Aryo terbangun dari tidurnya karena sinar matahari yang menelusuk masuk melalui celah gorden yang sedikit tersingkap. Dengan perlahan Ia membuka matanya, beberapa detik kemudian ia dikejutkan dengan pemandangan disampingnya.
Selimut yang tersorot kebawah menampakkan pundak putih milik istrinya. Aryo melihat kedalam selimut badannya telanj***g b**at sedangkan istrinya hanya menggunakan celan* da**m."Apa yang telah aku lakukan," ucap Aryo panik. Karena tidak mengingat apa yang telah terjadi tadi malamIa pun bangun dan duduk bersandar di dinding ranjang, ia mengusap wajah dengan kasar karena telah kebablasan, semua terjadi pasti gara-gara ia terlalu banyak minum tadi malam."Ah, bodoh." ucapnya prustasi sambil mengacak-acak rambutnya.Tiba-tiba, Via menggeliat dalam tidurnya dan membuka matanya menatap Aryo sembari tersenyum dengan indahnya. Namun didalam hati seakan tertawa senang karena sebentar lagi ia akan membuat Aryo tidak punya pilihan lain."Apa yang telah aku lakukan semalam Via? Aku tidak bisa mengingatnya," tanyanya dengan dahi mengernyit penuh tanda ranya. Dan berharap apa yang ia khawatirkan tidak terjadi.Via kembali tersenyum, setelah itu merubah posisinya menghadap Aryo dengan tangan kanan ia tompang dikepalanya."Kamu benaran lupa mas dengan apa yang kita lakuin semalam, hmm?""Iya, aku nggak bisa ingat apa-apa.""Oke, Semalam mas sangat perkasa, kita melakukannya dengan sangat ... Ya, mas tau sendirilah. Aku tidak perlu menceritakannya. Tapi semalam mas sangat bersemangat melakukannya."Aryo yang mendengarnya merasa lemes, niatnya ingin segera menjauh dari Via, malah terjadi seperti ini'Bodoh, bodoh." Grutu Aryo dalam hati"Tapi semalam kenapa mas menyebut nama wanita lain, saat kita melakukannya?" tanya Via pada Aryo sambil menatap tajam. Aryo seketika gelagapan mendengarnya."Apakah selama ini mas Aryo selingkuh dibelakangku?""Ti—tidak, aku tidak perna selingkuh. Mungkin kamu salah dengar.""Baiklah aku percaya sam kamu mas, kamu nggak mungkin melakukan itu." Via tersenyum dengan manisnya, sementara Aryo menelan ludahnya dengan kasar.Via pun bangun dengan selimut ia pakai untuk menutupi dadanya. Ia melingkarkan tangan dilengan Aryo kemudian kepalanya disandarkan dibahu Aryo."Kamu jangan tinggalkan aku ya mas, aku bisa gila kalau itu kamu lakukan," ucap Via pelan. Aryo yang mendengarnya seketika meremasnya kedua tangannya'Apa yang harus aku lakukan sekarang?' batinnya bingung dengan pilihannya sekarang."Kalau aku hamil, mas Aryo senang nggak?"Aryo membulatkan matanya mendengar penuturan istrinya, ia tidak berpikir sampai kesitu. Bagaimana jika benar, apa yang telah ia lakukan semalam ternyata membuahkan hasil dan membuat istri kembali terikat dengannya.Aryo tidak menjawab, ia sibuk dengan pikirannya sendiri."Mas kok nggak dijawab? Sedari tadi kok lebih banyak diam?""I—iya aku pasti senang, siapa coba yang tidak senang jika mendapatkan anak. Begitupun denganku.""Aku semakin cinta denganmu, Mas." Via mengeratkan pelukannya dilengan Aryo,'Kamu akhirnya masuk perangkapku, Mas!" gumam Via dalam hati penuh kemenangan.Aryo tak menjawab, ia kembali sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia telah melakukan kesalahan besar. Bagaimana kalau benar istrinya hamil. Ia tidak punya pilihan lain selain tetap mendampingi istrinya.Sedangkan Salsha? Ah, biarlah nanti ia akan memikirkannyaAryo pun masuk kedalam kamar mandi dan menguyurkan badannya dibawah shower. Ia mencoba mengingat kejadian semalam, tapi lagi-lagi ia tidak bisa.Sementara Via yang masih diatas ranjang tersenyum miring karena rencananya berjalan dengan lancar. Dan rencana selanjutnya ia akan lakukan dengan mulus.'Kau dan pelakor itu akan menangis darah, biar kalian rasakan sakitnya hatiku dikhianati," gumam Via penuh kebencian menatap kamar mandi.Segera Via membuang muka dan keluar dari kamarnya berjalan menuju dapur. Ia kembali melakukan tugasnya untuk membuat sarapan untuk Aryo. Walaupun sebenarnya ia sangat enggan melakukannya, tapi demi rencananya ia lakukan juga.Setelah semua telah disiapkan oleh Via, mereka pun sarapan dalam diam.Usai sarapan Aryo langsung pamit kekantornya.Siang harinya Aryo dikantor tengah sibuk menatap layar komputernya, pekerjaannya tidak selesai-selesai karena ia masih saja terpikirkan masalah dirumah.Tok, tok. Ketukan pintu terdengar"Masuk!" Sahut Aryo."Selamat siang, Sayang!" ucap Salsha dengan berpenampilan sangat cantik"Salsha," ucap Aryo berusaha tersenyum"Kamu kemana aja, aku khawatir banget sama kamu semalam," lanjut Aryo"Maafin ya mas, aku janji nggak akan begitu lagi, tapi kamu juga harus janji nggak boleh bohongin aku lagi." ujar Salsha berjalan menuju kearah Aryo"Iya sayang, aku janji.""Makasih Mas." Salsha melingkarkan tangannya di leher Aryo"Mas, aku boleh pinjam ATM-mu sebentar nggak? Aku mau perawatan," ucap Salsha dengan manjanya"Boleh dong sayang," Aryo merogoh sakunya, seketika ia mengernyitkan dahinya karena ia tidak menemukan dompetnya"Sayang dompet aku ketinggalan.""Ya...." raut wajah Salsha seketika berubahTing.Aryo pun meraih ponselnya untuk melihat pesan yang masuk. Lagi-lagi Aryo membelalakkan matanya melihat notif tarik tunai dari M-BANKING dengan jumlah yang cukup besar.Tidak mau Salsha tahu tentang siapa yang mengirim pesan, Aryo segera menyimpan ponselnya kemudian kembali pokus ke Salsha."Sayang kamu cantik banget hari ini, kamu memang bisa membuatku berselera." Aryo memuji kecantikan Salsha, ia merasa Salsha sangat bisa menyenangkan hatinya tidak seperti Via yang kalau dandan bikin matanya menjadi sakit."Iya dong, Aku tidak sama seperti istri kumal mu itu," jawab Salsha yang seperti tahu apa yang Aryo pikirkan"Iya itu yang membuat aku betahnya sama kamu," ucap Aryo dengan satu ciuman mendarat di kening Salsha"Nanti malam ke apartemen ya, Mas. Seperti biasa aku sudah sediain obat supaya kita lebih semangat," ujar Salsha sembari tersenyum nakal.Aryo berpikir sejenak mendengar apa yang barusan Salsha katakan, sebenarnya ia sangat rindu dengan permainan ranjang Salsha. Tapi bagaimanapun ia harus pulang karena ia ingin melihat apa saja yang dilakukan oleh Via mengunakan ATM miliknya."Mas! Kok diam? Dari tadi aku perhatikan wajahmu kok seperti ora
Satu bulan berlalu, Aryo kini jadi sering dirumah ketimbang diluar. Entah mengapa ia jadi lebih betah barsama Via sekarang. Namun bagaimanapun ia juga sangat mencintai Salsha, jadi sekarang ia sudah bisa mengatur waktunya.Via rasa ini sudah saatnya ia menjalankan rencana selanjutnya. Via segera mengambil testpack positif yang ia dapatkan dari Intan, entah darimana Intan mendapatkannya.Melihat Aryo yang baru saja keluar dari kamar mandi, Via pun segera melakukan aktingnya."Hoekkk," Via langsung menutup mulutnya dan berlari ke kamar mandi dan menutup pintunya"Via, kamu kenapa?" tanya diluar pintu. Via tak menyahut ia terus berakting muntah-muntah."Via, kamu sakit?" tanya Aryo lagi mulai merasa khawatir.Tak lama kemudian Via keluar dengan wajah lemesnya. Aryo langsung menghampirinya"Kamu kenapa? Wajah mu sepertinya lemas sekali, kita harus kedokter sekarang." ucap Aryo dengan cepat ia raih dan memakai kaos berwarna putih"Aku sebenarnya nggak sakit, Mas. Aku cuma mau bicara sesuat
Setelah selesai makan malam, Aryo dan Via bersantai di ruang keluarga tengah menikmati sinetron di televisi dan sangat kebetulan sinetron yang mereka tonton tentang perselingkuhan.Via sibuk dengan cemilan yang ia belikan tadi siang, Aryo hanya bisa mengernyitkan dahinya melihat Via yang kini benar-benar rakus.Aryo merasa tenggorokan sedikit kering, ia juga tak enak hati kalau harus menyuruh Via mengambilkan air untuknya. "Mas mau kemana?" tanya Via saat melihat Aryo hendak beranjak"Aku haus, mau ke dapur ambilin minum. Kamu mau minum juga?""Iya, tapi aku maunya susu, Mas." ucap Via dengan manjanya"Mau rasa apa?" tanya Aryo tanpa protes"Coklat," jawab Via sembari tersenyum, Aryo pun mengangguk dan berjalan ke dapur"Enak juga pura-pura hamil, apa saja yang kita mau diturutin." gumam Via tertawa kecilBeberapa menit kemudian Aryo pun datang membawa segelas susu. Via menerimanya dengan senang hati, Namun seketika ia mengerutkan keningnya"Mas, kan aku minta rasa coklat. Ini kok ra
Pagi ini Via sengaja hanya masak nasi goreng untuk Aryo dan kini telah siap di atas meja makannya tinggal menunggu suaminya keluar kamar.Tak lama kemudian Aryo pun keluar kamar sambil mengancing lengan bajunya, ia pun terlihat sudah sangat rapi. Karena hari ini ia kemabali masuk kerja. Via secara diam-diam menatap suaminya.'Tampan sekali, tapi sayangnya hatimu tak seindah parasmu, Mas'"Selamat pagi, Mas," sapa Via."Pagi sayang!" Ucap Aryo yang segera duduk"Mas, maaf ya hanya nasi goreng. Soalnya aku merasa sangat malas bergerak," ucap Via saat mereka sedang sarapan"Nggak apa-apa kok, nasi gorengnya juga enak ."Via tersenyum mendengar, "Mas, sepertinya kita butuh pembantu untuk membantuku mengerjakan pekerjaan rumah.""Oh, iya nanti akan aku carikan ya." jawab Aryo tanpa protes karena ia merasa Via benar, mereka memang butuh pembantu apalagi saat ini Via sedang hamil.Usai makan Via mengantarkan suaminya kedepannya, "Hati-hati ya mas, jangan lupa makan siangnya." Aryo menghada
"Aku yang akan berperan sebagai pembantu dirumahmu, Mas.""Sha, semua itu tidak semudah apa yang kamu pikirin, emangnya kamu bisa bekerja sebagai pembantu? Semuanya hanya akan membuat Via curiga sama kita, Sha.""Ya ... Aku bisa kok, tapi kalau seandainya hubungan kita ketauan malah bagus dong, kita nggak perlu rahasia-rahasia lagi sama istrimu itu.""Salsha, tolong ngerti sedikit aja, aku akan menikahi kamu, aku juga sangat mencintaimu. Tapi kalau sekarang waktunya belum tepat, Sha.""Iya aku mengerti mas, tapi izinkan aku tinggal bersamamu.""Aku nggak yakin, kamu bisa mengerjakan semuanya, Sha.""Kamu percaya sama aku mas, demi kamu dan hubungan kita aku pasti bisa," ucap Salsha lalu memberi kecupan dipipi Aryo."Ya sudah terserah kamu aja. Tapi ingat jangan sampai membuat Via curiga.""Oke mas. Makasih." Salsha memeluk Aryo'Sebentar lagi aku akan menyingkirkanmu, Via," batin Salsha. Sembari tersenyum sinis"Ya sudah kamu tunggu sebentar, aku mau selesaikan pekerjaan ini dulu, set
Pagi ini Via sengaja bangun telat karena tidak perlu menyiapkan sarapan untuk Aryo karena mereka sudah ada pembantu baru dirumahnya. Tapi Via selalu bersikap waspada dengan kehadiran Salsha dirumanya.Via yang masih terpejam seketika menjadi kaget ketika sentuhan yang terasa sangat dingin diperutnya. Ia membulatkan matanya saat mendapatkan Aryo yang sedang bertelanjang dada dan hanya mengunakan handuk sebatas pinggang tengah tersenyum kepadanya dengan tangan masih menempel di perutnya."Mas Aryo," ucap Via pelan"Maafkan aku, Sayang. Aku hanya ingin membangunkan baby," jawabnya. lalu mencium perut Via yang masih rata. Via merasa sangat geli dengan perlakuan suaminya.Via tersenyum, "Nggak apa-apa. Mas." Via memegang tangan Aryo yang masih mengusap perutnya.Via pun bangun, dan berjalan menuju lemari untuk menyiapkan baju Aryo yang baru saja selesai mandi."Mas, ini bajunya.""Makasih, Sayang," jawab Aryo. Sambil berjalan ke arah Via lalu memeluknya dari belakang. Tentunya Via menjadi
Pukul 4.00 sore Via pulang kerumah, ia sedikit kaget melihat mobil suaminya sudah ada digarasi.'Tumben mas Aryo pulang jam segini, pasti tuh cewek ngadu. Ah, sudah ku duga.' batin Via lalu melangkah masuk kedalam rumahnya melihat suaminya yang telah menunggunya di ruang tamu."Assalamualaikum," ucap Via pelan sembari tersenyum."Waalaikumussalam, dari mana aja? Jadi gini kelakuan kamu selama aku nggak ada dirumah." ucap Aryo to the point. 'Wow, baru kali ini aku dibentak oleh mas Aryo, pasti ini semua gara-gara termakan omongannya si wanita j*lang itu. Awas aja akan ku balas lebih dari ini.' grutu Via dalam hati."Maaf mas, sebenarnya tadi pagi tiba-tiba perutku merasa keram, jadi aku ajak Intan untuk periksa ke dokter. Karena sebelumnya kan aku belum periksa," jelas Via pelanMendengar penjelasan Via, wajah Aryo yang tadinya kusut perlahan berubah. Karena ia tidak mungkin marah dengan Via kalau sudah menyangkut janin yang ada dalam kandungan Via."Kamu nggak apa-apa kan? Terus apa
Pagi-pagi sekali Via sudah sibuk dengan ponselnya saat suaminya masih tertidur dengan pulas. Via berbalas chat dengan Intan tentang apa yang mereka rencanakan kemarin, Via akan membeli sebuah Kedai Kopi yang jauh dari tempat tinggal mereka, rencananya kedai itu akan dikelola oleh Intan dan tentunya rencana itu semua tanpa diketahui oleh Aryo.[Via, nanti siang pemilik kedai ingin bertemu dengan kita. Kamu bisa nggak?] kata Intan dipesan singkatnya[Oke! Nanti aku usahakan.][Yakin kamu nggak akan dicurigai keluar rumah terus?][Ya, nanti aku akan cari cara.]Setelah sepakat dengan Intan, Via berniat untuk mandi, namun ia urungkan kerena ia ingin membaca apa saja percakapan Aryo dan Salsha karena semalam ia melihat suaminya tidur sudah larut malam. Via langsung membuka WhatsApp milik Aryo.[Mas, aku minta uang, capek aku kalau kek gini terus. Lihat kamu selalu mesra-mesraan terus sama istrimu itu.][Aku nggak ada uang cash dan kamu jangan ngeluh gitu, kan dari awal aku bilang jangan s