Home / Rumah Tangga / MENANTU AMBURADUL / PEKERJAAN RUMAH DIULANG-ULANG OLEH MERTUA

Share

MENANTU AMBURADUL
MENANTU AMBURADUL
Author: Vina Achfas

PEKERJAAN RUMAH DIULANG-ULANG OLEH MERTUA

Author: Vina Achfas
last update Last Updated: 2023-06-13 23:10:25

BAB 1

“De’, yang cuci piring siapa tadi? Kok, Ibu sekarang cuci piring lagi?” tanya Mas Yusuf dengan suara berbisik kepadaku.

“Aku. Kenapa memangnya? Enggak bersih? Diulangi lagi sama Ibu?” sahutku jutek karena emosi mulai meradang.

Aku kesal setiap kali melakukan pekerjaan apapun di rumah mertuaku ini selalu saja kena komplain oleh suami, dengan alasan yang beragam. 

“Hehehe, Mas cuma tanya, kok. Ya sudah ndak apa-apa, biarkan saja Ibu.” jawab Mas Yusuf tanpa dosa.

Hatiku mulai memanas, karena untuk kesekian kalinya hasil cuci piringku diulangi lagi oleh ibu mertua. Awalnya aku tak tahu masalah ini, kebetulan saudara Mas Yusuf waktu itu memberitahuku, bahwa piring, gelas dan peralatan dapur yang baru saja selesai kucuci akhirnya dicuci ulang oleh mertua saat aku sedang pergi dengan suami. Padahal menurutku sudah kucuci dengan bersih hingga ku sabun berulang, lalu kucium baunya berkali-kali, supaya tidak meninggalkan jejak bau amis atau bau apapun yang sekiranya mengganggu indera penciuman mertua, namun melakukan pekerjaan di rumah ini selalu berakhir dengan kekecewaan. 

Harus sesabar apa aku menghadapi tingkah beliau yang rumit untuk difahami? Belum lagi cucian baju beliau yang sudah kering dan sudah kulipat, besoknya dicuci ulang lagi. Atau halaman rumah yang menurutku sudah bersih selepas kusapu, ternyata masih diulangi disapu kembali. Benar saja ipar yang lain tak sanggup menghadapi ibu dari suamiku ini. batinku mengomel. 

Kebetulan anak dari ibu mertua 3 orang. Dua pria dan satu perempuan yaitu si bungsu. Ketiganya sudah menikah. Mas Yusuf anak kedua dari ketiga saudaranya itu. 

********

Pagi ini entah kenapa perasaanku tidak enak. Rasa bosan dan jenuh sudah mulai menghampiri, apalagi rasanya seperti sedang dipaksa melakukan hal-hal yang tak sesuai kehendak hati setiap harinya di rumah mertuaku ini. Kalau bukan sebagai bentuk baktiku kepada suami, mungkin sudah kabur saja dan memilih untuk kembali berkarir seperti dulu lagi. 

“Kasian ya, bu Ilma, sudah ada menantu tapi tetap kerjakan semua pekerjaan rumah sendiri.” sindir bu Ijah tetangga sebelah rumah waktu aku sedang memilih kangkung di tukang sayur langgananku pagi ini.

Aku diam seribu bahasa, tak mau banyak berdebat dengan manusia, karena selain buang-buang waktu, juga bikin capek hati. 

“Iya loh, saya sering lihat bu Ilma menyapu halaman rumahnya sendiri. Entah pada kemana anak dan menantunya?” sahut bu Rohmah yang juga bertetanggaan dengan rumah ibu mertua.

Entah komplotan atau apa sebenarnya mereka berdua itu? Yang  jelas sindiran itu sepertinya  ditujukan untukku. Begitu dahsyatnya Ibu mertuaku membuat semua orang di sekitar sini merasa iba kepadanya. Seakan-akan aku tak becus saja jadi anak menantu. Tetangga fikir Aku tak mau membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Padahal semua sudah kulakukan, tetapi selalu beliau ulang-ulang.

Kuacuhkan beberapa orang yang berusaha mengacaukan moodku pagi ini, dengan harapan diriku tidak akan merasakan sakit hati yang berlebih. Aku ngelunyur saja pergi, dari pergulatan para emak-emak yang hobi mencari tema ghibahan pagi hari. Mencari permasalahan keluarga orang lain dari ujung barat sampai ujung timur. Dari makhluk bumi hingga makhluk luar angkasa. Bahkan yang sudah di alam kubur pun kadang ikut dibahas. Sungguh keterlaluan. Aku bergidik ngeri. 

🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Pagi hari, biasanya setelah salat subuh aku memulai pergulatanku di dapur. Ada saja yang harus ku kerjakan. Entah menyapu, mencuci piring, atau mempersiapkan bahan makanan untuk membuat sarapan. Setelah memasak selesai biasanya ku lanjutkan untuk mencuci pakaian. Kali ini aku tidak keluar kamar hingga pukul 07.00 pagi. Suamiku yang baru saja tersadar akan keberadaan istrinya yang masih ada di dalam kamar langsung menegur.

“Hei, Nisa... kok, kamu masih ada di kamar? Enggak bantuin ibu?” tanya Mas Yusuf serius.

“Enggak, Mas. Nanti saja Nisa bantunya.” ucapku menimpali.

“Loh, kenapa? Kamu sakit?” tanya Mas Yusuf penasaran. 

“Enggaaakk.” balasku  agak nyolot.

“Ya sudah terserah kamu saja.” jawabnya pasrah. Aku melanjutkan kegabutan ini di dalam kamar tanpa menghiraukan siapapun di rumah ini.

Akupun kini sedang menunggu bagaimana respon mertuaku tercinta, karena menantunya tak kunjung membantunya di dapur. Ku dengar berkali-kali suara sindiran keras dari peralatan dapur yang sengaja beliau bunyikan.

“Glompraaang…”

“praaakkk!!”  

"Trenggg..."

Aku tetap cuek, menahan sangat keras godaan setan untuk menertawainya. Akupun akhirnya keluar dari kamar, mendekati keberadaan ibu mertua di dapur yang baru saja selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Ya, memang sengaja ku tunggu dan ku intai hingga urusan dapur selesai dikerjakan. 

“Ehm... Loh, sudah selesai semua ya, Bu.” sapaku basa-basi tanpa merasa malu kepada ibu mertuaku.

Tak ada balasan. Beliau hanya manyun sejadinya. Mungkin kesal dan pingin  nampar mukaku pakai sapu lidi. Hahahaha, puas rasanya melihat ekspresi kesalnya. batinku.

Kutatap kepergian Bu Ilma dengan ekspresi cengengesan. Bodo amat dan enggak peduli. Memangnya enak. Kukabulkan apa yang para tetangga sebutkan tentangku, yang pastinya omongan semacam itu memang berasal dari mulut mertuaku. Siapa lagi yang bisa menyebarkan masalah di rumah ini selain orang yang tinggal di sini? Jin? Vampir? Nggaklah gila apa. 

Akhirnya kulihat beliau pergi jalan-jalan pagi sesuai jadwal sehari-hari. Meskipun kali ini jadwalnya sedikit mundur alias kesiangan. Karena siapa lagi kalau bukan karena menantu yang beliau anggap tidak becus dalam segala hal ini. Menantu yang selalu salah di mata Bu Ilma lebih tepatnya. 

🌿🌿🌿🌿🌿

Pulang dari jalan-jalan pagi, ibu mertua tampak  terkejut melihat pemandangan anak menantunya yang teelihat sibuk mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Mungkin Ibu takut pamor rajinnya hilang di kalangan para tetangga dan anak lelakinya karena sudah membiarkan menantunya mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Tiba-tiba Ibu mendekat dan menegurku. 

“Loh, Nis, Ibu kan sudah kerjakan semua pekerjaan rumah tadi pagi. Kenapa kamu ulangi lagi?” tanya Ibu keheranan sambil celingak-celinguk melihat situasi sebelah rumah.

Kebetulan ada beberapa tetangga di samping rumah yang memang sedang mengobrol, termasuk bu Ijah dan bu Rohmah. Sengaja ku lantangkan suaraku untuk menjawab pertanyaan ibu mertua sembari menghentikan gerakan sapu lidi yang sedang ku pegang.

“Nisa cuma kepingin jadi menantu yang patuh sama mertua, Bu. Bukannya ibu selalu kasih contoh ke Nisa, bahwa ibu selalu ulangi semua pekerjaan rumah yang sudah Nisa kerjakan. Ya, sekarang ini Nisa lagi ulangin semua yang sudah ibu kerjakan tadi pagi.”

Saking malunya Ibu akhirnya masuk ke dalam rumah. Entah apa yang akan beliau ratapi. Semoga saja tidak menyesal karena memiliki menantu sepertiku, menantu amburadul seperti yang pernah beliau katakan kepada tetangga. Para tetangga hanya melongo mendengar penjelasanku barusan yang sama sekali tidak mereka ketahui sebelumnya.

🌿🌿🌿🌿🌿

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sakka Semmang
cerita menantu yg tdk tahan ditindas metua
goodnovel comment avatar
Idruk
hahaha.. mantapssss
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • MENANTU AMBURADUL   SELAMAT JALAN IBU (ENDING)

    MENANTU AMBURADUL 161 (ENDING)Setiap manusia selalu punya pilihan untuk selalu bersikap baik kepada sesama atau justru sebaliknya.___________Takdir hidup terkadang memang mengejutkan. Apalagi dengan terjadinya pendekatan dan rencana pernikahan antara Mimi dan Raihan. Semua orang bahkan diriku sendiri juga kaget. Apalagi mereka yang baru saja tinggal satu rumah dalam hitungan hari. Mimi dulu sempat ingin diadopsi sebagai anak oleh Ibu setelah kematian Mia, tapi rencana Ibu gagal karena tidak mendapatkan persetujuan dari anak-anak lelaki Ibu, kini Ia malah akan dijadikan istri oleh Raihan. Seseorang yang pernah menjadi menantu Ibu.Herannya si Mimi juga bersedia dengan permintaan Raihan yang ingin mempersuntingnya. Entah apapun itu motifnya yang jelas doa terbaik selalu untuk mereka berdua.Jika dengan menikah dengan Raihan membuat Mimi akan bersikap lebih penyayang kepada Fajarina dan Ibu, sungguh itu ide yang bagus. Karena selama ini Ibu sudah di rawat dengan Mimi dengan sepenuh ha

  • MENANTU AMBURADUL   KEJUTAN DI RUMAH RAIHAN

    MENANTU AMBURADUL 160Kulihat betapa senangnya Daffa diperhatikan oleh Mama dan Papa. Daffa juga sangat bahagia karena Mama dan Papa beberapa hari ini tinggal di rumah kami. Dua orang yang memang sejak Daffa kecil sangat dekat dengan Daffa.Dulu, si Sulungku justru malah sering kutinggalkan bersama kedua orang tuaku karena banyak hal. Itu sebabnya suatu waktu Mama pernah memarahiku karena hal tersebut. Karena kesibukanku di duniaku sendiri sehingga sering meninggalkan anakku di tempat Mama.Sering juga kutinggalkan Daffa karena ulah Ibu mertua. Atau masalah keluarga Mas Yusuf yang tak jarang menyita waktuku. Tentang almarhumah Mia, tentang Ibu, atau masalah lainnya.Dari sebab inilah Daffa menjadi lebih dekat dan intensitas kebersamaannya dengan Grandma dan Grandpanya sangat sering."Lagi pada asyik ngapain?" tanyaku pada Papa dan Daffa yang sedang bercengkerama di ruang Tv."Lagi jawab teka-teki silang nih Mom." jawab Daffa."Siapa yang menang?""Nggak ada yang menang, kami jawab b

  • MENANTU AMBURADUL   TAKJIL DARI MERTUA

    MENANTU AMBURADUL 159Mas Rama, Mbak Rini, Khaity dan Mama Papa berpamitan untuk pulang. Berhubung acara buka bersama telah usai. Sebenarnya ingin tarawih berjamaah juga, tapi takutnya kemalaman.Ibu mengamankan diri di kamar, mungkin sedang menyelesaikan beberes barang-barang. Begitu juga Mimi, dia digaji untuk mengikuti kemanapun Ibu akan tinggal.Mungkin tidak lama lagi Mimi bisa bekerja dengan Ibu, karena umur dia sekarang sudah menunjukkan umur seorang wanita yang pantas untuk menikah. Kedua orang tuanya sudah sering mendesak Mimi untuk segera menikah. Tidak peduli bagaimana senangnya Mimi mencari uang.Mungkin kedua orang tua Mimi takut jika nanti Mimi menikah terlalu tua. Apalagi di kampung pasti banyak yang akan ikut berkomentar jika ada anak gadis salah satu warga yang menikah terlalu tua.Aku berpesan kepada Mimi untuk jangan lebih dulu bilang sama Ibu jika memang sudah mau resign dari pekerjaan ini. Karena tahu sendiri pasti Ibu akan merasa gelisah jika diberi tahu di awal.

  • MENANTU AMBURADUL   PERPISAHAN

    MENANTU AMBURADUL 158Tidak ada yang bisa merubah watak seseorang, kecuali dirinya sendiri yang ingin merubahnya.Betapa sulitnya menuruti semua kemauan Ibu. Dari hal sepele, sampai hal yang paling berat sekalipun. Dari waktu yang bersahabat atau waktu yang sedang tidak bersahabat. Jika si Ibu sudah berkehendak, maka keinginan itu harus terwujud."Ibu jadinya puasa atau enggak, Bu?""Mana kuat Ibu puasa, Ibu kan enggak sahur Nis. Ada-ada aja kamu.""Oooh, gegara menu sahur enggak sesuai keinginan Ibu, Ibu jadi mutusin buat nggak puasa ya.""Ngomong apa sih kamu ini." Elak Ibu. Mungkin si kanjeng ratu malu mau jujur."Ibu minta menu apa buat nanti sahur. Biar bisa puasa bareng kita.""Apa ya, nanti Ibu kasih tahu deh kalau sudah dapat menu yang Ibu pingin.""Sekarang saja Bu. Nggak usah nanti-nanti. Yang mau belanja dan yang masih jualan lauk mentah siapa kalau sudah sore. Ini bentar lagi juga orang sibuk nyari takjil. Bukan sayur mayur atau lauk mentah." cerocosku mendesak Ibu agar me

  • MENANTU AMBURADUL   PERMINTAAN IBU SAAT SAHUR PERTAMA

    MENANTU AMBURADUL 157"Marhaban ya Romadhon. Marhaban Syahrossiyam."Selamat menunaikan Ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga kita semua diberikan kesehatan sehingga bisa beribadah dengan maksimal di bulan suci ini. Aamiin.____________"Nek, maafkan Rina. Nenek jangan marah." kata Rina di balik pintu kamar neneknya sambil ketok-ketok.Ibu mengunci pintu kamar beliau dari dalam, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa masuk, termasuk Mimi."Pergi saja semua. Jangan perdulikan Nenek lagi.""Kami semua masih peduli kok sama Nenek.""Bohong. Buktinya kamu tidak mau tinggal sama Nenek. Kamu malah memilih tinggal bersama Ayahmu.""Nenek boleh ikut sama kami. Kata Ayah, kita akan tinggal bersama."Hening... tidak ada balasan dari dalam ruangan yang pastinya berantakan itu akibat ulah dari Ibu. Segala barang yang ada di dalam selalu dirusak saat Ibu marah. Itu sebabnya kami tidak banyak meletakkan barang-barang berbahan kaca yang mudah pecah. Salah satu alasannya ya karena itu. Tidak i

  • MENANTU AMBURADUL   IBU MENGAMUK MENDENGAR KEPUTUSAN DARI CUCUNYA

    MENANTU AMBURADUL 156Kami masih di Supermarket langganan. Cuman beda posisi saja. Aku, Fateh, Rina, Daffa dan Mbak Karti sedang menunggu Ibu dan Mimi yang masih ada di dalam. Mas Yusuf entah menghilang kemana?Daffa awalnya membantu Neneknya mendorong troli belanjaan, tapi dia antarkan troli tersebut sampai kasir lalu pamit mencari Daddynya agar bisa membantunya membawakan belanjaan si nenek. Sudah Daffa cari kemana-mana, batang hidung Daddynya belum juga nongol, akhirnya Daffa menemukan keberadaan kami dan menunggu Mas Yusuf bersama kami di sini."Loh, kok kalian pada di sini? Ibu dimana?" tanya Mas Yusuf yang mendadak care dengan keberadaan ibunya."Helloooo kemana aja dari tadi Mas?" batinku mengomel.Entah dari mana asalnya Mas Yusuf tiba-tiba muncul begitu saja. Bilangnya sih dari toilet. Entah ngumpet atau ngapain dia sejak tadi di sana? Kami saja sudah duduk di sini sekitar 15 menit. Berarti Mas Yusuf berada di toilet hampir 45 menitan. Hahahaha mustahil sekali Mas. Alasan k

  • MENANTU AMBURADUL   NASIB KURANG BAIK IBU MERTUA

    MENANTU AMBURADUL 155Suara huru-hara orang yang hendak beraktivitas mulai terdengar di luar. Sang embun mulai menampakkan diri, pertanda bahwa pagi ini masih begitu dingin. Kembali kututup pintu rumah, lalu menikmati pekerjaan pagi yang setiap hari kujalani.Mbak Karti sudah memulai pekerjaan rumah lebih dulu, ia tampak serius sedang bergelut dengan cucian dan mesin. Sementara Aku sedang menyiapkan bumbu dan bahan makanan untuk kukupas dan potong-potong.Mas Yusuf dan Fateh masih terlelap tidur. Tadi mereka asyik bercanda dari sebelum subuh, namun akhirnya keduanya tertidur kembali setelah Mas Yusuf melakukan sholat subuh.Daffa dan Fajarina juga kebetulan sedang ada di rumah. Mereka sedang menikmati liburan di rumah menjelang ramadhan dari pesantren. Tidak lama sih, sekitar satu minggu. Itupun sudah membuat mereka berdua merasa senang, karena bisa pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. Khaity juga pulang."Boleh Rina bantu, Tante?" sapa seseorang dari belakangku."Eh Rina,

  • MENANTU AMBURADUL   IBU BERHALUSINASI ATAU TAUBAT?

    MENANTU AMBURADUL 154Kudengar bel rumah berbunyi, sepertinya ada seseorang yang datang. Aku berdiri dari posisi awalku yang sedang duduk di samping Fateh untuk menitipkan sementara Fateh, kepada Mbak Karti. Dengan sedikit rasa penasaran Akupun membuka pintu depan."Assalamu'alaikum Mbak Nisa. Saya rindu sekali dengan Mbak Nisa." sapa seorang dokter perempuan cantik di hadapanku. Ia Aisyah, istri dari Ilyas.Kami saling berpelukan. Sudah lama sekali sepertinya kami tidak berjumpa."Alhamdulillah Baik. Tahu rumahku dari Mana, Syah?""Minta sama Mbak Rini. Hehehehe nggak papa kan Mbak? Maaf sudah lancang.""Nggak papa dong. Malahan seneng ada yang datang ke sini jengukin diriku.""Hehehehe Mbak Nisa bisa saja."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, rupanya Aku sedikit pangling padanya. Kini Aisyah tampak lebih subur, sepertinya benar yang dibilang oleh Fajarina, Aisyah terlihat seperti sedang berbadan dua. Wajahnya masih saja cantik, bahkan lebih cantik sekarang dengan aura keibuannya ya

  • MENANTU AMBURADUL   IBU MALU DINASEHATI CUCU

    MENANTU AMBURADUL 153Sudah sekitar 45 menit kami menunggu mobil yang dinaiki oleh Ibu singgah di sini. Kami semua seperti orang hilang di sebuah Pom Bensin ini. Bukan seperti lagi, kami ibarat keluarga yang terdampar tanpa kepastian.Ibu tak kunjung ada kabar. Selain cemas, kami juga sempat berfikiran buruk tentang mereka bertiga yang kebetulan di supiri oleh orang sewaan yang kurang begitu kami kenal. Takutnya mereka bertiga kenapa-napa. Misalnya diculik gitu. Tapi ribet juga sih kalau yang diculik Ibu. Bakalan susah ngerawatnya. Belum lagi pas kena omel si Ibu, bisa-bisa nyerah penculiknya. Angkat tangan beserta kaki. Hahahahaa.Selang berapa lama, Mas Yusuf dan Mas Rama akhirnya berhasil menghubungi si driver lewat sambungan telfon. Saat ditanya oleh Mas Rama kebetulan si driver baru sampai rumah lagi. Tadinya masih di jalan dan susah ambil ponsel di sakunya, makanya tidak kunjung diangkat.Ternyata Ibu melupakan sesuatu, tas beliau ketinggalan di ruang tamu lengkap beserta pons

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status