Share

MERAJUT ASA MEMBUANG LUKA

Penulis: Suare Hening
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-29 22:48:32

Aku menatap wajah ibu Mertua, mengharap dan memohon agar ada rasa Iba di hatinya untuk diri ini yang telah disakiti putranya, jangan memihak hanya karena hubungan darah.

"Ibu tahu 'kan, berbohong itu dosa, kita sama- sama perempuan, coba ibu bayangkan bagaimana rasanya dikhianati pasangan sah kita, Renita istri orang loh Bu? Suaminya kerja di luar negeri, tak malukah bila diketahui banyak orang, apalagi kalau suami Renita tahu, lalu melabrak keluarga kalian,"

ujarku melunak saat bicara dengan ibu mertua, yang sudah aku anggap seperti ibuku sendiri.

"Itu semua fitnah ...! Silahkan kalau kau percaya!" bentak Bang Rizal.

"Anakku sendiri yang bicara Bang Rizal, bohong bagaimana? Dia bukan balita lagi, kau pikir ada anak kandung mengadu domba orang tua kandungnya, biar berantakan, mengatakan cerita bohong? Nggak ada Bang!" teriakku balik sambil menunjuk ke wajahnya, hancur sudah hubungan kekeluargan ini, menguap sudah rasa simpati pada iparku.

Aku menatap wajah Ibu, ada kabut menggumpal di matanya, ibu tetap terdiam tak bicara lagi.

"Kok bisa kalian mengelak, nggak mau jujur, jelas- jelas sudah ada bukti foto dan saksi matanya anakku sendiri, ada juga tetangga, nggak malu gitu, kebohongannya ketahuan. Bang Danu yang sudah jelas jelas selingkuh, kenapa aku yang disalahkan?" sindirku ke mereka.

"Ayo pulang Bu! Pusing ngadepin orang pinter omong, memutar balikkan fakta, dasar lebay sukanya mendramatisir keadaan," ketusnya, sambil berlalu keluar dari rumahku.

"Apa harus menunggu terjadi hal buruk dan memalukan dulu, untuk membuat para pes3lingkuh sadar dari perbuatan b3jadnya," ujarku sinis.

Bang Rizal menatapku tajam menunjukkan kebengisannya.

Hatiku sedikit bergetar ketakutan, aneh pula Abang satu ini, kenapa begitu bencinya sama aku.

Aku membiarkan mereka pergi, tak terucap sepatah kata pun lagi, segera menutup pintu rumah, berlari ke arah kamar, lalu menutup pintu, di kamar sunyi ini, aku bersimpuh di lantai, menekan dada ini yang masih berdetak kencang dan terasa nyeri, mengeluarkan rasa sesak yang begitu meremas hati, tubuh ini membungkuk dan menangis tergugu, meluapkan emosi diri yang benar-benar terkuras beberapa hari ini.

Aku lelah Ya Allah, kuatkan hatiku demi anak- anakku. Kuatkan ragaku agar bisa menafkahi putra putriku seorang diri.

Hingga beberapa menit aku masih tetap menikmati rasa sedih, hingga diri ini tersadar saat telinga ini mendengar salam putri kecilku dari luar.

"Assalamualaikum wr wb, Ibu ... Aisyah pulang, yuhuu .... Ibu," teriaknya dengan riang.

Ya Allah, sementara aku masih tergugu di kamar, lekas aku berdiri, merapikan pakaian dan rambut, aku usap wajah dan bekas air mata dengan tissue, lalu tersenyum untuk menghilangkan jejak bekas menangis, supaya Aisyah tak heran melihat keadaanku.

Aku segera pura pura merapikan tempat tidur sambil menjawab salam Aisyah.

"Ya Sayang, Ibu di kamar, sini Nak," teriakku memanggil Aisyah.

Kriettt...

Aisyah membuka pintu, wajahnya yang ayu muncul di balik pintu dengan senyuman memunculkan lesung pipit di kedua pipinya.

"Tarra ... Ibu aku dapat hadiah jajan, tadi ada teman yang ulang tahun di kelas," ujarnya riang khas anak-anak.

Aku terharu, melihat putriku yang selalu riang.

Namun membayangkan dia tak lagi bersama ayahnya nanti, tak lagi didampingi ayahnya, lalu ketakutanku akan anak-anak yang bersedih saat merasa tak punya ayah lagi, atau membayangkan mereka ikut ayahnya, membuat hatiku terasa diremas lagi.

Air mata ini ternyata belum kering, masih lolos saja tanpa permisi, aku segera memeluk tubuh putriku dan menciumi pipinya.

"Ya ampun, baik sekali teman Aisyah yang sudah berbagi Rezeky, Alhamdulillah ya, Ibu jadi terharu kalau ada orang baik begitu," ucapku sambil tersedu sedu karena bayangan ketakutan dari fikiranku tadi.

Aisyah memandangku heran.

"Kok Ibu nangis?" tanyanya dengan kening berkerut.

"Ibu Kan lagi terharu," kataku sambil memonyongkan mulutku, agar Aisyah merasa m Ibunya sedang bercanda, aku memangkunya dan menciumi pipinya lagi dan lagi, aku takut kehilangan putra putriku.

Ya Allah aku tak mau berpisah dengan anak-anak, aku siap menjalani suka duka bersama mereka, siap banting tulang, asal Ardi dan Aisyah tetap bersamaku, dalam pengasuhan diriku.

"Kok nangisnya aneh sih Bu? Biasanya juga nggak nangis, dapatnya cuma mini tart aja sama susu kotak kok," sahutnya tetap dengan pandangan heran.

Aku bingung mencari alasan, namun masih tetap memeluknya tak ingin kulepas, diri ini ingin menikmati rasa nyaman, memeluk buat hati tersayangku.

"Mungkin efek laper Nak, Ibu laper loh, tapi nggak ada makanan di dapur, Ibu nggak sempet masak tadi," ucapku yang teringat belum masak lauk lagi karena kehadiran Ibu dan Iparku yang mengajak berdebat cukup lama.

"Aaaaa ... buka mulutnya Ibu, Aisyah suapin rotinya biar nggak laper yar," anakku mengarahkan sendok plastik ke arah mulutku agar aku menerima suapannya.

Aku langsung mencaplok suapannya yang membuat Aisyah terkekeh melihat gayaku makan.

"Abis ini kita ke warteg Mbak Nengsih yuk, beli lauk buat makan, sebentar lagi kakak kan pulang sekolah, kalau liat meja makan ngga ada makanan, nanti dia teriak-teriak kaya biasanya Dek," ujarku.

"Hallo, Every body home? Anak pungut dah pulang nich, kok nggak dikasih makan," ucapku menirukan gaya bicara anakku Ardi dengan nada melucu.

Aisyah langsung tergelak mendengar dan melihat candaanku tentang kebiasaan kakaknya.

Aku tersenyum dan merasa tentram sekali memandang tawa dan keceriaan buah hatiku.

Wahai suami, tidak berpikirkah kamu dengan perbuatan haram yang kamu lakukan?! Tidak takutkah kamu atas karma yang berlaku, akan ada hukum tabur tuai.

Karena zina itu adalah hutang, akan ada keluargamu yang menanggung perbuatanmu kelak, aku tak mau putra putriku tersakiti karena ulah ayahnya.

"Ya Allah tolong jaga anak-anakku, semoga mereka bahagia selalu dimanapun berada, aku tak ingin berbuat aneh-aneh, dan tetap melantunkan doa dalam hati untuk mereka, agar Engkau selalu menjaga Putra Putriku," doaku dalam hati, Aamiin Yra.

Aku tak boleh lemah, ada buah hati yang perlu aku nafkahi, walau takdirku kini harus seorang diri, aku harus kuat, diluar sana juga banyak wanita tangguh yang berjuang sendiri demi anak-anak mereka, sambut esok hari dengan bahagia, telah tiba waktu merajut asa, mengukir senyum membuang luka..

Bismillah, Maafkan anakmu Ayah, Ibu, rumah tanggaku akhirnya gagal, aku siap menjadi janda daripada harus terluka bila bertahan,

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
pasti nanti kalau anaknya Rizal ada perempuan semoga tidak di cabuli dan di rusak orang
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
kamu harus kuat demi anak-anak mu
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
bang rizal jahat banget sih, aku kok curiga kalau bang rizal udah di kasih sesuatu sama selingkuhan danu deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    RASA SYUKUR

    Happy ending Bab terakhir Orang-orang yang ada di ruangan semua terdiam. Menunggu, kata-kata apalagi yang akan mereka dengar dari Danu dan Pisca, yang mereka tau selama ini mereka hanya teman kerja, tidak pernah lihat mereka berdua aneh-aneh dan terlihat seperti orang jatuh cinta."Tidakkkk! Kita harus menikah Danu, aku sudah tinggalkan suami aku demi kamu, jadi kamu tidak boleh menikah dengan yang lain, kamu hanya menikah dengan aku, sekarang juga aku akan datang ke rumah yang kamu tinggali, kamu dimana sayang? Kamu harus pergi bersamaku," teriak Renita panik.Pisca yang sudah menahan jengkel dari tadi, langsung mengambil alih ponsel di tangan Danu."Hai, Tante cantik, apa kabar?Lama nggak jumpa kita ya, kok masih suka marah-marah aja sih?" ledek Pisca terkekeh mendengar nada Renita yang emosi.Yang lain justru mendengarkan dengan tegang dan penasaran."Heh, siapa kamu? Gadis ingusan? Nggak usah suka ikut campur urusan orang," hardik Renita."Loh, kalau urusan orang lain aku nggak s

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    BENING DAN CAHAYA , SELAMAT DATANG

    Di Apartemen Renita.Renita menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa, kepalanya terasa pening karena terlalu banyak menangis.Wanita itu memejamkan mata sambil bersandar di sofa, menarik dan membuang nafas berkali-kali untuk menenangkan hatinya.Yang sudah terjadi ya sudahlah, pikirnya, kalau Hendra tidak memaafkan dan tak mencintai dirinya lagi, masih ada Danu yang selalu mengejarnya, sekarang fokus bagaimana cara menghubungi Danu lagi dan menjauhkannya dari Pisca.Renita mencari ponselnya untuk menghubungi Amel, menanyakan apakah sudah berhasil menjalankan perintah."Argh," teriak Renita gusar."Mati lagi baterainya." Renita segera meraih ponselnya untuk di cash.Beberapa menit menunggu dengan tak sabar wanita itu segera membuka layar ponselnya."Hah, akhirnya," pekik Renita senang setelah membaca chat masuk dari putrinya, Amel.Di rumah sakit, Dewi tersenyum bahagia memandang putri kembarnya, Dewa menyuapinya makan dengan penuh perhatian dan sayang, sedari tadi pria itu sibuk mengurus

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    DESIR DESIR BAHAGIA

    Pisca akhirnya memberikan nomor ponsel dia, Pak Satpam juga Danu, dia merasa pria itu juga pasti tak mau berdiam diri selama tinggal di rumah ini walau statusnya bukan lagi sebagai pekerja.Danu pasti tetap merawat bunga-bunga di taman yang sudah bertahun-tahun dirawatnya bila keluarga Pak Bahtiar sedang di luar negeri, siapa tahu cincinnya ditemukan oleh lelaki itu, pikir Pisca.Dengan senang hati Amel kembali bergabung ke temen-temennya, ternyata tidak susah juga melakukan permintaan Mamanya, lumayan dapat 10 juta, bisiknya dalam hati, namun ada juga rasa heran di hati, untuk apa Mamanya meminta nomor ponsel Ayah kandung Ardi, apa mereka saling mengenal? Tanya Amel dalam hati.Amel membuka layar ponselnya ingin segera mengabarkan pada sang Mama, bahwa misinya berhasil.Namun nomor ponsel Renita tak tersambung juga, berkali-kali dicoba tetap saja tidak tersambung.--++++terimakasih readers, besok bab terakhir, tamatAmel tidak tahu bila orang tuanya bertengkar hebat dan ponsel Reni

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    TALAK UNTUK RENITA

    "Mm-mas Hen dra," ujar Renita tergagap karena masih diliputi rasa terkejut."Kenapa gugup? Kenapa langsung pucat kaya maling tertangkep begitu? Apa video ini rupanya yang bikin kamu gelisah dari tadi?" Hendra bertanya pelan namun tatapan matanya tajam.Hendra mengarahkan ponsel yang dia pegang ke wajah Istrinya, menampakan video status Amel."Ada Danu rupanya, kamu rindu sekali dengan kekasih gelapmu itu? Sampai sebegitu bingungnya, hingga nekad menyuap banyak uang pada putrimu untuk mendapatkan keinginanmu," sindir Hendra, menegur istrinya tajam."Tenang Mas Hendra, semuanya bisa dibicarakan baik-baik, jangan salah paham dulu ya, aku bisa jelaskan," bujuk Renita dengan lembut dan manja berusaha meluluhkan kemarahan suaminya.Namun Hendra menepis tangan Renita yang berusaha merengkuhnya, lelaki yang merasa tersakiti itu, hatinya tak lagi sama seperti yang dulu. Sosok seorang suami yang manis, mengalah dan penyayang kini berubah menjadi sosok sadis dan penuh kebencian.Wajah Renita ya

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    TERBONGKARNYA PERSELINGKUHAN

    Keluarga Hendra yang awalnya begitu menyayangi Renita karena masih ada ikatan saudara, kini berbalik jadi membenci istrinya setelah mengetahui perbuatannya mampu menyakiti hati Hendra, mereka hanya membenci kelakuannya yang berselingkuh dengan beberapa pria dan bersenang-senang dengan pria-pria itu dari hasil kerja keras suaminya. Padahal selama ini Hendra memuliakan Renita bak ratu, menuruti dan mencukupi semua kebutuhan dan keinginan Istri juga anak-anak nya, mereka adalah dunia dan kebahagiaan Hendra.Setelah mengetahui perselingkuhan Renita dengan berganti-ganti lelaki bahkan sampai menghidupi dan mencukupi pria yang bersamanya, membuat hati Hendra tercabik cabik, sementara dirimya banting tulang mencari nafkah demi untuk membahagiakannya, istrinya malah membahagiakan pria lain.Keluarga Hendra yang tak terima, mereka terus mengirim beberapa bukti berupa foto-foto Renita yang terciduk diam-diam oleh keluarga atau tetangga dan teman-teman Hendra yang melihat istrinya sedang jala

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    KECURIGAAN SUAMI RENITA

    Begitu pun Dewa, Dewi dan keluarga yang lain juga fokus melihat ke arah sang pengantin putri, dengan penasaran yang sama seperti Danu.Tiara memandang wajah Pak Danu lekat, lalu berkata."Ayah Danu Syaputra, aku Tiara Bahtiar, aku sekarang anakmu juga, sekarang boleh 'kan aku memanggilmu Papa Danu? Atau Ayah Danu?" tanya Tiara dengan mengulas senyum di wajah bening dan cantiknya.Danu masih diam, terpukau tak percaya dengan pendengarannya."Terimakasih, Papa Danu, sudah menghadirkan Kak Ardi ke dunia ini dan menjadi penjaga serta imamku di dunia dan akhirat, Ayahku sekarang ada tiga, Ayah Bahtiar, Ayah Dewa dan tambah lagi Ayah Danu, jadi bertambah lagi orang yang akan menyayangi aku," ujar Tiara, lalu membungkukkan badan sambil mengambil tangan Danu dan mencium punggung tangan lelaki itu dengan takzim."Masya Allah," terdengar beberapa suara yang memuji apa yang Tiara lakukan, putri seorang pengusaha sukses, tidak malu mengakui mantan supir pribadinya selama ini sebagai Ayah Mertu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status