Share

MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA
Penulis: Aura_Aziiz16

Bab 1

MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (1)

"Ra, kamu di belakang aja, cuci piring sama nyiapin makanan buat tamu yang datang. Yang di depan biar Inggrid sama Maya saja. Kamu sama anak-anak kamu di belakang aja, takut bikin malu tamu mama. Tapi ingat jangan dihabisin makanannya ya, yang lain masih belum kebagian soalnya!" seru Bu Rahmi, mama mertuaku dari sekat ruang tengah menuju dapur dengan nada keras.

Mendengar seruan itu, aku menghentikan gerakanku menata gelas bersih ke atas rak piring lalu menatapnya dengan dada bergemuruh.

Ini bukan kali pertama mama memperlakukanku dan Dino serta Dini, dua buah hatiku seperti ini. Bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari. 

Ingin rasanya melawan, tapi kalau hanya dengan mulut saja aku pasti akan kalah. Mbak Inggrid dan Mbak Maya juga Dahlia, adik bungsu Mas Indra, suamiku pasti akan memberondongku habis-habisan hingga aku tak bisa berkutik lagi karena bagaimanapun juga saat ini aku memang terpaksa tinggal menumpang di rumah milik mertua ini karena Mas Indra belum mampu membangun rumah sendiri yang bisa kami tinggali.

Jadi mungkin aku harus bersabar untuk beberapa waktu ke depan sampai usaha mengumpulkan uang yang diam-diam kulakukan saat ini membuahkan hasil. Dengan begitu aku dapat membuka mata mertuaku ini, kalau aku bukanlah menantunya yang miskin dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat ini boleh saja aku dan dua buah hatiku tinggal menumpang di rumah mertua ini, tapi tunggu saja nanti jika usahaku telah berhasil, menjadi seorang penulis platform online yang sukses, aku pasti akan secepatnya pindah dari rumah ini dan memulai hidup baru sendiri, karena mengandalkan Mas Indra untuk bisa membangun rumah sendiri juga rasanya mustahil. Aku sudah capek dan lelah sebab suamiku itu sepertinya tak memiliki niat ke arah itu.

Kami sudah sering membicarakan itu dan selalu berakhir dalam sebuah pertengkaran karena Mas Indra tak menjadikan membangun rumah sendiri menjadi prioritas dalam hidupnya.

Sementara ibu mertua dan ipar yang lain menjadikan hal itu sebagai bukti kesuksesanku dalam membangun rumah tangga bersama Mas Indra.

Dengan mata tajamnya, Bu Rahmi kemudian menyapu dingin wajah Dino dan Dini, dua buah hatiku yang seketika mengkeret dan merapat ke tubuhku saat neneknya yang sudah terbiasa marah-marah itu, menyebut nama mereka dengan nada tak suka.

Aku sendiri hanya bisa mematung diam meski hati bergolak kencang merasa tidak terima atas perlakuan beliau padaku dan anak-anak, menganggapku serta kedua cucunya adalah orang-orang miskin yang hanya akan menghabiskan makanan di rumah ini.

Di mata beliau, aku memang bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan Mbak Inggrid dan Mbak Maya, dua menantu beliau yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil di instansi pemerintah dengan jabatan lumayan tinggi. 

Aku hanya Aira, seorang ibu rumah tangga biasa yang sehari-hari bekerja mengurus suami dan anak-anak serta mengurus rumah mertua ini dengan nafkah bulanan tidak seberapa yang kudapatkan dari Mas Indra karena uang gajinya sebagian besar memang diberikan pada mama dan dipegang sendiri untuk membiayai keperluannya sendiri sehingga jangankan bisa hidup enak dan berkecukupan, untuk makan sehari-hari saja aku seolah harus mengemis pada mertua supaya aku dan anak-anak bisa makan.

Hanya saja sudah tiga bulan ini diam-diam aku bekerja menjadi seorang penulis platform online dan meskipun belum banyak mendapatkan uang dan tabungan, tetapi sudah cukup lumayan bagiku untuk diam-diam bisa memenuhi kebutuhan hidupku sendiri dan anak-anak. Juga terkadang aku menggunakan uangku untuk membeli gula dan teh untuk kebutuhan di rumah ini.

Sayang, semua itu tampaknya tak ada artinya di mata mama mertuaku ini. Dalam pandangan beliau aku tetaplah menantunya yang miskin dan tak punya apa-apa, sehingga pantas diperlakukan hina seperti ini. 

Beda dengan menantu-menantu beliau yang lain itu yang membuat beliau merasa bangga karena keduanya memiliki pekerjaan mapan dan penghasilan yang besar sehingga bisa membantu suami-suami mereka mencukupi perekonomian keluarga dan membantu mertua.

Apalagi dengan gaji yang mereka peroleh dari bekerja, Mbak Inggrid dan Mbak Maya bisa membelikan mama barang-barang kesukaan beliau dari gaji mereka sendiri, jadilah mama merasa begitu bangga dan semakin mengecilkanku, menantu yang beliau anggap tidak berguna ini.

"Anak-anakmu juga jangan boleh main ke depan ya, malu sama tamu yang datang, kok cucu mama yang ini lain sendiri. Lusuh sendiri. Kamu kan tahu, tamu mama itu orang kaya semua, mama nggak mau mereka menghina mama karena anak-anak kamu yang kelihatan susah dan nggak punya sopan santun di depan tamu. Oke! Ya, sudah, mama mau ke depan lagi!"

Lalu tanpa menghiraukan reaksiku atas segala ucapannya, mama mertua langsung membalikkan badannya kembali ke ruang tamu sementara aku hanya mampu mengelus dada menahan rasa perih dan terluka yang seketika menyelusup masuk ke dalam dada mendengar ucapan beliau mengenai dua buah hatiku yang menurut mama tak memiliki attitude yang baik itu.

Padahal kalau mau jujur, justru anak-anak Mbak Inggrid dan Mbak Maya-lah yang kurang punya sopan santun di depan orang lain. Selalu bicara kasar dan bersikap arogan terhadap teman-teman sepermainannya.

Tapi, sudahlah. Biarlah mama dengan semua anggapannya itu. Yang penting aku yakin Dino dan Dini, tidaklah seperti yang diucapkan neneknya. Mereka justru anak-anak baik yang selalu mampu menjaga sikap di depan orang lain.

Dan yang paling penting lagi, biarlah sementara waktu ini mama mertua tak tahu jika saat ini diam-diam aku sudah punya pekerjaan sambilan yang meski baru tiga bulan kutekuni, tetapi alhamdulilah sudah mulai menghasilkan walaupun belum begitu banyak. Namun, cukuplah untuk membiayai kebutuhan hidupku saat kepepet uang.

Ya, siapa tahu pekerjaan sambilan yang kulakukan dari rumah ini bisa mengantarkan aku menjadi seorang penulis sukses dengan penghasilan puluhan juta rupiah nantinya.

Ya, asalkan punya niat dan tekad kuat, aku yakin semua keinginanku itu akan bisa tercapai. Saat ini aku sendiri tengah fokus menulis cerita bersambung yang kuunggah di beberapa platform menulis dan membaca novel online dan meski pun belum begitu banyak memiliki pembaca, tetapi alhamdulillah dua bulan ini aku sudah mulai bisa menikmati dan mencicipi rupiah, hasil dari karya-karyaku itu.

*****

    

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yusra Enriva
hadapi dengan kesabaran
goodnovel comment avatar
atisafrina prasetya
mertua dzolim itu namanya.
goodnovel comment avatar
Febi Febrianto
punya suami ga ada prinsif & mertu julid harus punya stok kesabaran tingkat dewa sabar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status