Share

BERDEBAT DENGAN MERTUA DAN IPAR

Author: Suare Hening
last update Huling Na-update: 2023-08-08 19:47:05

"Ibu mana yang merestui anaknya bercerai? Ibu nggak setuju.

Tapi Danu bilang sudah tak tahan lagi. Danu bilang, kamu sangat tidak menghormati dan menghargai dia lagi sebagai suami, bicaramu selalu berteriak, selalu menuduhnya yang tak baik, menuntut belanja ini dan itu.

"Akhirnya Danu ndak kuat Nduk."

"Kamu juga mengajari anak-anak ndak baik, membuat mereka selalu membenci dan membangkang Ayahnya.

Aduh, air mataku malah lolos dengan sendirinya, tanpa permisi walau sudah kutahan, sekuat hati.

Suami yang teramat aku cintai,

dipikirannya ternyata dipenuhi keburukan tentang aku, Ibu dari anak-anaknya yang sudah mendampinginya selama 15 tahun.

Kebenaran tentang rumah tangga kami, hanya kami yang tahu, hanya aku dan suamiku, yang sudah berkali-kali meminta maaf akan perselingkuhannya, namun selalu mengulangi lagi dan lagi.

Tahu apa keluarga suamiku tentang masalah rumah tangga kami, yang katanya mereka sudah berkumpul sejak kecil, tapi hanya bertemu seminggu sekali, itupun hanya beberapa saat saja.

Sementara aku, Istrinya menemaninya setiap detik, menit, jam dan sehari-hari kami berkumpul.

Aku tahu suamiku luar dalam, sifat baiknya, sifat buruknya dalam hal wanita dan tanggung jawabnya sebagai suami.

Dan keluarganya bilang mereka lebih tau segalanya tentang Bang Danu, mempercayai semua fitnahnya

Duh Gusti, kuatkan hatiku.

Lalu kulanjutkan bicara.

"kalian semua percaya? Luar biasa, cuma itu sajakah Bu? Keburukanku di mata Bang Danu yang disampaikan ke Ibu?" tanyaku lembut dan nada pasrah.

"Sedikit sekali, masih banyak lagi loh, silahkan keluarkan keburukanku yang lain juga, biar hati kalian lega, aku siap mendengarnya, In sya Allah aku siap mendengarnya."

Ucapku tetap tenang dan tersenyum pada Ibu Mertuaku.

Walau hatiku sebenarnya berbeda, sudah makin tak baik-baik saja.

Mereka menatapku heran dan masih terdiam, akupun lanjut bicara.

"Betul yang Bang Danu bilang, karena begitu banyaknya keburukan sifat Dewi, yang nggak pantas untuk seorang Danu Saputra, pria yang sangat sempurna, Dewi ikhlas dibuang kok Bu, Dewi Ikhlas dilepaskan, daripada terus bersama tapi tidak saling mencintai, hanya hubungan yang tak bermanfaat yang didapat dalam rumah tangga, makin menambah dosa."

Suaraku mulai bergetar, badanku mulai menggigil, menahan rasa luar biasa yang mengaduk-aduk isi hatiku.

"Terima kasih Ibu, sudah menjadikan Dewi menantu selama 15 tahun, selama jadi menantu, Ibu sangat baik."

"Sampaikan juga buat Bang Danu, terimakasih sudah sudi menikahiku, si anak yatim-piatu, walau tanpa rasa cinta, dan memberiku dua anugerah terindah."

"Mohon Maaf, tampa mengurangi rasa hormat, aku lelah sekali, kalau sudah tidak ada lagi yang disampaikan, aku persilahkan kalian pulang, istirahat juga,"

Usirku halus sambil menangkupkan dua telapak tanganku di dada.

Ibu Mertuaku dan Abang iparku melongo mendengar ucapanku.

"Bukan begitu Nduk! Ibu maunya kalian baik-baik saja, nggak usah selalu bertengkar, kasian anak-anak."

"Bu, Dewi sangat menghormati Ibu, nggak ingin aku berdebat sama Ibu, Dewi ngalah apa maunya Bang Danu, maaf Bu, Dewi nggak kuat di dua 'kan, Ibu juga perempuan pasti bisa merasa apa yang Dewi rasa," ucapku dengan lembut ke Ibu, lalu kupandang Bang Rizal yang diam mendengarkanku dan ibu bicara.

"Abang Rizal, ada yang mau dibicarakan lagi," tanyaku sopan.

"Gini loh Dewi, dulu kalian jadian baik-baik, kalau bisa berakhir juga dibicarakan baik-baik, kalau memang mau bercerai ya dibicarakan juga baik-baik soal harta dan anak-anak," ujarnya.

Aku mengerutkan keningku memahami ucapannya, kenapa aku jadi pusing kepala dengar bicaranya.

"Maksudnya apa?" tanyaku heran.

"Ya Anak-anak, biar salah satu ikut Ayahnya, juga sepeda motor yang dibeli Danu dulu, itu juga pakai uang Danu, jadi Danu ada hak," katanya menjelaskan kemauan Adiknya.

Oh Tuhan, benar-benar di uji kesabaranku menghadapi keluarga perhitungan seperti ini,

suamiku yang tak bertanggung jawab, yang menafkahiku 500 ribu sebulan untuk makan anak-anaknya, belum biaya sekolah, listrik, air, kebersihan, kini menanyakan hartanya yang hanya sepeda motor bekas, yang dipakai anaknya sekolah tiap hari.

Dengan Ibu mertua aku masih bisa bersabar, karena lebih tua, aku menghormatinya, tapi untuk kakak Iparku ini, ingin rasanya ada jin yang menempel di tubuhku, lalu mengangkat Iparku ini tinggi -tinggi dan melemparnya ke atas genteng.

"Bang Rizal, tentang sepeda bekas itu, silahkan bicarakan sendiri dengan Ardi ya, anak kandung Danu sendiri loh yang pakai, itu untuk ke sekolah bareng Aisyah tiap hari, kalau aku pribadi, silahkan ambil saja, kalau tega," sindirku.

"Maaf kalau bicaraku agak lancang, harusnya Adikmu bersyukur menikahiku, begitu menikah aku punya rumah beserta isinya peninggalan orang tuaku, walau hanya rumah sederhana, beban hidup seperti apa yang dia rasa selama bersamaku? Kalau tak punya rumah, berapa uang yang harus dikeluarkan suamiku buat mengontrak dan membeli perabotan? Menikahiku tidak keluar untuk itu 'kan?" jelasku menatap tajam ke Abang Iparku.

Aku memberi penjelasan ini dengan niat supaya mereka menyampaikan ke Bang Danu, betapa dia tak dirugikan hartanya karena menikahiku.

"Lima ratus ribu sebulan! Nafkahku dari suami, pakai logika kamu Bang, jajan anak kami dua, sehari 10.000 seorang, sebulan 600 ribu, cukupkah? Bagaimana makan kami? Biaya sekolah? Listrik? Air? Apa suamiku perduli? Aku banting tulang Bang ...! Buat nafkah anak-anak, juga keperluan rumah tangga, aku jadi tulang punggung! Tapi aku ikhlas melakukannya demi cintaku ke suami, lalu, masih burukkah aku di mata kalian?"

"Itu urusan kalian, rumah tangga kalian, bukankah suami istri memang harus saling membantu, dari awalkan sudah ada pembicaraan pastinya, jadi jangan ngeluh," hardik Bang Rizal

"Oohw," aku mengangguk anggukkan kepala

"Baik Bang, Ibu. Sepertinya aku sudah buang-buang energi bicara panjang lebar dari tadi, toh tetap aku yang salah di mata kalian, ada lagi yang ingin dibicarakan? kalau tak ada lebih baik kita sudahi, aku mau istirahat," ujarku, kedua kalinya aku mengusir halus mereka.

Ibu mertua hanya diam saja dari tadi.

"Ya sudah. Aku rasa cukup, suruh anak-anak besok ke rumah Neneknya," kata Bang Rizal.

"Untuk apa?" tanyaku heran.

"Ya untuk ketemu Ayahnya, jangan kamu racuni anak-anak supaya benci Ayahnya, caramu nggak bagus juga, mereka belum tahu yang sebenarnya, bagaimana Ibunya," ujarnya dengan nada meninggi.

"Ooh, begitu?! Jadi tahu apa Abang?!" Bicaraku dengan nada mulai meninggi pula, entah punya keberanian dari mana, kutantang matanya, menatap Iparku tajam.

"Apa Abang tahu juga, saat kalian pergi wisata memakai mobil mewah pelacur yang kalian banggakan itu, anakku ...!! Anak aku! ( suaraku mulai keras dan bergetar disertai isak tangis) dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Ayahnya dan seorang wanita sedang berzina, di kamar tidur kami." Suaraku melengking tinggi.

"Apa kalian tahu juga ...! Aisyah di kurung di kamar belakang karena membuang pemberian Renita," ujarku sambil berurai air mata, emosi sudah menguasai.

"Apalagi yang kalian tahu ...?! Dirumah kalianlah mental anakku tak baik baik saja, karena melihat ayahnya tidur dan bermesraan bersama perempuan yang bukan Ibunya?" teriakku mulai histeris menghadapi orang-orang egois ini.

"Tutup mulutmu, benar kata Danu, kau pandai bicara, menuduh Danu seenaknya tampa bukti," sengitnya sambil telunjuknya menunjuk ke wajahku.

Gegas aku ambil ponsel, lalu menunjukkan pada mereka, foto yang di kirim Shella dan Screenshot chat mesra Bang Danu dan Renita yang kudapat dari ponsel Bang Danu.

"Aku menuduh seenaknya katamu ... ?! Kau masih tak mau jujur kalau sudah bersenang senang dengan mobil mewahnya? Tak mau jujur juga kah, kalau wanita pezin4 itu sering ke rumah kalian dan kalian menerimanya?"

"Ini foto asli bukan rekayasa, suamiku dan wanita ini ada hubungan, ternyata keluarga kalian mengetahui dan mendukungnya, benar benar keluarga hebat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    RASA SYUKUR

    Happy ending Bab terakhir Orang-orang yang ada di ruangan semua terdiam. Menunggu, kata-kata apalagi yang akan mereka dengar dari Danu dan Pisca, yang mereka tau selama ini mereka hanya teman kerja, tidak pernah lihat mereka berdua aneh-aneh dan terlihat seperti orang jatuh cinta."Tidakkkk! Kita harus menikah Danu, aku sudah tinggalkan suami aku demi kamu, jadi kamu tidak boleh menikah dengan yang lain, kamu hanya menikah dengan aku, sekarang juga aku akan datang ke rumah yang kamu tinggali, kamu dimana sayang? Kamu harus pergi bersamaku," teriak Renita panik.Pisca yang sudah menahan jengkel dari tadi, langsung mengambil alih ponsel di tangan Danu."Hai, Tante cantik, apa kabar?Lama nggak jumpa kita ya, kok masih suka marah-marah aja sih?" ledek Pisca terkekeh mendengar nada Renita yang emosi.Yang lain justru mendengarkan dengan tegang dan penasaran."Heh, siapa kamu? Gadis ingusan? Nggak usah suka ikut campur urusan orang," hardik Renita."Loh, kalau urusan orang lain aku nggak s

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    BENING DAN CAHAYA , SELAMAT DATANG

    Di Apartemen Renita.Renita menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa, kepalanya terasa pening karena terlalu banyak menangis.Wanita itu memejamkan mata sambil bersandar di sofa, menarik dan membuang nafas berkali-kali untuk menenangkan hatinya.Yang sudah terjadi ya sudahlah, pikirnya, kalau Hendra tidak memaafkan dan tak mencintai dirinya lagi, masih ada Danu yang selalu mengejarnya, sekarang fokus bagaimana cara menghubungi Danu lagi dan menjauhkannya dari Pisca.Renita mencari ponselnya untuk menghubungi Amel, menanyakan apakah sudah berhasil menjalankan perintah."Argh," teriak Renita gusar."Mati lagi baterainya." Renita segera meraih ponselnya untuk di cash.Beberapa menit menunggu dengan tak sabar wanita itu segera membuka layar ponselnya."Hah, akhirnya," pekik Renita senang setelah membaca chat masuk dari putrinya, Amel.Di rumah sakit, Dewi tersenyum bahagia memandang putri kembarnya, Dewa menyuapinya makan dengan penuh perhatian dan sayang, sedari tadi pria itu sibuk mengurus

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    DESIR DESIR BAHAGIA

    Pisca akhirnya memberikan nomor ponsel dia, Pak Satpam juga Danu, dia merasa pria itu juga pasti tak mau berdiam diri selama tinggal di rumah ini walau statusnya bukan lagi sebagai pekerja.Danu pasti tetap merawat bunga-bunga di taman yang sudah bertahun-tahun dirawatnya bila keluarga Pak Bahtiar sedang di luar negeri, siapa tahu cincinnya ditemukan oleh lelaki itu, pikir Pisca.Dengan senang hati Amel kembali bergabung ke temen-temennya, ternyata tidak susah juga melakukan permintaan Mamanya, lumayan dapat 10 juta, bisiknya dalam hati, namun ada juga rasa heran di hati, untuk apa Mamanya meminta nomor ponsel Ayah kandung Ardi, apa mereka saling mengenal? Tanya Amel dalam hati.Amel membuka layar ponselnya ingin segera mengabarkan pada sang Mama, bahwa misinya berhasil.Namun nomor ponsel Renita tak tersambung juga, berkali-kali dicoba tetap saja tidak tersambung.--++++terimakasih readers, besok bab terakhir, tamatAmel tidak tahu bila orang tuanya bertengkar hebat dan ponsel Reni

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    TALAK UNTUK RENITA

    "Mm-mas Hen dra," ujar Renita tergagap karena masih diliputi rasa terkejut."Kenapa gugup? Kenapa langsung pucat kaya maling tertangkep begitu? Apa video ini rupanya yang bikin kamu gelisah dari tadi?" Hendra bertanya pelan namun tatapan matanya tajam.Hendra mengarahkan ponsel yang dia pegang ke wajah Istrinya, menampakan video status Amel."Ada Danu rupanya, kamu rindu sekali dengan kekasih gelapmu itu? Sampai sebegitu bingungnya, hingga nekad menyuap banyak uang pada putrimu untuk mendapatkan keinginanmu," sindir Hendra, menegur istrinya tajam."Tenang Mas Hendra, semuanya bisa dibicarakan baik-baik, jangan salah paham dulu ya, aku bisa jelaskan," bujuk Renita dengan lembut dan manja berusaha meluluhkan kemarahan suaminya.Namun Hendra menepis tangan Renita yang berusaha merengkuhnya, lelaki yang merasa tersakiti itu, hatinya tak lagi sama seperti yang dulu. Sosok seorang suami yang manis, mengalah dan penyayang kini berubah menjadi sosok sadis dan penuh kebencian.Wajah Renita ya

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    TERBONGKARNYA PERSELINGKUHAN

    Keluarga Hendra yang awalnya begitu menyayangi Renita karena masih ada ikatan saudara, kini berbalik jadi membenci istrinya setelah mengetahui perbuatannya mampu menyakiti hati Hendra, mereka hanya membenci kelakuannya yang berselingkuh dengan beberapa pria dan bersenang-senang dengan pria-pria itu dari hasil kerja keras suaminya. Padahal selama ini Hendra memuliakan Renita bak ratu, menuruti dan mencukupi semua kebutuhan dan keinginan Istri juga anak-anak nya, mereka adalah dunia dan kebahagiaan Hendra.Setelah mengetahui perselingkuhan Renita dengan berganti-ganti lelaki bahkan sampai menghidupi dan mencukupi pria yang bersamanya, membuat hati Hendra tercabik cabik, sementara dirimya banting tulang mencari nafkah demi untuk membahagiakannya, istrinya malah membahagiakan pria lain.Keluarga Hendra yang tak terima, mereka terus mengirim beberapa bukti berupa foto-foto Renita yang terciduk diam-diam oleh keluarga atau tetangga dan teman-teman Hendra yang melihat istrinya sedang jala

  • MEMBALAS MANTAN SUAMI DENGAN KESUKSESAN ANAKKU    KECURIGAAN SUAMI RENITA

    Begitu pun Dewa, Dewi dan keluarga yang lain juga fokus melihat ke arah sang pengantin putri, dengan penasaran yang sama seperti Danu.Tiara memandang wajah Pak Danu lekat, lalu berkata."Ayah Danu Syaputra, aku Tiara Bahtiar, aku sekarang anakmu juga, sekarang boleh 'kan aku memanggilmu Papa Danu? Atau Ayah Danu?" tanya Tiara dengan mengulas senyum di wajah bening dan cantiknya.Danu masih diam, terpukau tak percaya dengan pendengarannya."Terimakasih, Papa Danu, sudah menghadirkan Kak Ardi ke dunia ini dan menjadi penjaga serta imamku di dunia dan akhirat, Ayahku sekarang ada tiga, Ayah Bahtiar, Ayah Dewa dan tambah lagi Ayah Danu, jadi bertambah lagi orang yang akan menyayangi aku," ujar Tiara, lalu membungkukkan badan sambil mengambil tangan Danu dan mencium punggung tangan lelaki itu dengan takzim."Masya Allah," terdengar beberapa suara yang memuji apa yang Tiara lakukan, putri seorang pengusaha sukses, tidak malu mengakui mantan supir pribadinya selama ini sebagai Ayah Mertu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status