Home / Rumah Tangga / MEMILIH BERPISAH / BAB 5: Perubahan sikap Dewi

Share

BAB 5: Perubahan sikap Dewi

Author: Ray
last update Last Updated: 2023-04-02 14:58:44

Sarah yang hatinya sedang patah dan sakit, ingin rasanya ia pergi dari rumah itu. Namun, rasa cintanya yang teramat sangat membuat ia harus rela dan bertahan.

"Apapun keputusan Mas Anton, itulah yang terbaik. Aku akan ikuti Mas, apapun itu" jawab Sarah tanpa ragu.

"Berarti kamu setuju sayang? yakinlah sayang, ini hanyalah perpisahan sementara juga singkat. Dan semuanya demi kebahagiaan kita nantinya," imbuh Anton lagi agar Sarah tidak ragu dengan keputusannya.

Air mata Sarah terus mengalir, mengingat masa-masa sebelum Ia pergi berangkat sebagai TKW. Wanita itu teringat kembali kata-kata suaminya yang menjanjikan kebahagian jika ia mau pergi ke Taiwan.

Sarah juga kembali teringat mertuanya yang tiba-tiba berubah menjadi 360 derajat saat mengetahui Sarah bersedia pergi bekerja ke Taiwan, pun begitu juga Ros iparnya.

"Sarah, Ibu dengar dari Anton kamu mau bekerja ke Taiwan Nak?"

Prang! seketika gelas yang baru saja dipegang Sarah terlepas dari tangannya.

Dengan rasa takut juga khawatir akan dimarahi Ibu mertuanya, Sarah dengan sigap membersihkan puing-puing pecahan kaca. Jantungnya berdetak tidak karuan. Tentu saja karena ia sangat merasa ketakutan, dan juga canggung sebab hatinya sudah sangat terlalu sakit dengan semua makian dan hinaan Dewi.

"I-iya Bu, in syaa Allah" jawab Sarah sambil terus berusaha tenang dan tetap membersihakan pecahan gelas yang tengah berserakan di lantai.

"Biar Ros saja yang membersihkan pecahan gelasnya Nak, kamu duduk di sini Rah, dekat ibu."

Kala itu, Dewi berucap dengan sangat lembutnya, hingga Sarah merasa seperti ada sesuatu yang aneh terjadi pada Dewi.

Sarah hanya terdiam, Ia masih sangat bingung antara harus merespon apa ucapan mertuanya. Selain ia takut salah dalam menjawab, ia juga ragu untuk memutuskan harus mengikuti ajakan mertuanya itu atau tidak.

"Tapi Bu, kerjaan di belakang belum selesai. Sarah baru selesai mencuci pakaian, sedangkan pakaiannya belum dijemur" Jawab Sarah menolak halus ajakan Dewi.

"Ndak masalah Nak, biar Ros nanti yang jemurin pakaiannya. Toh di situ juga ada baju-baju dia, biar dia bisa belajar mandiri seperti Sarah" imbuh Dewi lagi.

"Ih, Ibu apaan sih, kok jadi Aku. Kan itu ...," Belum selesai Ros berucap, Dewi langsung menyelanya.

"Hussst ... Kapan lagi kamu belajarnya Ros, jangan terlalu manja!"

Dengan langkah terpaksa Ros berjalan melakukan apa yang diperintahkan ibunya. Sesekali Ia juga menghentak-hentakkan kakinya ke lantai sebagai isyarat kesal dengan perubahan sikap Dewi.

Sedangkan Sarah, Ia berjalan mendekati Dewi dengan langkah ragu dan rasa takut yang masih saja tersisa di hatinya.

"Apa sebenarnya yang Ibu inginkan? Kenapa Ibu tiba-tiba saja berubah baik padaku? Apa jangan-jangan ...,"

Sarah berspekulasi dalam hatinya, tapi Ia tidak ingin terlalu cepat menyimpulkan sehingga menimbulkan seudzon.

"Mungkin saja Ibu benar-benar telah berubah," batin Sarah seraya berusaha berfikir positif.

"Sarah, sudah makan Nak?"

Sarah menggelengkan kepalanya, sebab dari dua hari lalu, Ia bahkan tidak diizinkan makan jika seluruh pekerjaan rumah belum selesai.

Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, Sarah belum menunaikan hak perutnya sedari kemarin sore. Tentu Ia merasakan sensasi lapar yang cukup mengganggu.

Baru saja Ia mengambil gelas untuk minum dan mengganjal sedikit rasa lapar itu, tiba-tiba Saja Dewi mengejutkanya hingga Ia tidak jadi melepas sedikit dahaga dan lapar dengan tegukan air minum.

"Kalau begitu makan dulu yang banyak Rah, agar kamu tidak lapar Nak, sebentar ibu ambilin nasinya." Ucap Dewi yang seraya beringsut ke dapur.

"Ti-tidak usah Bu, biar Sarah ambil sendiri" jawab Sarah yang merasa tidak enak hati.

"Ndak apa-apa Nak, Sarah pasti lelah. Biar Ibu aja yang ambilin"

Dengan cepat Sarah menyantap semua makanan yang tersaji di depannya. Meskipun ada sedikit rasa segan di benaknya sebab sedari tadi Dewi terus saja memperhatikan setiap suapan yang ia masukkan ke mulut.

"Makan yang banyak Nak." Lagi-lagi Dewi membuat pikiran dan hati Sarah dipenuhi tanda tanya.

Sikap Dewi benar-benar tidak seperti biasanya, sebelumnya Dewi selalu memaki Sarah dengan kata-kata kasar dan juga Menganggapnya beban hidup. Kali ini justru bentuk perhatian juga kepedulian yang Ia berikan pada Sarah.

Apakah Dewi telah berubah?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 23 Bu Ratna meninggal

    hari demi hari, Sarah di Taiwan semakin berat. Ia bekerja sebagai asisten rumah tangga, mengurusi seorang nenek lansia yang sudah tidak bisa lagi berjalan. Sarah harus memandikan dan membersihkan kotoran nenek itu setiap harinya, belum lagi mengurusi pekerjaan rumah, dan lain-lain. Apalagi majikannya tidak mengizinkannya untuk menggunakan mesin cuci, apalagi untuk sarapan, ia hanya diperbolehkan majikannya mengkonsumsi sepotong roti saja, dengan dalih harus hemat. Sekarang tubuhnya makin kurus. Kelelahan sering membuatnya jatuh terduduk di lantai Namun setiap kali hendak menyerah, ia selalu mengingat wajah Saka."Aku harus kuat demi Saka… demi Anton… demi keluarga," gumamnya sambil menahan air mata.Suatu malam, Sarah menerima kabar dari Pak Yusuf. Suara bapaknya serak, terdengar menahan tangis.“Sar… bapak nggak tahu harus bilang apa. Ibukmu makin parah keadaannya. Hampir tiap malam ia duduk di pos ronda, nyebut-nyebut nama Saka. Orang kampung udah kasihan banget lihatnya. Kadang i

  • MEMILIH BERPISAH   Bab 22 Mulai ragu

    Angin malam mulai berhembus, terasa sangat dingin menembus tulang, apalagi sore tadi hujan turun. Di rumah kontrakan Bu Dewi terasa lengang. Hanya lampu neon tua yang menggantung di ruang tamu, memantulkan cahaya redup ke wajah Anton yang murung. Lelaki itu duduk bersandar, rokok yang sudah padam masih terjepit di jarinya. Pikirannya kacau. Hubungan gelapnya dengan seorang perempuan seksi yang semula ia anggap pelarian dari kesepian, baru saja berakhir. Wanita itu memilih pergi. Anton merasa hampa, kecewa, dan marah pada keadaan. Meskipun awalnya hanya pelarian, nyatanya Sri mampu mengisi sela-sela di hatinya. Hingga ia melupakan istri sahnya, yaitu Sarah al ghina.____Sarah, istrinya adalah Perempuan sederhana yang kini bekerja sebagai TKW di Taiwan. Hampir tiga tahun Sarah berada di negeri orang, menahan rindu demi bisa membiayai keluarga kecilnya. Sarah rutin mengirim uang untuk kebutuhan rumah, termasuk biaya sekolah anak-anak. Tapi apa yang ia dapat? Anton justru mencari penghib

  • MEMILIH BERPISAH   bab 21

    Sore itu, di warung kecil dekat sawah, Sri menatap Anton dengan wajah muak. Tangannya melipat dada, matanya menatap tajam.“Ton, aku sudah pikir panjang. Aku nggak bisa terus sama kamu.” ucap Sri tegasAnton menunduk, pura-pura tidak paham.“Kenapa lagi, Sri? Kamu nggak percaya sama aku?”Sri menyeringai “Percaya? Gimana aku mau percaya, kalau kamu cuma modal mulut manis. Kamu janji macam-macam, bilang udah ceraikan istrimu, bilang mau nikahin aku. Tapi kenyataannya? Kamu masih nganggur, tinggal numpang sama ibumu. Kere, Ton! Aku capek denger janji doang.”Anton terkejut, dadanya panas.“Sri! Kamu hina aku? Apa cuma uang yang kamu lihat dari aku?” “Aku butuh hidup layak, Ton. Bukan laki-laki pemalas yang cuma bisa minta dari istrinya di luar negeri. Kamu pikir aku mau jadi kayak Sarah itu, kerja banting tulang sementara kamu ongkang-ongkang kaki?”Kata-kata Sri seperti pisau menusuk harga diri Anton. Ia mengepalkan tangan, tapi tak bisa menyangkal.Anton yang berusaha menahan emosi “

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 20

    Mobil bus terus melaju menuju kota B, di mana kota B itu menjadi titik kumpul mereka. Titin masih berpikir bagaimana caranya membuktikan pada Sarah. Di satu sisi ia tidak ingin ikut campur urusan urusan Sarah, di sisi lain ia juga iba dengan wanita sebaik Sarah yang harus tersakiti hatinya terus-menerus."Aku akan buktikan!. Ya, aku harus cari buktI" Ucap Titin lirih.Wanita itu melihat Sarah yang tersenyum sepanjang perjalanan dalam bus. Bertambahlah rasa iba dalam diri Titin terhadap wanita yang bernama Sarah itu. "Mba Titin, kok jadi gantian ngelamun, sih?." ucapan Sarah membuat Titin terkejut. Titin kembali tersenyum getir."Bukan kenapa-kenapa, mba. Cuma ada sedikit masalah keluarga aja.""Hmm, semoga masalahnya cepat terselesaikan ya, Mba." timpal Sarah lagi.TItin hanya membalas dengan anggukan kepala.*****Sesampainya di Taiwan, Sarah segera menghubungi Ratna dan Yusuf. Bagaimana pun juga tentu ia rindu dengan buah hatinya.Tut .... tut ...Pangggilan pertama Sarah tidak

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 19

    "Sudah siap, sayang?" ucap Anton cepat."udah dong, Sayang. Liat aku mas, aku udah cantik belum?" Tanya Sri manja."Tentu pacar mas Anton cantik sekali." Jawab Anton sambil mentoel dagu wanita itu."Mas Anton bisa aja, Sri jai tambah sayang" Balas Sri menggombal.Anton membawa Sri jalan dan makan di sebuah kafe yang paling bagus di desa itu. Pelayan kafe datang membawa menu makanan. Anton memperhatikan setiap harga yang tertera dalam daftar menu. Untuk air putih saja di bandrol dengan harga seribu rupiah, sedangkan menu yang lain seperi nasi goreng, mie goreng di hargai dengan dua puluh lima ribu rupiah."Sial!" batin Anton.Anton menjadi tidak tenang duduknya, ia takut Sri memesan yang aneh-aneh dan ngambek jika tidak dituruti."Mas, mau pesan apa?" tanya Sri tersenyum."Kamu aja dulu, sayang. Mas udah makan tadi" jawab Anton beralibi.Padahal bukan karena Anton sudah makan, melainkan ia hanya punya uang lima puluh ribu rupiah di dompetnya. Jika ia juga ikut memesan sebelum Sri, ia

  • MEMILIH BERPISAH   BAB 18

    "Rah, kamu dengar ibu?" Tanya Ratna lagi."Dengar, Bu." Jawab Sarah sambil menarik nafasnya, " Tapi ini demi kebaikan Saka, Bu. Supaya Saka dapatkan kasih sayang dari mas Anton, selaku ayah kandungnya." Jelas Sarah lagi.Padahal Anton belum datang ke rumah Ratna mengambil Saka, hanya sekedar berita keinginan yang disampaikan Sarah. Tapi Ratna sudah begitu sangat sedih hatinya. Ia sangat takut jika harus dijauhkan dari Saka. Karena selama ini, Ratna lah yang selalu mengurusi Saka penuh kasih sayang."Tapi ...," Ucapan Ratna terhenti.Semuanya tidak baik-baik saja, apalagi hatinya saat ini. Berucap dan membujuk pun rasanya percuma, seperti kesia-siaan saja. Ratna putuskan untuk tidak berbicara lagi, ia pasrahkan semuanya pada Tuhan.Yusuf tahu istrinya sedang tidak baik-baik saja, pun ia juga sama. Sama sedihnya jika haru berpisah dengna sang cucu. Tapi Yususf jelas berpikir logika, semuanya demi 'Saka'. Yusuf rangkul tubuh istrinya yang tengah menangis sesugukan dan berusaha menenang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status