Share

Masuk Perangkap

Aryo terbangun dari tidurnya karena sinar matahari yang menelusuk masuk melalui celah gorden yang sedikit tersingkap. Dengan perlahan Ia membuka matanya, beberapa detik kemudian ia dikejutkan dengan pemandangan disampingnya.

Selimut yang tersorot kebawah menampakkan pundak putih milik istrinya. Aryo melihat kedalam selimut badannya telanj***g b**at sedangkan istrinya hanya menggunakan celan* da**m.

"Apa yang telah aku lakukan," ucap Aryo panik. Karena tidak mengingat apa yang telah terjadi tadi malam

Ia pun bangun dan duduk bersandar di dinding ranjang, ia mengusap wajah dengan kasar karena telah kebablasan, semua terjadi pasti gara-gara ia terlalu banyak minum tadi malam.

"Ah, bodoh." ucapnya prustasi sambil mengacak-acak rambutnya.

Tiba-tiba, Via menggeliat dalam tidurnya dan membuka matanya menatap Aryo sembari tersenyum dengan indahnya. Namun didalam hati seakan tertawa senang karena sebentar lagi ia akan membuat Aryo tidak punya pilihan lain.

"Apa yang telah aku lakukan semalam Via? Aku tidak bisa mengingatnya," tanyanya dengan dahi mengernyit penuh tanda ranya. Dan berharap apa yang ia khawatirkan tidak terjadi.

Via kembali tersenyum, setelah itu merubah posisinya menghadap Aryo dengan tangan kanan ia tompang dikepalanya.

"Kamu benaran lupa mas dengan apa yang kita lakuin semalam, hmm?"

"Iya, aku nggak bisa ingat apa-apa."

"Oke, Semalam mas sangat perkasa, kita melakukannya dengan sangat ... Ya, mas tau sendirilah. Aku tidak perlu menceritakannya. Tapi semalam mas sangat bersemangat melakukannya."

Aryo yang mendengarnya merasa lemes, niatnya ingin segera menjauh dari Via, malah terjadi seperti ini

'Bodoh, bodoh." Grutu Aryo dalam hati

"Tapi semalam kenapa mas menyebut nama wanita lain, saat kita melakukannya?" tanya Via pada Aryo sambil menatap tajam. Aryo seketika gelagapan mendengarnya.

"Apakah selama ini mas Aryo selingkuh dibelakangku?"

"Ti—tidak, aku tidak perna selingkuh. Mungkin kamu salah dengar."

"Baiklah aku percaya sam kamu mas, kamu nggak mungkin melakukan itu." Via tersenyum dengan manisnya, sementara Aryo menelan ludahnya dengan kasar.

Via pun bangun dengan selimut ia pakai untuk menutupi dadanya. Ia melingkarkan tangan dilengan Aryo kemudian kepalanya disandarkan dibahu Aryo.

"Kamu jangan tinggalkan aku ya mas, aku bisa gila kalau itu kamu lakukan," ucap Via pelan. Aryo yang mendengarnya seketika meremasnya kedua tangannya

'Apa yang harus aku lakukan sekarang?' batinnya bingung dengan pilihannya sekarang.

"Kalau aku hamil, mas Aryo senang nggak?"

Aryo membulatkan matanya mendengar penuturan istrinya, ia tidak berpikir sampai kesitu. Bagaimana jika benar, apa yang telah ia lakukan semalam ternyata membuahkan hasil dan membuat istri kembali terikat dengannya.

Aryo tidak menjawab, ia sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Mas kok nggak dijawab? Sedari tadi kok lebih banyak diam?"

"I—iya aku pasti senang, siapa coba yang tidak senang jika mendapatkan anak. Begitupun denganku."

"Aku semakin cinta denganmu, Mas." Via mengeratkan pelukannya dilengan Aryo,

'Kamu akhirnya masuk perangkapku, Mas!" gumam Via dalam hati penuh kemenangan.

Aryo tak menjawab, ia kembali sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia telah melakukan kesalahan besar. Bagaimana kalau benar istrinya hamil. Ia tidak punya pilihan lain selain tetap mendampingi istrinya.

Sedangkan Salsha? Ah, biarlah nanti ia akan memikirkannya

Aryo pun masuk kedalam kamar mandi dan menguyurkan badannya dibawah shower. Ia mencoba mengingat kejadian semalam, tapi lagi-lagi ia tidak bisa.

Sementara Via yang masih diatas ranjang tersenyum miring karena rencananya berjalan dengan lancar. Dan rencana selanjutnya ia akan lakukan dengan mulus.

'Kau dan pelakor itu akan menangis darah, biar kalian rasakan sakitnya hatiku dikhianati," gumam Via penuh kebencian menatap kamar mandi.

Segera Via membuang muka dan keluar dari kamarnya berjalan menuju dapur. Ia kembali melakukan tugasnya untuk membuat sarapan untuk Aryo. Walaupun sebenarnya ia sangat enggan melakukannya, tapi demi rencananya ia lakukan juga.

Setelah semua telah disiapkan oleh Via, mereka pun sarapan dalam diam.

Usai sarapan Aryo langsung pamit kekantornya.

Siang harinya Aryo dikantor tengah sibuk menatap layar komputernya, pekerjaannya tidak selesai-selesai karena ia masih saja terpikirkan masalah dirumah.

Tok, tok. Ketukan pintu terdengar

"Masuk!" Sahut Aryo.

"Selamat siang, Sayang!" ucap Salsha dengan berpenampilan sangat cantik

"Salsha," ucap Aryo berusaha tersenyum

"Kamu kemana aja, aku khawatir banget sama kamu semalam," lanjut Aryo

"Maafin ya mas, aku janji nggak akan begitu lagi, tapi kamu juga harus janji nggak boleh bohongin aku lagi." ujar Salsha berjalan menuju kearah Aryo

"Iya sayang, aku janji."

"Makasih Mas." Salsha melingkarkan tangannya di leher Aryo

"Mas, aku boleh pinjam ATM-mu sebentar nggak? Aku mau perawatan," ucap Salsha dengan manjanya

"Boleh dong sayang," Aryo merogoh sakunya, seketika ia mengernyitkan dahinya karena ia tidak menemukan dompetnya

"Sayang dompet aku ketinggalan."

"Ya...." raut wajah Salsha seketika berubah

Ting.

Aryo pun meraih ponselnya untuk melihat pesan yang masuk. Lagi-lagi Aryo membelalakkan matanya melihat notif tarik tunai dari M-BANKING dengan jumlah yang cukup besar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status