Home / Rumah Tangga / MEMILIH BERPISAH / BAB 4 : Umpatan mertua

Share

BAB 4 : Umpatan mertua

Author: Ray
last update Last Updated: 2023-03-31 23:26:54

"Mas mau ngapain?" mata Sarah membola saat melihat suaminya justru melepas handuk yang tadinya melilit tubuhnya.

Anton menyunggingkan senyum penuh arti. Dengan mengedipkan manja sebelah matanya.

"Sarah, istriku, sayangku, cintaku ... Mas ingin membahagiakanmu. Membelai lembut, dan memberimu kehangatan sayang"

Sarah menyimpulkan senyum terindah untuk suaminya tercinta. Anton menerima segala sajian terbaik yang diberikan Sarah. Nafas mereka bersahut-sahutan satu sama lain mencapai puncak kenikmatan.

"Terima kasih Sayang, kau memang yang terbaik" puji Anton pada Sarah dengan nafas yang terengah-engah seperti halnya orang yang tengah selesai berolah raga berat.

"Mas Anton juga pastinya sangat hebat juga perkasa" Sarah pun membalas pujian suaminya.

Tentulah pujian Sarah membuat Anton merasa bangga sebagai seorang lelaki.

Adzan magrib berkumandang, Sarah gegas berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena di rumah sederhana ini kamar mandi hanya satu, Sarah harus mengantri menunggu Ros selesai mandi.

Sudah menjadi kebiasaan Ros, mandi selalu mendekati Adzan magrib.

Tok... tok... tok...

"Ros ... Masih lama?"

"Makanya kalau berhubungan tau diri dan waktu. Bukannya siap-siap sholat kamu malam enak-enakan. Dasar perempuan gatel, mintanya digaruk terus" cerocos Dewi pada Sarah.

Sarah merasa tidak enak hati mendengar jawaban ibu mertuanya itu, apalagi tadi Dewi menatap sinis ke arah Sarah, saat Anton membopongnya mesra.

Sarah hanya menunduk malu. Tidak sanggup menatap ke arah Dewi, apalagi menjawabnya.

Padahal, bukan keinginan Sarah berhubungan dengan suami tadi. Tapi untuk menolak pun Ia takut berdosa.

"Bu ... Jangan terlalu keras berbicara dengan Sarah. Dia masih baru di kelurga kita"

Anton yang mendengar Ibunya memarahi Sarah, ternyata membela istrinya. Hal ini membuat Dewi semakin tersulut emosi dan tidak menyukai Sarah.

"Kamu bela terus dia. Lama-lama dia besar kepala dan tidak menghargai Ibu sebagai mertuanya," Ucap Dewi kesal pada anak sulungnya.

"Apaan sih ribut-ribut" ucap Ros yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Ros menatap tajam mata Sarah. Tampak sekali Ia juga tidak menyukai Sarah. Ros merasa semenjak Anton menikah, kasih sayang kakaknya sangat berkurang dari biasanya.

"Sudah Mas,"

Sarah memegang lengan suaminya. Memberikan isyarat mata agar Anton tidak lagi menjawab perkataan Dewi.

Anton mengangguk, dan menuntun Sarah masuk ke dalam kamar mandi.

Prang! Terdengar suara panci yang jatuh ke lantai.

"Dasar menantu gak tahu diri, kerja aja nggak ada yang beres. Bisanya cuma nyusahin aja."

Dewi mengatai Sarah sesuka hatinya, tanpa memikirkan perasaan menantunya itu. Sedangkan Sarah yang berada di dalam kamar mandi merasakan hatinya begitu berdenyut nyeri.

"Mas ...," Kata-kata Sarah terhenti namun air matanya mengalir deras.

"Sabar sayang," Anton memeluk istrinya sembari menguatkan.

"Kenapa Ibu membenciku Mas? Apa salahku?"

Air mata Sarah terus berjatuhan, Ia sangat merasakan hati yang begitu perih sebab kebencian Dewi padanya. Siapapun pasti tidak akan ada yang betah jika hidup se rumah dengan mertua yang sangat julid. Pun begitu Sarah.

Di usia seminggu pernikahan Sarah, seharusnya Ia berbahagia dengan suaminya. Namun kenyataannya tidak demikian. Batinnya selalu terluka sebab memang sengaja ditoreh luka oleh mertuanya sendiri.

“Sayang... Apakah Sarah mau kita punya rumah sendiri dan tidak menumpang lagi dengan Ibu?” Anton bertanya pada Sarah sambil berusaha menatap mata istrinya.

Sarah membalas tatapan Anton dengan tatapan mata sayu, sisa-sisa air matanya tadi masih jelas membasahi pipinya yang putih.

“Tapi kita gak ada uang Mas, Apalagi ... Jika harus membuat rumah. Tolong jangan terlalu memaksakan diri, Mas.”

Sarah yang masih kecewa dan sedih, tetap tidak ingin membebani suaminya. Biarlah Ia saja yang tersakiti hatinya dengan keadaan ini. Asalkan suaminya masih tetap bahagia dan selalu bisa berbakti pada Dewi.

“Begini sayang ....” Anton mengelus rambut panjang dan lurus Sarah.

Sarah terlihat begitu antusias memperhatikan dan mendengarkan setiap kata yang akan diucapkan suaminya.

“Mas dengar di Taiwan ada lowongan pekerjaan sebagai ART, dan gajinya juga lumayan besar, kalau tidak salah sekitar 10 juta rupiah perbulan. Sedangkan tempat tinggal dan makan sudah ditanggung majikan. Tetangga Mas yang bernama Titin cuma kontrak 5 tahun saja tapi sudah bisa bangun rumah yang bagus. Dia juga sekarang sedang merintis usaha yang lumayan. Ya, bisa dikatakan modal awalnya hanya kontrak kerja sebagai TKW itu,” ucap Anton pada Sarah seraya membasahi tubuh istrinya dengan air.

Anton memandikan Sarah dan membantu menyikat punggung istrinya. Meskipun mereka terlihat bahagia mandi bersama. Kenyataannya saat ini pikiran Sarah masih dipenuhi dengan ucapan Anton mengenai peluang menjadi TKW di Taiwan.

Sarah belum menjawab apapun yang suaminya ucapkan. Ia memilih diam dan berfikir.

Sedangkan Anton membiarkan Sarah berpikir dahulu. Anton juga tidak ingin memaksakan kehendaknya. Biarlah istrinya yang menentukan semuanya.

"Hey Sarah ... Keluar! Mau berapa jam kau di kamar mandi itu. Ini bukan rumahmu. Jadi kau jangan seenaknya berkuasa"

Tiba-tiba Dewi kembali berteriak-teriak memarahi Sarah.

Sarah yang sedang mandi dengan suaminya, dengan sigapnya mengguyur seluruh tubuhnya dan memakai pakaian. Ia merasa tidak enak hati dengan mertuanya.

Di luar kamar mandi, Dewi sudah berdiri dengan menopang kedua tangannya di pinggang sambil menatap ke arah Sarah tajam.

"Ma-af Bu," ucap Sarah menunduk karena takut membalas tatapan Dewi.

"Maaf terus, makanya kerja. Jangan cuma taunya nyusahin suami" jawab Dewi ketus pada Sarah.

=====

Sarah menangis di setiap sujudnya. Mengadukan keperihan hatinya pada Tuhan. Sekuat hati ia bertahan, tetap saja ada rasa lelah dan sakit yang tidak tertahankan.

Luka di tubuh mungkin bisa sembuh dengan mudah, namun jika hati yang tergores sebab lidah, bagaimana mungkin dengan mudahnya ia sembuh?

"Sayang, kamu sabar ya, mungkin Ibu tidak bermaksud berkata seperti itu."

Meskipun Anton mendengar sendiri cacian, umpatan juga makian pada istrinya yang dilakukan oleh Dewi, Ia tetap tidak ingin menyalahkan ibunya.

"Iya Mas, Aku mengerti" sahut Sarah. Namun mata dan hatinya tidak bisa berbohong. Tetap saja hatinya masih begitu terluka.

"Sarah, bagaimana pendapat kamu tentang pekerjaan TKW yang Mas sampaikan tadi?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 20

    Mobil bus terus melaju menuju kota B, di mana kota B itu menjadi titik kumpul mereka. Titin masih berpikir bagaimana caranya membuktikan pada Sarah. Di satu sisi ia tidak ingin ikut campur urusan urusan Sarah, di sisi lain ia juga iba dengan wanita sebaik Sarah yang harus tersakiti hatinya terus-menerus."Aku akan buktikan!. Ya, aku harus cari buktI" Ucap Titin lirih.Wanita itu melihat Sarah yang tersenyum sepanjang perjalanan dalam bus. Bertambahlah rasa iba dalam diri Titin terhadap wanita yang bernama Sarah itu. "Mba Titin, kok jadi gantian ngelamun, sih?." ucapan Sarah membuat Titin terkejut. Titin kembali tersenyum getir."Bukan kenapa-kenapa, mba. Cuma ada sedikit masalah keluarga aja.""Hmm, semoga masalahnya cepat terselesaikan ya, Mba." timpal Sarah lagi.TItin hanya membalas dengan anggukan kepala.*****Sesampainya di Taiwan, Sarah segera menghubungi Ratna dan Yusuf. Bagaimana pun juga tentu ia rindu dengan buah hatinya.Tut .... tut ...Pangggilan pertama Sarah tidak

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 19

    "Sudah siap, sayang?" ucap Anton cepat."udah dong, Sayang. Liat aku mas, aku udah cantik belum?" Tanya Sri manja."Tentu pacar mas Anton cantik sekali." Jawab Anton sambil mentoel dagu wanita itu."Mas Anton bisa aja, Sri jai tambah sayang" Balas Sri menggombal.Anton membawa Sri jalan dan makan di sebuah kafe yang paling bagus di desa itu. Pelayan kafe datang membawa menu makanan. Anton memperhatikan setiap harga yang tertera dalam daftar menu. Untuk air putih saja di bandrol dengan harga seribu rupiah, sedangkan menu yang lain seperi nasi goreng, mie goreng di hargai dengan dua puluh lima ribu rupiah."Sial!" batin Anton.Anton menjadi tidak tenang duduknya, ia takut Sri memesan yang aneh-aneh dan ngambek jika tidak dituruti."Mas, mau pesan apa?" tanya Sri tersenyum."Kamu aja dulu, sayang. Mas udah makan tadi" jawab Anton beralibi.Padahal bukan karena Anton sudah makan, melainkan ia hanya punya uang lima puluh ribu rupiah di dompetnya. Jika ia juga ikut memesan sebelum Sri, ia

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 18

    "Rah, kamu dengar ibu?" Tanya Ratna lagi."Dengar, Bu." Jawab Sarah sambil menarik nafasnya, " Tapi ini demi kebaikan Saka, Bu. Supaya Saka dapatkan kasih sayang dari mas Anton, selaku ayah kandungnya." Jelas Sarah lagi.Padahal Anton belum datang ke rumah Ratna mengambil Saka, hanya sekedar berita keinginan yang disampaikan Sarah. Tapi Ratna sudah begitu sangat sedih hatinya. Ia sangat takut jika harus dijauhkan dari Saka. Karena selama ini, Ratna lah yang selalu mengurusi Saka penuh kasih sayang."Tapi ...," Ucapan Ratna terhenti.Semuanya tidak baik-baik saja, apalagi hatinya saat ini. Berucap dan membujuk pun rasanya percuma, seperti kesia-siaan saja. Ratna putuskan untuk tidak berbicara lagi, ia pasrahkan semuanya pada Tuhan.Yusuf tahu istrinya sedang tidak baik-baik saja, pun ia juga sama. Sama sedihnya jika haru berpisah dengna sang cucu. Tapi Yususf jelas berpikir logika, semuanya demi 'Saka'. Yusuf rangkul tubuh istrinya yang tengah menangis sesugukan dan berusaha menenang

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 17

    Sarah menikmati setiap detik perjalannnya saat ini. Sebab Anton yang selama ini ia rindukan memberikan harapan yang begitu indah buat dirinya. Tidak ada lagi yang paling ia inginkan selain kembali hidup bersama Anton, selamanya. Beberapa kali Sarah tersenyum mengingat kebersamaannya dengan Anton tadi, meski dirasa sangat singkat.Sarah juga berulang-ulang kali membuka pesan W@ yang Anton kirimkan padanya barusan, meski sudah membaca sampai lima kali, tetap saja ia tersenyum dengan jantung yang berdegup kencang. Dalam hati Sarah tidak ingin pergi ke mana-mana. Di sini saja, agar tetap bisa bersama dengan Anton. Tapi Sarah tahu rasanya bagaimana di kecewakan, sebab itu ia tidak ingin kecewakan orang lain."Permisi, Mbak. Boleh saya duduk di sini?" Ucap seorang wanita sambil menunjuk kursi di samping Sarah."Ya, mba. Silahkan" jawab Sarah ramah sambil tersenyum."Terima kasih" jawab wanita itu lagi sambil duduk. "Kalau boleh tahu, nama Mba siapa ya?" tanya wanita itu lagi sambil menjulu

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 16 : Sarah dan Anton

    Sarah dan Anton menikmati hari bersama, bercerita dan nostalgia akan cinta mereka yang pernah mekar indah. Sesekali Sarah tersenyum dan tertawa lepas mengenang masa indah mereka. Anton begitu lihai dalam memilah kata untuk dapatkan kembali hati Sarah."Rah, bisakah kita mengulang kembali bahtera rumah tangga kita yang pernah kandas? Mas benar-benar minta maaf dengan kesungguhan hati mas padamu. Mas akui mas salah, mas juga bodoh" Ucap Anton genggam tangan Sarah dan mengecupnya lembut."Tapi ... Mas," Ucapan Sarah terhenti, bukan karena ia tidak ingin, tapi kerena ia telah tanda tangan kontrak untuk berangkat ke Taiwan. Pun jika Sarah jawab iya, tetap mereka akan terpisah dalam waktu cukup lama. Bukan hanya setahun atau dua tahun, tapi lima tahun lamanya. "Tolong jangan tolak mas, Rah. Mas udah gak bisa hidup lagi jauh dari kamu dan anak kita." Kata-kata lelaki jangkung yang berkulit gelap ini seketika seperti menghipnotis Sarah. Sarah semakin bertambah dilema, di satu sisi ia sanga

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 15: Luluh

    Keesokan harinya, Sarah tetap dengan tekadnya. Tidak sedikitpun niatannya goyah. Meski berulang kali Ratna dan Yusuf meminta, demi Saka."Bu, Pak, Sarah berangkat." ucap wanita itu sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya."Hati-hati, Nduk"Sarah mengangguk dan membalas dengan seuntai senyuman. Kemudian beralih ke buahh hatinya yang masih tertidur dalam gendongan Ratna."Ibu pergi, Nak." ucapnya menciumi pipi gempil sang bayi.Sarah kemudian berjalan menuju persimpangan, mencari becak untuk lanjutkan perjalanan ke Stasiun. Tidak ada seorangpun yang mampu hentikan keinginan Sarah.Sesampai di Stasiun, Sarah pesan tiket ke Kota yang menjadi titik kumpul para TKW. Sarah fokus dengan ponselnya, bermain game demi hilangkan suntuk sejenak sembari menunggu Kereta datang.Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Sarah dari sisi belakang, seketika Sarah tekejut. Membuat ponsel yang Sarah pegang terjatuh ke lantai. Wanita itu menoleh, seketika wajahnya berubah, matanya membola melihat seseor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status