua hari berlalu, hari ini tepatnya hari dimana Fatih akan wisuda dan ia akan resmi mendapatkan gelar S.E. di jurusan manajemen. Fatih tengah bersiap-siap di dalam kamarnya, dan Nafeesa tengah memakaikan baju untuk Nathan. Sore semalam Nafeesa datang bersama Nathan ke Semarang. Sedangkan Bilqis hari ini akan tiba di Semarang bersama Zay dan Dareen. Setelah rapi, Fatih keluar dari dalam kamar dan duduk di sofa ruang keluarga dengan perasaan gugup. Nathan keluar dari dalam kamar, dengan menggunakan setelan jas berwarna hitam dan dasi kupu-kupu. Nafeesa? Wanita itu memakai dress berwarna abu-abu, sehingga dia terlihat anggun. "Udah siap dek?" Tanya Nafeesa. "Udah, Kak. Tapi aku gugup banget ini," balas Fatih. Nafeesa mendekati adiknya dan duduk di samping, Fatih. "Adik, kakak hebat banget loh, semoga nanti dapat IPK yang tinggi ya. Semoga sukses dan semoga mendapatkan kebahagiaan yang banyak," ujar Nafeesa menggenggam tangan adiknya. "Semoga ya, Kak. Kakak juga harus bahagia be
Saat pulang dari tempat wisuda Fatih, Nafeesa dan yang lainnya memilih untuk pulang ke rumah. Nafeesa tengah berada di kamar tamu, sambil mengompres kening Dareen. Suhu tubuh pria itu tiba-tiba saja panas, saat baru sampai di rumah Nafeesa dan Bilqis. Nafeesa langsung mengabari dokter agar datang ke rumah dan memeriksa keadaan, Dareen. Dokter menyarankan agar Dareen harus banyak beristirahat, karena pria itu kurang istirahat. Nafeesa langsung menyuruh Dareen untuk istirahat di dalam kamar tamu. Dareen membuka kedua matanya dan menatap Nafeesa yang tengah duduk di samping kasur. "Kok Mas bangun? Kepalanya masih sakit banget ya?" Tanya Nafeesa. "Iya, sakit banget. Kamu istirahat aja dikamar," balas Dareen. Nafeesa menggelengkan kepala dan mengambil kain yang terletak di kening, Dareen. Ia kembali memeras kain tersebut dan meletakkannya di kening Dareen kembali. "Aku disini aja, buat jagain Mas. Badan Mas masih panas banget loh. Aku gak bakal tenang kalau tinggalin Mas sendirian disi