Home / Rumah Tangga / MEMILIH BERPISAH / BAB 3 : Mas, Aku malu diliatin Ibu

Share

BAB 3 : Mas, Aku malu diliatin Ibu

Author: Ray
last update Last Updated: 2023-03-30 01:29:15

Anton adalah anak sulung dari pasangan Dewi dan Firdaus. Setelah Firdaus bapaknya meninggal, Antonlah yang menjadi tulang punggung keluarga. Anton begitu sangat menyayangi Ibu dan adik perempuannya melebihi apapun di dunia ini. Bahkan sekalipun ia telah menikah dengan seorang gadis manis yang sangat baik, tetap saja posisi Ibu dan Adiknya tidak akan pernah tergantikan posisinya di hati Anton.

Bertahun-tahun Anton dan Sarah menjalin asmara, tidak pernah sekalipun Sarah mengkhianatinya. Tidak jarang mereka harus LDR, karena Sarah harus bekerja sebagai ART di Jakarta.

Anton sadar penghasilan sehari-harinya hanya cukup menafkahi kebutuhan pokok untuknya, Ibu dan Adiknya saja. Untungnya Sarah tidak pernah mempermasalahkan prihal ekonomi meskipun Anton tidak mencukupi kebutuhan hidup Sarah bahkan saat mereka sudah menikah.

“Ton, kamu ngapain? Ibu mau menyampaikan sesuatu.” Ucap Dewi pada anak lelakinya, saat Anton baru keluar dari kamar mandi.

“Mau ngomong apa Bu?” tanya Anton merasa heran, karena Ibunya celingukan seperti ingin menyampaikan hal yang sangat penting dan tidak ada orang lain yang boleh mendengar.

“Ikut Ibu!” jawab Dewi, wanita paruh baya itu menarik lengan anak sulungnya dan membawanya ke kebun belakang rumah.

Di kebun belakang rumah ini sangat banyak pohon pisang yang sengaja ditanam Anton, untuk menambah kebutuhan pokok keluarga mereka. Semilir angin sore ini membuat tubuh Anton yang hanya berbalut handuk merasakan udara yang cukup dingin yang menyapa disetiap lapisan kulitnya.

“Bicaralah Bu, apa yang ingin Ibu sampaikan? hingga harus membawaku ke sini?.”

“Istrimu ke mana?” tanya Dewi berbisik seolah tidak ingin Sarah mendengar pembicaraan ini.

“Ada di kamar Bu,” jawab Anton cepat.

“Maaf Anton, bukannya Ibu bermaksud apa-apa. Tapi ...," ucapan Dewi seketika terhenti.

"Tapi apa Bu? jangan buat Anton semakin penasaran Bu," pinta Anton pada Dewi.

"Begini Nak, semenjak kamu dan Sarah menikah, keuangan keluarga kita semakin sulit. Apalagi sekarang Sarah sudah tidak bekerja lagi ...," Dewi kembali menghentikan ucapannya. Namun kini matanya mulai mengembun.

"Lantas apa hubungannya dengan Sarah sudah tidak bekerja lagi Bu? sekarang Sarah adalah istriku. Ia sudah menjadi tanggung jawabku sebagai suami." jawab Anton cepat seraya memberi penjelasan pada Ibunya

"Tapi Anton, selama ini kita hidup hanya pas-pasan, ekonomi sudah cukup sulit. Kalau ditambah lagi beban perut yang lain, bagaimana mungkin ... maksud Ibu, jika ekonomi kita seperti ini terus, Ibu sangat prihatin jika nanti kamu dan Sarah sudah memiliki anak ...," Imbuh Dewi lagi sembari menghela nafas.

"Maksudnya apa Bu? aku semakin heran dengana kata-kata Ibu yang sepertinya terlalu berputar-putar tidak pada intinya," jawab Anton cepat.

Dewi menatap dalam mata anak sulungnya itu. Jika sudah seperti ini, itu artinya Dewi ingin Anton mendengar dan mengikuti apa yang ia inginkan.

“Anton ... dengarkan Ibu baik-baik. Ibu dengar kabar baik dari tetangga kita. Hmmm ... kamu tahukan Bu Erna? Sekarang mereka sedang bangun rumah yang bagus. Katanya itu gaji anaknya Titin yang saat ini berja di Taiwan. Gaji di sana besar sekali Ton, ART aja bisa dapat 10 juta perbulan. Bayangkan aja Ton, kalau sekali kontrak 5 tahun perbulannya 10 juta. Pasti setelah itu kita semua bisa hidup enak punya uang tabungan dan rumah yang bagus Ton,” Jelas Dewi sambil terseyum penuh arti, seolah tengah membayangkan memiliki uang yang cukup banyak.

“Maksud Ibu bagaimana? Ibu mau Aku kerja ke Taiwan?”

“Ih, kamu kok agak g*blok banget sih Ton. Susah payah Ibu memberi kamu penjelasan. Maksud Ibu, mumpung kamu dan Sarah masih muda dan belum punya anak, ada baiknya Sarah kerja di Taiwan dulu 5 tahun ini untuk ngumpulin modal usaha dan buat rumah. Supaya nantinya kalau kalian punya anak udah gak kesusahan lagi ekonominya.”

jawab Dewi cepat.

“Ooo begitu” jawab Anton sambil menganggukkan kepala.

“Saran ibu ada benarnya juga. Ini kesempatan emas selagi Sarah belum hamil” batin Anton sangat menyetujui saran Ibunya.

Anton mulai berfikir bagaimana caranya agar ia bisa membujuk Sarah mau bekerja ke Taiwan. Sedangkan mereka baru saja menikah belum genap seminggu.

Apalagi dalam lubuk hati Anton yang paling dalam, ia juga belum sanggup jika harus berpisah dengan Sarah. Namun, lagi-lagi ia tidak ingin mengecewakan keinginan ibunya.

"Pepisahan ini bukanlah perpisahan yang lama. cukup 5 tahun saja. Setidaknya setelah itu Aku dan Sarah akan bisa hidup bahagia. Pun begitu anak-anak kami nantinya," Batin Anton berucap lagi seraya menguatkan hatinya sendiri.

“Eh, bagaimana Nak? Kamu setuju nggak?” tanya Dewi lagi pada Anton yang masih termenung.

“Kalau Anton setuju Bu, tapi apakah Sarah mau? Apalagi kami baru saja menikah Bu,”

Anton masih sangat ragu, apakah Sarah menerima kenyataan jika harus berhubungan jarak jauh ini atau bahkan ia akan menolak?

Lelaki itu tidak mampu menerka-nerka apa yang akan menjadi keputusan Sarah nantinya.

“Ya di sinilah tugas kamu selaku suami yang membujuknya” jawab Dewi ketus sambil berlalu meninggalkan Anak sulungnya yang masih berada dalam kebimbangan.

Huft ... Anton metarik nafas kasar.

Di satu sisi ada rasa tidak ingin berpisah dengan Sarah, di sisi lain Anton juga tidak ingin mengecewakan dan menolak keinginan Ibunya. Saat ini, Anton seperti berada di antara dua pilihan yang sangat sulit dan membagongkan.

======

“Mas, dari mana aja? Kok Cuma handukan gitu?” tanya Sarah heran saat mereka berpapasan di dapur.

“Eh, Ia sayang, tadi Mas lagi cari angin sayang,” jawab Anton memeluk tubuh istrinya dari belakang.

Anton ingin menyampaikan apa yang saat ini menjadi beban pikirannya pada Sarah. Namun, lidahnya serasa kelu untuk berucap. Apalagi harus meminta istrinya bekerja ke luar negeri. Sedangkan tanggung jawab ekonomi keluarga seharusnya Ia lah yang harus memenuhi.

"Sarah ...," ucapan Anton terhenti.

"Iya sayang" sahut Sarah sambil berbalik arah menatap wajah suaminya.

Saat ini Sarah dan Anton saling menatap satu sama lain. sedangkan tangan Anton masih terus merangkul pinggul istrinya.

Tiba-tiba saja Anton membopong tubuh Sarah.

"Mas ... turunkan aku Mas." Rengek Sarah karena malu, sebab ia tidak enak hati dengan Ipar dan Mertuanya jika mereka melihat.

Anton tidak memperdulikan permintaan istrinya. Ia terus membopong tubuh Sarah menyusuri dapur juga melewati ruang keluarga, menuju kamar mereka.

“Mas, Aku malu diliatin Ibu.” Bisik Sarah pada suaminya, namun ia hanya bisa tersenyum dan pasrah dengan perlakuan romantis suaminya.

“Biarin Sayang, Ibu juga dulu pernah muda. Pasti juga mengalami masa seperti kita sekarang ini” jawab Anton yang justru mengecup bibir merah muda Sarah.

Sesampainya di dalam kamar, Anton segera menutup pintu dan membaringkan tubuh Sarah di atas ranjang.

"Mas, mau ngapain?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 23 Bu Ratna meninggal

    hari demi hari, Sarah di Taiwan semakin berat. Ia bekerja sebagai asisten rumah tangga, mengurusi seorang nenek lansia yang sudah tidak bisa lagi berjalan. Sarah harus memandikan dan membersihkan kotoran nenek itu setiap harinya, belum lagi mengurusi pekerjaan rumah, dan lain-lain. Apalagi majikannya tidak mengizinkannya untuk menggunakan mesin cuci, apalagi untuk sarapan, ia hanya diperbolehkan majikannya mengkonsumsi sepotong roti saja, dengan dalih harus hemat. Sekarang tubuhnya makin kurus. Kelelahan sering membuatnya jatuh terduduk di lantai Namun setiap kali hendak menyerah, ia selalu mengingat wajah Saka."Aku harus kuat demi Saka… demi Anton… demi keluarga," gumamnya sambil menahan air mata.Suatu malam, Sarah menerima kabar dari Pak Yusuf. Suara bapaknya serak, terdengar menahan tangis.“Sar… bapak nggak tahu harus bilang apa. Ibukmu makin parah keadaannya. Hampir tiap malam ia duduk di pos ronda, nyebut-nyebut nama Saka. Orang kampung udah kasihan banget lihatnya. Kadang i

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 22 Mulai ragu

    Angin malam mulai berhembus, terasa sangat dingin menembus tulang, apalagi sore tadi hujan turun. Di rumah kontrakan Bu Dewi terasa lengang. Hanya lampu neon tua yang menggantung di ruang tamu, memantulkan cahaya redup ke wajah Anton yang murung. Lelaki itu duduk bersandar, rokok yang sudah padam masih terjepit di jarinya. Pikirannya kacau. Hubungan gelapnya dengan seorang perempuan seksi yang semula ia anggap pelarian dari kesepian, baru saja berakhir. Wanita itu memilih pergi. Anton merasa hampa, kecewa, dan marah pada keadaan. Meskipun awalnya hanya pelarian, nyatanya Sri mampu mengisi sela-sela di hatinya. Hingga ia melupakan istri sahnya, yaitu Sarah al ghina.____Sarah, istrinya adalah Perempuan sederhana yang kini bekerja sebagai TKW di Taiwan. Hampir tiga tahun Sarah berada di negeri orang, menahan rindu demi bisa membiayai keluarga kecilnya. Sarah rutin mengirim uang untuk kebutuhan rumah, termasuk biaya sekolah anak-anak. Tapi apa yang ia dapat? Anton justru mencari penghib

  • MEMILIH BERPISAH   bab 21

    Sore itu, di warung kecil dekat sawah, Sri menatap Anton dengan wajah muak. Tangannya melipat dada, matanya menatap tajam.“Ton, aku sudah pikir panjang. Aku nggak bisa terus sama kamu.” ucap Sri tegasAnton menunduk, pura-pura tidak paham.“Kenapa lagi, Sri? Kamu nggak percaya sama aku?”Sri menyeringai “Percaya? Gimana aku mau percaya, kalau kamu cuma modal mulut manis. Kamu janji macam-macam, bilang udah ceraikan istrimu, bilang mau nikahin aku. Tapi kenyataannya? Kamu masih nganggur, tinggal numpang sama ibumu. Kere, Ton! Aku capek denger janji doang.”Anton terkejut, dadanya panas.“Sri! Kamu hina aku? Apa cuma uang yang kamu lihat dari aku?” “Aku butuh hidup layak, Ton. Bukan laki-laki pemalas yang cuma bisa minta dari istrinya di luar negeri. Kamu pikir aku mau jadi kayak Sarah itu, kerja banting tulang sementara kamu ongkang-ongkang kaki?”Kata-kata Sri seperti pisau menusuk harga diri Anton. Ia mengepalkan tangan, tapi tak bisa menyangkal.Anton yang berusaha menahan emosi “

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 20

    Mobil bus terus melaju menuju kota B, di mana kota B itu menjadi titik kumpul mereka. Titin masih berpikir bagaimana caranya membuktikan pada Sarah. Di satu sisi ia tidak ingin ikut campur urusan urusan Sarah, di sisi lain ia juga iba dengan wanita sebaik Sarah yang harus tersakiti hatinya terus-menerus."Aku akan buktikan!. Ya, aku harus cari buktI" Ucap Titin lirih.Wanita itu melihat Sarah yang tersenyum sepanjang perjalanan dalam bus. Bertambahlah rasa iba dalam diri Titin terhadap wanita yang bernama Sarah itu. "Mba Titin, kok jadi gantian ngelamun, sih?." ucapan Sarah membuat Titin terkejut. Titin kembali tersenyum getir."Bukan kenapa-kenapa, mba. Cuma ada sedikit masalah keluarga aja.""Hmm, semoga masalahnya cepat terselesaikan ya, Mba." timpal Sarah lagi.TItin hanya membalas dengan anggukan kepala.*****Sesampainya di Taiwan, Sarah segera menghubungi Ratna dan Yusuf. Bagaimana pun juga tentu ia rindu dengan buah hatinya.Tut .... tut ...Pangggilan pertama Sarah tidak

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 19

    "Sudah siap, sayang?" ucap Anton cepat."udah dong, Sayang. Liat aku mas, aku udah cantik belum?" Tanya Sri manja."Tentu pacar mas Anton cantik sekali." Jawab Anton sambil mentoel dagu wanita itu."Mas Anton bisa aja, Sri jai tambah sayang" Balas Sri menggombal.Anton membawa Sri jalan dan makan di sebuah kafe yang paling bagus di desa itu. Pelayan kafe datang membawa menu makanan. Anton memperhatikan setiap harga yang tertera dalam daftar menu. Untuk air putih saja di bandrol dengan harga seribu rupiah, sedangkan menu yang lain seperi nasi goreng, mie goreng di hargai dengan dua puluh lima ribu rupiah."Sial!" batin Anton.Anton menjadi tidak tenang duduknya, ia takut Sri memesan yang aneh-aneh dan ngambek jika tidak dituruti."Mas, mau pesan apa?" tanya Sri tersenyum."Kamu aja dulu, sayang. Mas udah makan tadi" jawab Anton beralibi.Padahal bukan karena Anton sudah makan, melainkan ia hanya punya uang lima puluh ribu rupiah di dompetnya. Jika ia juga ikut memesan sebelum Sri, ia

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 18

    "Rah, kamu dengar ibu?" Tanya Ratna lagi."Dengar, Bu." Jawab Sarah sambil menarik nafasnya, " Tapi ini demi kebaikan Saka, Bu. Supaya Saka dapatkan kasih sayang dari mas Anton, selaku ayah kandungnya." Jelas Sarah lagi.Padahal Anton belum datang ke rumah Ratna mengambil Saka, hanya sekedar berita keinginan yang disampaikan Sarah. Tapi Ratna sudah begitu sangat sedih hatinya. Ia sangat takut jika harus dijauhkan dari Saka. Karena selama ini, Ratna lah yang selalu mengurusi Saka penuh kasih sayang."Tapi ...," Ucapan Ratna terhenti.Semuanya tidak baik-baik saja, apalagi hatinya saat ini. Berucap dan membujuk pun rasanya percuma, seperti kesia-siaan saja. Ratna putuskan untuk tidak berbicara lagi, ia pasrahkan semuanya pada Tuhan.Yusuf tahu istrinya sedang tidak baik-baik saja, pun ia juga sama. Sama sedihnya jika haru berpisah dengna sang cucu. Tapi Yususf jelas berpikir logika, semuanya demi 'Saka'. Yusuf rangkul tubuh istrinya yang tengah menangis sesugukan dan berusaha menenang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status