Dilema seorang Istri bernama Dewi, yang sudah menjalani pernikahan selama 15 tahun dan dikaruniai dua buah hati. setelah memiliki anak pernikahan mereka makin tidak harmonis dan seperti orang asing. Dewi akhirnya tidak kuat setelah selama ini menjadi tulang punggung masih harus menyaksikan perselingkuhan suaminya. akhirnya Dewi harus mengambil keputusan besar, yakni bercerai. Bersama kedua buah hatinya Dewi berjuang, dalam suka dan duka, hingga bahagia mendekap mereka
View MoreDevon sat in the Dining Room and again reviewed the proposal he had before him. It was the result of a years worth or research and consideration. Dominique and two of the shrinks were about to arrive and receive the briefing on the proposal, something he had kept secret from everyone until recently.
Dominique entered the room and sat across the table from Devon and the two Doctors sat with her. Devon was alone on his side, and that was fine. He was proposing a huge change in the way that the group did business. One small voice in the wilderness as it were. "OK Devon, we're here, as promised. Now would you like to tell us what you've been looking at and are now ready to brief us on?"Devon smiled and slid three folders across the table. "Certainly Dominique, and thank you all for coming. In short, I believe it is possible, and potentially profitable to set up a more overt and strictly above board training facility.""Above board, you mean legally speaking?" Doctor Jenkins asked."Yes. Strictly legal." Devon said."Are you out of your mind Devon?" Dominique asked predictably."They'll know in a few minutes." Devon said waving at the shrinks, and then he began. First on the agenda, how he researched the information. Then how he determined the numbers of people who dabbled in the lifestyle, then the benefits of the program he outlined.Dominique looked at his charts with interest obvious on her face. She knew what Devon did not. The worldwide anti-terrorism changes were making it progressively harder to remain underground. The group which had been in business for more than three hundred years was now seeing an environment where capturing the people was easy, training them easier than it had ever been, but moving the money was hard. The average auction resulted in something like ten million dollars of earnings for the group. Some of the clients were from the Middle East, and their banking transactions were inevitably watched by half a dozen intelligence agencies around the world. The Money was the Achilles heel of the Vassal group, and would continue to be a problem. Potentially becoming such a problem that it would begin to restrict the group's activities.Devon's proposal was interesting. First, it would be legitimate, and pay taxes. In his proposal, he pointed out the relative benefits of locating this facility in various countries, and in various locations in the United States. His argument of somewhere around New York for the flagship made sense mainly because of the proximity to the moneyed clients they were seeking."Devon, to make sure I'm up to speed with you. You're telling me that there are roughly thirty million people who dabble in this master slave thing?" Dominique asked to clarify that point. "In the US alone?" There was a shadow of doubt on Dominique's face as she stared at him intently through dark eyes.Dominique looked as though she descended from Spanish Aristocracy. Her dark hair framed a face with high cheekbones, and an elegant nose. Her eyes were flashing black, looking playful at time, dangerous at other times. The General feeling one got from Dominique was passion. Her reputation showed she was passionate as a lover, and as an enemy. She would pour her heart into whatever she did, holding nothing back."That is the results of the survey I reference. All references are listed in the back. I wanted to show that while revolutionary, my idea isn't based upon fantasy or personal opinion except where noted." Devon answered.Devon looked more Mediterranean in appearance. At close to six feet tall, he was broad shouldered, obviously strong, and just as obviously intelligent. You would estimate his age at about forty, although he had no wrinkles or gray hairs yet, he had an air of competent maturity about him. His every motion seemed entirely too practiced, yet somehow perfect for him."Devon, I'm not sure I understand, the facility you propose could be created, small at first, create the reputation of excellence in submissive training, and then train additional people given to the facility by clients for high fees?" Doctor Jenkins asked."Yes, that is exactly the nature of the proposal."Doctor Adams waved a hand. "No market for it Devon.""Doctor, in the major cities of this nation, there are fifty two clubs, night clubs mainly, which have a large and profitable membership catering to this BDSM lifestyle." Devon answered clearly. "Fifty two would indicate there is certainly a market in slavery, at least the fantasy of slavery.""That may well be, however the idea of being sent to such a facility to be trained? That's beyond not only the financial abilities of most people, but the mental abilities of most people." Adams argued."True, but there are those, with both money, and the desire, who will partake in it. I don't propose to make all thirty million in this nation clients, I only propose to address the needs of the top ten percent of moneymakers of that group. Some three million people." Devon explained. "People for whom fifty thousand dollars is nothing. There are people in the world who spend that much on landscaping every year.""What is your definition of the perfect mate, you explain that the desire of some of these people to have the perfect mate will bring them to you." Doctor Jacobs said."There is a song, and the artist says quote we want a lady on the street, and a freak in the bed, end quotation. I believe it's possible to teach part of the first, grace and poise, ballet to us, and the second part would be easy for the motivated candidate.""So we teach them to revel in the submission, grace, humility, and what was it you said?" Dominique flipped through the proposal. "Oh yes, here it is. The absolute loving worship of their dominant."Devon simply nodded. "Yes, train them to become what Jeanette is."Happy ending Bab terakhir Orang-orang yang ada di ruangan semua terdiam. Menunggu, kata-kata apalagi yang akan mereka dengar dari Danu dan Pisca, yang mereka tau selama ini mereka hanya teman kerja, tidak pernah lihat mereka berdua aneh-aneh dan terlihat seperti orang jatuh cinta."Tidakkkk! Kita harus menikah Danu, aku sudah tinggalkan suami aku demi kamu, jadi kamu tidak boleh menikah dengan yang lain, kamu hanya menikah dengan aku, sekarang juga aku akan datang ke rumah yang kamu tinggali, kamu dimana sayang? Kamu harus pergi bersamaku," teriak Renita panik.Pisca yang sudah menahan jengkel dari tadi, langsung mengambil alih ponsel di tangan Danu."Hai, Tante cantik, apa kabar?Lama nggak jumpa kita ya, kok masih suka marah-marah aja sih?" ledek Pisca terkekeh mendengar nada Renita yang emosi.Yang lain justru mendengarkan dengan tegang dan penasaran."Heh, siapa kamu? Gadis ingusan? Nggak usah suka ikut campur urusan orang," hardik Renita."Loh, kalau urusan orang lain aku nggak s
Di Apartemen Renita.Renita menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa, kepalanya terasa pening karena terlalu banyak menangis.Wanita itu memejamkan mata sambil bersandar di sofa, menarik dan membuang nafas berkali-kali untuk menenangkan hatinya.Yang sudah terjadi ya sudahlah, pikirnya, kalau Hendra tidak memaafkan dan tak mencintai dirinya lagi, masih ada Danu yang selalu mengejarnya, sekarang fokus bagaimana cara menghubungi Danu lagi dan menjauhkannya dari Pisca.Renita mencari ponselnya untuk menghubungi Amel, menanyakan apakah sudah berhasil menjalankan perintah."Argh," teriak Renita gusar."Mati lagi baterainya." Renita segera meraih ponselnya untuk di cash.Beberapa menit menunggu dengan tak sabar wanita itu segera membuka layar ponselnya."Hah, akhirnya," pekik Renita senang setelah membaca chat masuk dari putrinya, Amel.Di rumah sakit, Dewi tersenyum bahagia memandang putri kembarnya, Dewa menyuapinya makan dengan penuh perhatian dan sayang, sedari tadi pria itu sibuk mengurus
Pisca akhirnya memberikan nomor ponsel dia, Pak Satpam juga Danu, dia merasa pria itu juga pasti tak mau berdiam diri selama tinggal di rumah ini walau statusnya bukan lagi sebagai pekerja.Danu pasti tetap merawat bunga-bunga di taman yang sudah bertahun-tahun dirawatnya bila keluarga Pak Bahtiar sedang di luar negeri, siapa tahu cincinnya ditemukan oleh lelaki itu, pikir Pisca.Dengan senang hati Amel kembali bergabung ke temen-temennya, ternyata tidak susah juga melakukan permintaan Mamanya, lumayan dapat 10 juta, bisiknya dalam hati, namun ada juga rasa heran di hati, untuk apa Mamanya meminta nomor ponsel Ayah kandung Ardi, apa mereka saling mengenal? Tanya Amel dalam hati.Amel membuka layar ponselnya ingin segera mengabarkan pada sang Mama, bahwa misinya berhasil.Namun nomor ponsel Renita tak tersambung juga, berkali-kali dicoba tetap saja tidak tersambung.--++++terimakasih readers, besok bab terakhir, tamatAmel tidak tahu bila orang tuanya bertengkar hebat dan ponsel Reni
"Mm-mas Hen dra," ujar Renita tergagap karena masih diliputi rasa terkejut."Kenapa gugup? Kenapa langsung pucat kaya maling tertangkep begitu? Apa video ini rupanya yang bikin kamu gelisah dari tadi?" Hendra bertanya pelan namun tatapan matanya tajam.Hendra mengarahkan ponsel yang dia pegang ke wajah Istrinya, menampakan video status Amel."Ada Danu rupanya, kamu rindu sekali dengan kekasih gelapmu itu? Sampai sebegitu bingungnya, hingga nekad menyuap banyak uang pada putrimu untuk mendapatkan keinginanmu," sindir Hendra, menegur istrinya tajam."Tenang Mas Hendra, semuanya bisa dibicarakan baik-baik, jangan salah paham dulu ya, aku bisa jelaskan," bujuk Renita dengan lembut dan manja berusaha meluluhkan kemarahan suaminya.Namun Hendra menepis tangan Renita yang berusaha merengkuhnya, lelaki yang merasa tersakiti itu, hatinya tak lagi sama seperti yang dulu. Sosok seorang suami yang manis, mengalah dan penyayang kini berubah menjadi sosok sadis dan penuh kebencian.Wajah Renita ya
Keluarga Hendra yang awalnya begitu menyayangi Renita karena masih ada ikatan saudara, kini berbalik jadi membenci istrinya setelah mengetahui perbuatannya mampu menyakiti hati Hendra, mereka hanya membenci kelakuannya yang berselingkuh dengan beberapa pria dan bersenang-senang dengan pria-pria itu dari hasil kerja keras suaminya. Padahal selama ini Hendra memuliakan Renita bak ratu, menuruti dan mencukupi semua kebutuhan dan keinginan Istri juga anak-anak nya, mereka adalah dunia dan kebahagiaan Hendra.Setelah mengetahui perselingkuhan Renita dengan berganti-ganti lelaki bahkan sampai menghidupi dan mencukupi pria yang bersamanya, membuat hati Hendra tercabik cabik, sementara dirimya banting tulang mencari nafkah demi untuk membahagiakannya, istrinya malah membahagiakan pria lain.Keluarga Hendra yang tak terima, mereka terus mengirim beberapa bukti berupa foto-foto Renita yang terciduk diam-diam oleh keluarga atau tetangga dan teman-teman Hendra yang melihat istrinya sedang jala
Begitu pun Dewa, Dewi dan keluarga yang lain juga fokus melihat ke arah sang pengantin putri, dengan penasaran yang sama seperti Danu.Tiara memandang wajah Pak Danu lekat, lalu berkata."Ayah Danu Syaputra, aku Tiara Bahtiar, aku sekarang anakmu juga, sekarang boleh 'kan aku memanggilmu Papa Danu? Atau Ayah Danu?" tanya Tiara dengan mengulas senyum di wajah bening dan cantiknya.Danu masih diam, terpukau tak percaya dengan pendengarannya."Terimakasih, Papa Danu, sudah menghadirkan Kak Ardi ke dunia ini dan menjadi penjaga serta imamku di dunia dan akhirat, Ayahku sekarang ada tiga, Ayah Bahtiar, Ayah Dewa dan tambah lagi Ayah Danu, jadi bertambah lagi orang yang akan menyayangi aku," ujar Tiara, lalu membungkukkan badan sambil mengambil tangan Danu dan mencium punggung tangan lelaki itu dengan takzim."Masya Allah," terdengar beberapa suara yang memuji apa yang Tiara lakukan, putri seorang pengusaha sukses, tidak malu mengakui mantan supir pribadinya selama ini sebagai Ayah Mertu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments