Share

Hutang 18 B

Author: ananda zhia
last update Last Updated: 2025-06-22 10:54:51

Dewi meraih tas Dara dan langsung membaliknya. Bedak, lipstik, pena. Semuanya jatuh berserakan di lantai beranda.

“Hah?! Mana yang lainnya?!” geram Dewi, wajahnya kebingungan.

Ia lalu merampas ponsel Dara dari tangannya. “Sekarang, buka HP ini. Cepat! Password-nya apa?”

Dara mengangkat wajahnya yang masih basah air mata. “0530,” ucapnya tenang.

Dewi membuka layar. Galeri foto dibuka. Ia menggeser-geser dengan kasar. Tak ada apa-apa. Tak ada satu pun gambar kebun. Tak ada jejak bukti.

“INI NGGAK MUNGKIN! KAMU TADI FOTOIN, AKU LIAT!”

“Saya nggak motret apa-apa, Mbak,” ucap Dara pelan. “Saya bilang juga tadi, saya cuma nyasar.”

Dewi melempar ponsel ke sofa dengan kasar. Arif memelototinya. “Kamu gila ya, Mbak? Apa salahnya Dara sampe kamu jambak segala?!”

“Dia itu mencurigakan, Rif! Kamu baru kenal dia sebentar udah percaya aja?! Dia bohongin kita!”

“Yang keterlaluan itu kamu, Mbak. Kamu kayak orang nggak waras!” Arif meraih tangan Dara dan menariknya perlahan. “Kita pergi dari sini. Aku
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 25 B

    Dengan cepat ia membuka laptop dan menyalakan aplikasi CCTV yang terpasang di luar rumah.Rekaman menunjukkan sosok berpakaian serba hitam, berjaket dan bercadar, berdiri sejenak di depan rumahnya sebelum melempar batu lalu kabur. Tidak terlihat wajah. Tidak ada plat kendaraan. Hanya bayang hitam.Amira menelan ludah. Ia masuk ke kamar, mengunci pintu, dan memeluk lutut di ranjang. Detak jantungnya berpacu, sementara waktu terasa lambat.Lima belas menit kemudian, bunyi bel terdengar di luar pintu. Amira tanpa berpikir panjang segera berdiri dan berlari ke arah ruang pintu. "Mas! Mas Handoko sudah datang!?" seru Amira sambil membuka pintu, tapi kemudian Amira terkejut karena tidak ada siapapun di luar pintu rumah nya. "Astaga! Siapa yang memainkan bel pintu rumah!" seru Amira takut. Dia segera berlari ke arah kamar, lalu meraih ponsel lagi dan menghubungi Handoko."Mas... tolong... Aku diteror lagi!""Aku hampir sampai. Lima menit lagi. Jangan panik.""Mas... aku nggak bisa tinggal

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 25A

    Beberapa hari sebelum nya, "Memang bagaimana cara kamu untuk menyelidiki Dara adalah Amira?" tanya Desi penasaran. "Aku apes, Mbak. Ketemu begal dihajar bolak balik. Lalu saat begal itu ninggalin aku yang pura pura pingsan langsung kabur dan sembunyi. Aku lalu pura pura menyamar sebagai orang gila dan berjalan ke rumah Amira, aku amati rumahnya beberapa hari. Lalu aku tahu jika Dara keluar dari rumah Amira. Di kesempatan yang lain, aku juga melihat Amira keluar dari rumahnya," sahut Arif pendek. Desi dan Sri manggut manggut. "Lalu apa rencana kamu? Ingat, Arif, ibu sudah banyak masalah dan sedang berusaha mengeluarkan Desi dari penjara. Jadi setelah kamu pura pura mati, kamu jangan libatkan kami dalam rencana kamu," ujar Sri. Arif mengangguk. "Ibu dan mbak Desi tenang saja. Ya sudah, aku yang pernah menjadi gelandangan dan pura pura menjadi orang gila ini akan mencari korban orang gila untuk menggantikan aku terbakar di tempat tertentu. Ibu dan mbak Desi tenang saja. Aku hanya

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 24 B

    Desi mengusap wajahnya yang lelah. “Aku juga berat, Ma. Tapi kita nggak bisa biarkan Dewi hancur di sana sendirian.”Mereka terdiam. Lalu, dari kejauhan, terdengar suara langkah kaki. Seorang pria bertubuh tegap dan berpakaian gelap muncul dari balik bayangan pohon. "Ibu... Mbak Desi! Kalian sudah keluar dari penjara kan? Tolong sembunyikan aku!" desis Arif."Astaga, Arif!" seru Desi dan Sri secara bersamaan, lalu mereka sontak berlari ke arah Arif yang berjalan sempoyongan ke arah rumah Sri. "Kamu kenapa, Rif?! Kamu mau sembunyi dari siapa!?" tanya Sri panik dan iba melihat kondisi anaknya yang memprihatinkan. Arif dengan baju compang camping dan hampir tak kuat menyangga tubuhnya sehingga harus dipapah oleh Desi dan Sri ke ruang tamu rumah mereka, menoleh ke kanan dan ke kiri lalu menatap ke arah ibu dan kakaknya itu. "Kita cerita di dalam saja. Mana mbak Dewi? Bukan kah kalian sudah bebas dari penjara bersama?!" tanya Arif. Sri dan Desi berpandangan. Walaupun mereka bingung de

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 24 A

    Langit sore berwarna kelabu, seakan ikut meresapi duka yang menyelimuti halaman Lapas Perempuan itu. Angin menggigit perlahan saat Desi dan Sri melangkah keluar dari pintu utama, langkahnya tertatih, matanya langsung mencari sosok di balik jeruji—adik kandungnya, Dewi.Dewi berdiri kaku di sisi dalam gerbang besi, kedua tangannya menggenggam jeruji seolah menahan dunia agar tidak runtuh. Tangisnya nyaris pecah ketika melihat Desi melangkah bebas, meninggalkannya di balik dinding dingin penjara.“Mbak Des…” suara Dewi nyaris tak terdengar.Desi cepat mendekat ke jeruji, menggenggam tangan adiknya erat. “Dew… maafkan Kakak. Kalau bisa, Kakak tukar posisi kita sekarang juga. Tapi kamu tahu para polisi itu telah menemukan bukti kuat di dalam rumah kamu dan tidak menemukan apapun di rumah ku.”“Ini nggak adil. Kenapa cuma mbak Desi yang bebas. Padahal mbak Desi juga menikmati uang dari penjualan ganja itu…” Dewi mencoba tersenyum, tapi gagal. Air mata menetes membasahi pipinya. “Kamu harus

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 23 C

    "Kamu bisa panggil aku sesuka dan senyaman aku, Ami," jawab Handoko lembut. "Bisa turunkan aku, Mas? Tidak enak kalau dilihat tetangga kita pelukan di luar rumah seperti ini." Handoko menurun kan Amira perlahan-lahan. "Dengar kan aku, Ami. Kamu tidak harus membalas perasaan ku padamu. Kamu bisa tetap menganggap ku sebagai adik ibu mu sampai kapan pun. Lalu satu hal yang pasti, Ami. Repotkan aku dalam segala hal. Kalau kamu butuh bantuanku, mungkin menggantikan bohlam, memasang gas LPG, mengangkat galon, atau mengusir kecoa dan tikus pun, silakan panggil aku. Aku akan datang selama sedang tidak ada klien. Ingat itu, Ami. Jangan pernah canggung, sungkan, atau merasa terbebani dengan kenyataan yang baru saja kamu ketahui," ujar Handoko panjang lebar. Amira hanya menghela napas panjang dan mengangguk. ***Langit sore tertutup awan kelabu ketika jeruji besi penjara menutup rapat di belakang mereka. Bau lembap, suara langkah berderak di lantai beton, dan tatapan kosong para tahanan lain

  • MENAGIH HUTANG DENGAN TOA MASJID   Hutang 23 B

    Amira menggigit bibir bawahnya.“Aku lalu melaporkan nya pada mas Handoko. Dia tahu itu kesempatan. Dia bilang padaku, ‘Kalau memang benar Arif selingkuh, biar Amira tahu dari matanya sendiri.’ Jadi aku sengaja kirim foto dan video acara itu ke kamu. Dan kamu datang…”Amira membuang napas panjang. Ingatan itu masih membekas. Arif tertawa bersama Rita. Sentuhan kecil di lengan. Tatapan mata penuh kenangan. Hancur rasanya."Mas Handoko gak pernah ingin kamu terluka. Tapi dia juga gak bisa diam.”Ana menatap Amira dalam-dalam. “Dia mencintaimu. Lebih dari yang bisa dia ungkap. Tapi dia juga sadar, hubungan kalian... rumit.”Amira menunduk. Suasana hening sejenak."Ana, terimakasih atas semua informasi nya. Tapi aku butuh sendiri dulu."Ana mengangguk lalu menatap wajah Amira lekat - lekat. "Mas Handoko itu orang baik. Dan dia ingin melindungi kamu, Ami. Berilah mas Handoko kesempatan untuk menjadi pasangan kamu, apalagi kamu sudah mengetahui bahwa dia bukan adik ibu kamu, kan?" tanya An

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status