Share

secercah bahagia

Setelah Mas Rendy pergi, kami semua masuk ke dalam beristirahat di kamar masing-masing. Tiara aku ajak tidur bersamaku. Syukurlah dia enggak menanyakan bapak atau ibunya.

Jujur. Aku merindukan saat-saat seperti ini. Tidur seranjang tiga nyawa. Entah kapan aku bisa merasakan kesempurnaanku sebagai seorang istri.

Jauh di lubuk hati aku merasa khawatir. Takut kalau-kalau Mas Damar berpaling karena hampir setahun kami menikah, tapi aku tak kunjung berbadan dua.

“Kamu kenapa masih melek, Dek?” tanya Mas Damar saat melihatku masih terjaga.

“Enggak apa-apa, Mas!” jawabku berusaha menutupi kegalauan hati.

“Jangan bohong, aku tahu kamu lagi mikirin sesuatu,” ujarnya lagi.

Dia memang seperti itu. Di depannya aku tak pernah mampu menyembunyikan perasaan. Kalaupun mencoba, Mas Damar selalu bisa menebak.

“Iya, Mas. Aku memang lagi banyak pikiran.” Akhirnya aku berterus terang.

“Mikirin apa sih? Mas Rendy?” tanyanya.

Aku menggeleng lemah.

“Lalu apa?”

Aku bangkit kemudian duduk di tepian
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
good.....sangat bagus untuk dibaca jln ceritanya penuh makna
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status