Home / Romansa / MENANTU PILIHAN MAMA / KETEMU LAGI DI RUMAH SAKIT?!

Share

KETEMU LAGI DI RUMAH SAKIT?!

last update Last Updated: 2025-05-06 21:34:41

Kembali bak orang normal, keduanya duduk bersama dengan Irvan dan Sintia dan mencoba menikmati makanan yang tertunda. Tatapan Kanya terfokus pada Brian, Brian menundukkan wajahnya.

Entah apa yang di perbincangkan oleh Irvan dan Sintia, keduanya merasa hanya mereka saja yang ada saat ini, yang lain seolah tak kasat mata.

Namun, saat terdengar suara Sintia yang memanggil Brian dengan sebutan,

"Sayang, nanti kamu temenin aku ya?"

DEG

Brian mendadak panas dingin, apalagi saat melihat Kanya yang mengepalkan tangan sambil menopang dagu.

"Iya nanti aku temenin kamu," sahut Brian dengan jantung yang berdebar.

"Oh... iya sayang... nanti kita habis dari sana, kita bakal pergi ke..." ucap Sintia yang terus menggunakan imbuhan sayang pada tiap kalimat.

Terus saja Kanya menghitung jumlah kalimat sayang itu, semakin mau mati rasanya Brianz saat melihat Kanya yang menatapnya dengan tajam, sementara Irvan tengah berbincang ringan, Kanya seolah tak menghiraukan apa yang Irvan celotehkan.

"Sayang..."

Tak tahan Kanya mendengarnya, ia pun sengaja membuat gaduh, dengan mendendang kaki meja dan membuat beberapa minuman dalam gelas pun tertumpah hingga gelas gelas itu pecah berjatuhan diatas lantai.

"Kenapa, Kanya?" Tanya Irvan panik, "kamu nggak papa kan?"

"Ah, mas Irvan, ada tikus tadi lewat, aku jadi kaget," ucap Kanya dengan nada manja.

Brian terlihat emosi, nafasnya tak beraturan saat mendengar cara Kanya menyebut nama Irvan.

"Aku juga geli sama tikus," ucap Sintia yang menunjukkan mimik wajah jijik pada tikus.

"Iya mbak, aku tuh geli aja. Oh iya, mas Irvan, kita pulang yok? aku udah ngantuk banget mas Irvan. Mas Irvan besok kita kerja lagi kan? Mas Irvan,"

Terus terusan saja Kanya menyebut nama Irvan, dengan imbuhan mas, membuat Brian terpancing emosi dan mengajak Sintia untuk pulang lebih dulu.

"Sayang, kita pulang yok," ucap Brian yang tak sengaja mengatakan kalimat itu, alias kelepasan.

Kanya sontak menoleh pada Brian sambil megepal tangannya dengan kuat.

"Mas Irvan, ayo kita pulang, aku ngantuk mas, masayo mas Irvan. Mbak, kita duluan ya, mumpung mas Irvan mau temenin aku pulang, sampe ketemu lagi ya," ucap Kanya pada Sintia, sambil meraih tasnya.

"Oh iya Kanya, sampe ketemu lagi ya," Sintia menyahut sambil tersenyum.

Sintia dan Kanya berpelukan sebelum berpisah. Kanya sengaja menginjak sepatu yang Brian kenakan dengan sepatu hellsnya. Alhasil, Brian menahan rasa sakit yang tak bisa ia bayangkan sebelumnya.

"Ugh," ucap Brian, menahan rasa linu.

Kanya tersenyum miring dan berjalan meninggalkan Brian.

Tiba di parkiran mobil, Irvan membuka pintu mobil untuk Kanya. Sementara Kanya menunggu Irvan yang lagi-lagi sibuk menerima telepon.

Tampak Brian dan Sintia tengah bergandengan tangan menuju mobil Brian. Kanya semakin murka dan tak menyukai itu. Dan iya keluar dari mobil dengan sengaja berdiri didepan mobil Irvan sambil melipat kedua tangannya, lalu menatap tajam Brian.

Brian melihat Kanya, Kanya melihat Brian.

Brian mengetahui jika akan menambah masalahnya dan perlahan ia melepas gandengan tangan itu seolah ingin mengambil sesuatu.

Kanya tersenyum saat melihat jika Brian takut padanya, ia merasa berhasil membuat Brian takluk. Tampak pula, Brian membuka pintu mobil untuk Sintia. Dan Kanya barus saja memasuki mobil Irvan.

Perjalanan menuju pulang ke rumah,

"Sayang, besok bisa kan?" tanya Sintia pada Brian

"Bisa," sahut Brian.

"Kamu kok kayaknya lagi sakit deh yang? Ehm? Kok panas gini badan kamu?" Sintia terlihat khawatir, sambil memegangi kening Brian.

"Aah, iya kayaknya sih," Brian mengiyakan.

"Sayang, tapi bisa kan besok temenin aku?" tanya Sintia.

"Ehm... iya, nanti aku usahain," icap Brian sambil meraba bagian leher belakang dan merasakan tak enak pada tubuhnya.

"Tapi kamu lain deh, kayaknya malem ini kamu beda sayang?" Sintia merasa ada perbedaan pada Brian.

"Beda apanya?" Brian bertanya.

"Beda aja, ehm... oh iya aku nanti hari rabu berangkat ke luar kota. Ada proyek yang mesti di kerjain," Sintia baru saja mengingat sesuatu.

"Oke. Aku bakal anterin kamu," ucap Brian yang masih fokus berkendara.

"Tapi kamu kayaknya nggak bisa deh nemenin aku, kamu lagi sakit gini deh, tuh... kamu panas dingin gini, sayang," ucap Sintia, sambil menyentuh kening Brian.

"Iya ya?" Brian seolah kurang yakin.

"Iya, terus ada yang lain dari kamu deh, sayang," Sintia merasa ada yang kurang.

"Apanya yang lain?" Brian terlihat tak tahu.

"Kamu dari tadi nggak panggil aku sayang. Kenapa?" tanya Sintia dengan wajah kecewa.

"Hah? Masa?" Brian berlagak tak menyadari.

"Iya, biasanya nggak gini sih," ucap Sintia yang kemudian mencoba menerima perubahan dari Brian.

"Perasaan kamu aja kali."

"Beneran sayang, aku ngeras kamu jadi beda," Sintia meyakinkan Brian.

"Mungkin karena kita jarang ketemu," Brian menemukan alasan.

"Ehm... iya sih, maaf aku sibuk banget, karena ini karir impian aku sayang. Kamu tau kan?" Sintia meminta Brian paham.

"Iya aku tau kok," Brian menjawab dengan klise.

"Karir aku tuh paling utama buat aku, aku seneng kalau kamu paham," ucap Sintia sambil tersenyum.

"Iya, bagus deh, karir utama buat kamu," ucap Brian yang tampak bosan.

"Terus kalo kita nikah, aku mau kita tunda punya anak, karena aku belum mau," ucap Sintia.

"Kenapa?" Brian merasa heran.

"Aku belum siap aja sayang. Kamu tau kan kita berdua pasti repot banget. Jadi mending aku tunda aja deh," alasan Sintia .

"Tapi kamu bisa resign dari kerjaan, kan?" Brian mencoba lagi untuk mengubah pola pikir Sintia.

"Sayang... nggak bisa, aku nggak mau. Aku lama bangun karir. Jadi nggak papa kan aku tunda punya anak?" Sintia memegang prinsip.

"Oke." Sahut Brian yang terasa hampa.

Tiba di depan rumah Sintia, Brian membuka pintu mobil untuk kasihnya itu.

"Kamu istirahat sayang, jaga kesehatan kamu, ya," ucap Sintia pada Brian dengan senyuman.

"Iya, hati-hati dijalan, maaf mungkin aku belum bisa nemenin kamu," ucap Brian yang membalas senyum.

"Oke, nggak masalah kok, aku ngerti keadaan kamu," ucap Sintia yang kemudian memeluk Brian, sebelum berpisah.

Sementara, si cantik Kanya, baru saja tiba dirumahnya,

"Mama?" Kanya mencari ibunya.

"Pa?" Kanya memanggil ayahnya.

"Kok sepi banget, kemana ya?" ucap Kanya sambil merogoh ponselnya dalam tas. Dan ketika melihat ponselnya, banyak panggilan tak terjawab.

"Astaga udah banyak panggilan dari papa?!" Kanya terkejut melihatnya.

Dengan begitu, Kanya pun menghubungi ayahnya,

"Papa? Kanya baru balik, maaf baru liat hape,"

"Mama dirumah sakit, kamu kesini sayang,"

"Sakit? Papa, Kanya kesana sekarang! Kirim alamat rumah sakit, pa?!"

Setelah mendapatkan lokasi rumah sakit, Kanya menghubungi taksi, kemudian taksi datang dan segera Kanya pergi menuju rumah sakit untuk melihat keadaan orang tuanya.

Lain halnya dengan Brian. Brian barusana menerima telepon dari ayahnya.

"Bri? Nanti jemput mama ke rumah sakit ya?"

"Mama? Mama, sakit apa pa?"

"Bukan mama, tapi tante Ratna, dia pingsan, mama sama papa jadi takut loh, Bri, panik, jadi mama bawa ke RS! Kamu kesini ya?"

"Iya pa!"

Brian pun menuju rumah sakit yang sama dengan Kanya, tempat dimana ibunya dirawat. Tak lama kemudian, Kanya lebih dulu sampai,

"Mama?"Kanya baru saja tiba di ruang rawat inap.

"Kanya... baru pulang sayang?" tanya ibunya yang berbaring diatas ranjang, sambil tersenyum pada Kanya.

"Iya ma... mama sakit apa?" Kanya tampak khawatir sambil memegangi lengan ibunya.

"Mama tadi pusing, terus gelap semua yang mama liat. Untung ada tante Indiz" ucap ibunya sambil menoleh pada ibu Brian.

"Makasih banyak Tante, udah mau bantu mama," ucap Kanya sambil memeluk ibunya Brian.

"Sama-sama cantik..." ucap ibu Brian pada Kanya dan juga memeluk Kanya.

"Jadi, mama sakit apa?" Kanya ingin tahu.

"Belum tau sayang, lagi nunggu hasil dari dokter. Kamu sama siapa kesini?" tanya ibunya.

Belum sempat memberikan jawaban, tiba-tiba suara lelaki yang baru saja memasuki kamar itu terdengar.

"Ma?" ucap Brian yang baru saja tiba di kamar rawat inap. Kanya sontak menoleh mengarah suara itu. Brian segera menatap Kanya. Kedua insan itu saling memandang sejenak, kemudian berbalik serentak.

"Tante," Brian menyapa ibu Kanya dengan senyum pula.

"Ei Brian... masih pake baju kerja?" tanya ibu Kanya.

"Oh... iya tante, tadi dari?" Brian ingin menjawab sambil melirik Kanya.

"Kita dari pergi ke restoran sama-sama, ma," ucap Kanya sambil tersenyum pada Brian.

"Owh..." sahut kedua ibu mereka secara bersamaan.

"Benar begitu? Bri?" Ibunya mencoba meyakinkan jawaban itu.

"Iya ma," sahut Brian sambil melirik kepalan tangan Kanya.

"Kok kalian nggak bareng kesini?" tanya ibu Kanya.

"Bareng kok ma, cuma tadi mas manager kesayangan aku ini, izin ke toilet dulu, ya kan sayang?" ucap Kanya sambil melirik Brian. Brian justru hanya melongo melihat Kanya.

"Husst... mas? Bilang iya dong sayang..." ucap Kanya pada Brian sambil mengedipkan mata dan mengepal tangannya dengan kuat.

"Iya ma, tante. Kita emang pergi berdua dan ya berdua," ucap Brian yang terlihat panik dibalik senyuman.

Kedua ibu mereka tampak berseri-seri mendengar kabar baik itu, mencerminkan kebahagiaan tulus yang terpancar dari wajah mereka. Mereka bergabung dalam momen penuh sukacita di ruan perawatan rumah sakit, di mana ayah Kanya baru saja duduk santai di sofa dan ikut mengamati dengan penuh perhatian saat Kanya dan Brian berbagi cerita. Kehangatan dan keceriaan dalam ruangan itu terasa begitu nyata, seolah momen mendengar berita bersama adalah sebuah rahmat yang tak ternilai.

"Jadi, sekarang kalian berdua siap untuk menikah?" tanya ayahnya.

"Ah... itu..." ucap Brian yang keliahat bingung.

"Ayolah Bri, tante mau liat kalian nikah. Bisa kan Bri? Tapi kalau memang nggak mau, ya nggak papa, tante cuma takut aja nggak bisa liat kalian hidup bareng. Maaf kalo terkesan maksa, kalau kalian nggak mau sih, nggak papa kok," ucap ibu Kanyaz sambil tersenyum dan tampak pasrah pada keputusan Brian dan Kanya.

"Kita bicarain dulu ma. Ayo mas," ucap Kanya sambil mengajak Brian berbicara berdua, dan keluar dari kamar itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • MENANTU PILIHAN MAMA   KISSING IN THE CAR

    "Ada hal penting yang harus kita omongin, Mas," Kanya menegaskan, nada suaranya penuh ketegasan seiring dia menggulung lengan tuniknya lebih tinggi. Ekspresi wajahnya menunjukkan kegawatan yang tidak bisa ditawar lagi. Brian menatapnya balik dengan tatapan yang tidak kalah serius, jantungnya berdegup kencang seolah bisa pecah kapan saja. Dengan gerakan tegas, ia membuka beberapa kancing kemejanya, tanda bahwa tekanan yang dia rasakan mulai tak tertahankan. "Dan aku juga perlu ngomong sesuatu yang sangat penting sama kamu," ujar Brian, suaranya terdengar berat, penuh dengan beban yang seolah telah lama dipendam.Dengan langkah yang begitu cepat, mereka berdua berjalan bersisian ke arah parkiran. Brian kemudian dengan sigap menarik tangan Kanya, membawanya menuju mobilnya yang parkir di ujung. Suasana tegang terasa menggantung di udara seakan tiap langkah mereka bertambah berat.Brian membuka pintu mobil dan dengan sedikit paksa, ia menuntun Kanya agar masuk. Kanya menurut, namun begi

    Last Updated : 2025-05-07
  • MENANTU PILIHAN MAMA   AYO MAJU KALAU MAS, BERANI!

    "Bri, nanti malam anterin mama sama papa ya." Isi pesan itu. "Kemana ma?" Brian membalasnya. "Kerumah temen mama, kita udah lama nggak ketemu, bisa kan?" Ibunya membalas lagi. "Ehm... tumben ma? Biasanya pergi berdua?" Isi balasan pesan dari Brian. "Ih, nurut aja deh, sekali kali ini. Pokoknya mama tunggu nanti jam 8 malam kita pergi, Brian jemput kerumah mama sama papa ya," balasan pesan dari ibunya. "Ya udah, tunggu aja ya ma," Brian membalas pesan itu. "Tumben, biasanya nggak gini?" Brian bergumam sambil menatap layar ponsel yang baru saja menampilkan pesan dari ibu. Brian mengerutkan dahi, mencoba memahami nada pesan itu. Ada sesuatu yang terasa berbeda kali ini. Namun, Brian tidak bisa memastikan apa. Apakah ada yang sedang terjadi di rumah? Atau ibunya hanya mencoba menyampaikan sesuatu yang penting dengan cara yang tak biasa? Kenapa tiba-tiba Brian merasa tidak tenang dan Brian menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir bayangan buruk yang mulai memenuhi kepala. P

    Last Updated : 2025-04-27
  • MENANTU PILIHAN MAMA   CONGRATULATION CALON SUAMI!

    Mereka berdua terlihat akrab, tapi itu dimata kedua orang tua mereka masing-masing. "Liat, mereka cocok," Ucap Ratna pada Indira. "Senengnya, artinya kita bakal besanan dan punya cucu," ucap Indira dengan rona wajah bahagia. Nyatanya? "kamu jangan pernah mikir, aku bakal mau nikah sama kamu!" tegas Brian. "Hahaha, udahlah mas, biasanya yang awalnya suka nolak, justru nanti jadi sayang dan nggak mau pisah," ucap Kanya. "Nggak akan," Brian menjawab dengan yakin. "Akan! Kamu bakal cinta sama aku. Titik!" ucap Kanya, tegas. "Ah!" Brian kesal. Brian meninggalkan Kanya ke ruang tamu, Kanya menyusul dan mereka bertemu kembali di ruang tamu. "Tante, Om, mama, papa, Kanya nggak mau jadi istri mas Brian," ucap Kanya, sambil duduk menyilang kaki dan tersenyum manja. "Brian juga nggak mau," ucap Brian tak mau kalah. Keluarga Brian pun meninggalkan kediaman keluarga, setelah mendengar penolakan perjodohan itu. "Gimana Bri? Kok pada nolak?" ucap ibunya dengan kecewa. "Lagian dia juga

    Last Updated : 2025-04-28
  • MENANTU PILIHAN MAMA   LOH, KOK KENALAN SAMA LELAKI LAIN?

    "Kanya, besok kamu ke kantor dulu, terus bareng mami kita ke perusahaan yang mendapuk kamu jadi BA mereka, oke!" ucap Intan pada Kanya."Oke, mam," sahut Kanya."Ehm, terus nanti ada beberapa tanda tangan kontrak yang harus kamu tanda tanganin, juga nanti ada meeting bareng team mereka, pokoknya kamu bakal sibuk banget besok. Jaga kesehatan kamu, tetep makan makanan sehat, pola makan di jaga, mami minta kamu tetep rajin latian, karena kamu udah tau kan jadwal foto produk pakaian juga udah beberapa yang harus kita kerjain," ucap Intan yang menjabarkan isi kontrak."Oke, mam," sahut Kanya."Inget pesen mami, jangan mengecewakan agency kita, jaga nama baik perusahaan dan nama kamu," ucap Intan, lagi."Iya mam, Kanya sebisa mungkin jalanin apa yang udah seharusnya ada di kontrak kerja," jawab Kanya dengan percaya diri."Bagus, jangan sampai kamu terpengaruh sama hal yang diluar kuasa mami. Kamu tau kan? Beberapa temen kamu, yang hidupnya aneh-aneh itu, akhirnya gimana?" Intan bertanya."

    Last Updated : 2025-04-28
  • MENANTU PILIHAN MAMA   KETIKA CALON SUAMI ISTRI HARUS BERKENALAN LAGI?

    Dari kejauhan, Irvan melempar senyum pada Kanya, senyum itu berbalas. Kanya pun tersenyum saat melihat senyuman itu untuknya."Senyum terus," ucap Brian, pada Irvan."Kayaknya gue jatuh cinta, BRI," sahut Irvan."Wow, siapa yang bisa bikin lu jatuh cinta? Yakin?" Brian terdengar ragu."Kalo ini nggak mau gue lepasin. Jantung gue, detaknya nggak karuan pas ketemu dia. Kita juga tukeran nomor hape tadi. Jodoh gue kayaknya," Irvan percaya diri."Bagus dong, deketin lah," ucap Brian."Pasti Bri, jangan sampe keduluan sama lelaki mana pun. Nggak terima gue kalo ada yang lebih dari gue," ucap Irvan, penuh ambisi."Iya deh, iya. Gue doain lu dapetin tuh cewek, jangan lu lepasin," ucap Brian."Thanks bro. Lu tau lah selera gue, ini cewek selera gue banget, Brian," ucap Irvan."Ngerti gue, emang gimana sih orangnya?" Brian penasaran."Disana tuh, tuh! Dia lagi rame-ramean juga," ucap Irvan sambil melihat ke arah Kanya."Mana?" tanya Brian yang terlihat ingin tahu."Itu Bri, pake baju kaos puti

    Last Updated : 2025-04-28
  • MENANTU PILIHAN MAMA   BRIAN, GUNDAH?

    Bertemu tatapan yang sama, momen-momen singkat itu menjadi arena pertarungan emosi tak terucap di antara mereka. Mata mereka seolah bertaut, mengakui keberadaan satu sama lain meski dari kejauhan. Di sisi lain, Irvan yang berdiri di kejauhan, matanya berbinar menatap Kanya, wanita yang dicintainya dan kini menjadi Brand Ambassador perusahaan tempatnya bekerja. Kebanggaan tergambar jelas di wajahnya. Kanya, dengan sapaan hangatnya, tenggelam dalam obrolan ringan bersama seorang Brand Ambassador lain yang tak kalah memukau. Kecantikannya bukan sekadar paras, tetapi juga kilau di matanya yang bisa menarik perhatian siapa saja, termasuk Brian yang tampil mempesona. Hatinya tahu, kehadiran pria itu terlalu berharga untuk sekedar dilirik dan dilupakan. Brian, dengan semua pesonanya, adalah bagian dari pesona yang tak mungkin ia lewatkan dengan begitu saja.Brian berjuang keras untuk mempertahankan fokusnya, mencoba melawan godaan untuk menoleh ke arah Kanya. Namun, matanya mengkhianati usah

    Last Updated : 2025-04-28
  • MENANTU PILIHAN MAMA   SAMA-SAMA DI DALAM TOILET, EH MALAH TERANCAM OLEH CALON ISTRI.

    Malam itu, atmosfer restoran mewah terasa semakin memukau dengan dekorasi yang berkilauan. Kanya dan Irvan memasuki tempat tersebut, langkah mereka serasi dalam gaun dan setelan yang mereka kenakan. "Kanya, mau duduk di mana?" tanya Irvan dengan nada penuh perhatian. "Ehm... di sana, Mas Irvan. Kayaknya sudut itu keren buat foto," Kanya menunjuk ke sebuah meja di pojok yang terlihat romantis dengan cahaya lilin yang menari-nari. "Oke," sahut Irvan. Seraya tersenyum, dia meraih tangan Kanya. Tiba-tiba, ponselnya berdering."Duh, sorry, Aku anterin kamu duluan kesana," ucap Irvan, sambil memberikan kode agar Kanya menunggu. Meski malam itu sejatinya adalah malam mereka, tetapi panggilan yang tak terduga itu menguji kesabaran Irvan sendiri.Irvan mengantar Kanya pada bangku yang mereka inginkan, Kanya duduk dan meletakkan tas disampingnya. Irvan menerima panggilan telepon dan menjauh dari Kanya."Ya pak, gimana pak?" ucap Irvan pada telepon.Kanya melihat sekeliling, lampu cantik, alunan

    Last Updated : 2025-05-06

Latest chapter

  • MENANTU PILIHAN MAMA   KISSING IN THE CAR

    "Ada hal penting yang harus kita omongin, Mas," Kanya menegaskan, nada suaranya penuh ketegasan seiring dia menggulung lengan tuniknya lebih tinggi. Ekspresi wajahnya menunjukkan kegawatan yang tidak bisa ditawar lagi. Brian menatapnya balik dengan tatapan yang tidak kalah serius, jantungnya berdegup kencang seolah bisa pecah kapan saja. Dengan gerakan tegas, ia membuka beberapa kancing kemejanya, tanda bahwa tekanan yang dia rasakan mulai tak tertahankan. "Dan aku juga perlu ngomong sesuatu yang sangat penting sama kamu," ujar Brian, suaranya terdengar berat, penuh dengan beban yang seolah telah lama dipendam.Dengan langkah yang begitu cepat, mereka berdua berjalan bersisian ke arah parkiran. Brian kemudian dengan sigap menarik tangan Kanya, membawanya menuju mobilnya yang parkir di ujung. Suasana tegang terasa menggantung di udara seakan tiap langkah mereka bertambah berat.Brian membuka pintu mobil dan dengan sedikit paksa, ia menuntun Kanya agar masuk. Kanya menurut, namun begi

  • MENANTU PILIHAN MAMA   KETEMU LAGI DI RUMAH SAKIT?!

    Kembali bak orang normal, keduanya duduk bersama dengan Irvan dan Sintia dan mencoba menikmati makanan yang tertunda. Tatapan Kanya terfokus pada Brian, Brian menundukkan wajahnya.Entah apa yang di perbincangkan oleh Irvan dan Sintia, keduanya merasa hanya mereka saja yang ada saat ini, yang lain seolah tak kasat mata.Namun, saat terdengar suara Sintia yang memanggil Brian dengan sebutan,"Sayang, nanti kamu temenin aku ya?"DEGBrian mendadak panas dingin, apalagi saat melihat Kanya yang mengepalkan tangan sambil menopang dagu."Iya nanti aku temenin kamu," sahut Brian dengan jantung yang berdebar."Oh... iya sayang... nanti kita habis dari sana, kita bakal pergi ke..." ucap Sintia yang terus menggunakan imbuhan sayang pada tiap kalimat.Terus saja Kanya menghitung jumlah kalimat sayang itu, semakin mau mati rasanya Brianz saat melihat Kanya yang menatapnya dengan tajam, sementara Irvan tengah berbincang ringan, Kanya seolah tak menghiraukan apa yang Irvan celotehkan."Sayang..."

  • MENANTU PILIHAN MAMA   SAMA-SAMA DI DALAM TOILET, EH MALAH TERANCAM OLEH CALON ISTRI.

    Malam itu, atmosfer restoran mewah terasa semakin memukau dengan dekorasi yang berkilauan. Kanya dan Irvan memasuki tempat tersebut, langkah mereka serasi dalam gaun dan setelan yang mereka kenakan. "Kanya, mau duduk di mana?" tanya Irvan dengan nada penuh perhatian. "Ehm... di sana, Mas Irvan. Kayaknya sudut itu keren buat foto," Kanya menunjuk ke sebuah meja di pojok yang terlihat romantis dengan cahaya lilin yang menari-nari. "Oke," sahut Irvan. Seraya tersenyum, dia meraih tangan Kanya. Tiba-tiba, ponselnya berdering."Duh, sorry, Aku anterin kamu duluan kesana," ucap Irvan, sambil memberikan kode agar Kanya menunggu. Meski malam itu sejatinya adalah malam mereka, tetapi panggilan yang tak terduga itu menguji kesabaran Irvan sendiri.Irvan mengantar Kanya pada bangku yang mereka inginkan, Kanya duduk dan meletakkan tas disampingnya. Irvan menerima panggilan telepon dan menjauh dari Kanya."Ya pak, gimana pak?" ucap Irvan pada telepon.Kanya melihat sekeliling, lampu cantik, alunan

  • MENANTU PILIHAN MAMA   BRIAN, GUNDAH?

    Bertemu tatapan yang sama, momen-momen singkat itu menjadi arena pertarungan emosi tak terucap di antara mereka. Mata mereka seolah bertaut, mengakui keberadaan satu sama lain meski dari kejauhan. Di sisi lain, Irvan yang berdiri di kejauhan, matanya berbinar menatap Kanya, wanita yang dicintainya dan kini menjadi Brand Ambassador perusahaan tempatnya bekerja. Kebanggaan tergambar jelas di wajahnya. Kanya, dengan sapaan hangatnya, tenggelam dalam obrolan ringan bersama seorang Brand Ambassador lain yang tak kalah memukau. Kecantikannya bukan sekadar paras, tetapi juga kilau di matanya yang bisa menarik perhatian siapa saja, termasuk Brian yang tampil mempesona. Hatinya tahu, kehadiran pria itu terlalu berharga untuk sekedar dilirik dan dilupakan. Brian, dengan semua pesonanya, adalah bagian dari pesona yang tak mungkin ia lewatkan dengan begitu saja.Brian berjuang keras untuk mempertahankan fokusnya, mencoba melawan godaan untuk menoleh ke arah Kanya. Namun, matanya mengkhianati usah

  • MENANTU PILIHAN MAMA   KETIKA CALON SUAMI ISTRI HARUS BERKENALAN LAGI?

    Dari kejauhan, Irvan melempar senyum pada Kanya, senyum itu berbalas. Kanya pun tersenyum saat melihat senyuman itu untuknya."Senyum terus," ucap Brian, pada Irvan."Kayaknya gue jatuh cinta, BRI," sahut Irvan."Wow, siapa yang bisa bikin lu jatuh cinta? Yakin?" Brian terdengar ragu."Kalo ini nggak mau gue lepasin. Jantung gue, detaknya nggak karuan pas ketemu dia. Kita juga tukeran nomor hape tadi. Jodoh gue kayaknya," Irvan percaya diri."Bagus dong, deketin lah," ucap Brian."Pasti Bri, jangan sampe keduluan sama lelaki mana pun. Nggak terima gue kalo ada yang lebih dari gue," ucap Irvan, penuh ambisi."Iya deh, iya. Gue doain lu dapetin tuh cewek, jangan lu lepasin," ucap Brian."Thanks bro. Lu tau lah selera gue, ini cewek selera gue banget, Brian," ucap Irvan."Ngerti gue, emang gimana sih orangnya?" Brian penasaran."Disana tuh, tuh! Dia lagi rame-ramean juga," ucap Irvan sambil melihat ke arah Kanya."Mana?" tanya Brian yang terlihat ingin tahu."Itu Bri, pake baju kaos puti

  • MENANTU PILIHAN MAMA   LOH, KOK KENALAN SAMA LELAKI LAIN?

    "Kanya, besok kamu ke kantor dulu, terus bareng mami kita ke perusahaan yang mendapuk kamu jadi BA mereka, oke!" ucap Intan pada Kanya."Oke, mam," sahut Kanya."Ehm, terus nanti ada beberapa tanda tangan kontrak yang harus kamu tanda tanganin, juga nanti ada meeting bareng team mereka, pokoknya kamu bakal sibuk banget besok. Jaga kesehatan kamu, tetep makan makanan sehat, pola makan di jaga, mami minta kamu tetep rajin latian, karena kamu udah tau kan jadwal foto produk pakaian juga udah beberapa yang harus kita kerjain," ucap Intan yang menjabarkan isi kontrak."Oke, mam," sahut Kanya."Inget pesen mami, jangan mengecewakan agency kita, jaga nama baik perusahaan dan nama kamu," ucap Intan, lagi."Iya mam, Kanya sebisa mungkin jalanin apa yang udah seharusnya ada di kontrak kerja," jawab Kanya dengan percaya diri."Bagus, jangan sampai kamu terpengaruh sama hal yang diluar kuasa mami. Kamu tau kan? Beberapa temen kamu, yang hidupnya aneh-aneh itu, akhirnya gimana?" Intan bertanya."

  • MENANTU PILIHAN MAMA   CONGRATULATION CALON SUAMI!

    Mereka berdua terlihat akrab, tapi itu dimata kedua orang tua mereka masing-masing. "Liat, mereka cocok," Ucap Ratna pada Indira. "Senengnya, artinya kita bakal besanan dan punya cucu," ucap Indira dengan rona wajah bahagia. Nyatanya? "kamu jangan pernah mikir, aku bakal mau nikah sama kamu!" tegas Brian. "Hahaha, udahlah mas, biasanya yang awalnya suka nolak, justru nanti jadi sayang dan nggak mau pisah," ucap Kanya. "Nggak akan," Brian menjawab dengan yakin. "Akan! Kamu bakal cinta sama aku. Titik!" ucap Kanya, tegas. "Ah!" Brian kesal. Brian meninggalkan Kanya ke ruang tamu, Kanya menyusul dan mereka bertemu kembali di ruang tamu. "Tante, Om, mama, papa, Kanya nggak mau jadi istri mas Brian," ucap Kanya, sambil duduk menyilang kaki dan tersenyum manja. "Brian juga nggak mau," ucap Brian tak mau kalah. Keluarga Brian pun meninggalkan kediaman keluarga, setelah mendengar penolakan perjodohan itu. "Gimana Bri? Kok pada nolak?" ucap ibunya dengan kecewa. "Lagian dia juga

  • MENANTU PILIHAN MAMA   AYO MAJU KALAU MAS, BERANI!

    "Bri, nanti malam anterin mama sama papa ya." Isi pesan itu. "Kemana ma?" Brian membalasnya. "Kerumah temen mama, kita udah lama nggak ketemu, bisa kan?" Ibunya membalas lagi. "Ehm... tumben ma? Biasanya pergi berdua?" Isi balasan pesan dari Brian. "Ih, nurut aja deh, sekali kali ini. Pokoknya mama tunggu nanti jam 8 malam kita pergi, Brian jemput kerumah mama sama papa ya," balasan pesan dari ibunya. "Ya udah, tunggu aja ya ma," Brian membalas pesan itu. "Tumben, biasanya nggak gini?" Brian bergumam sambil menatap layar ponsel yang baru saja menampilkan pesan dari ibu. Brian mengerutkan dahi, mencoba memahami nada pesan itu. Ada sesuatu yang terasa berbeda kali ini. Namun, Brian tidak bisa memastikan apa. Apakah ada yang sedang terjadi di rumah? Atau ibunya hanya mencoba menyampaikan sesuatu yang penting dengan cara yang tak biasa? Kenapa tiba-tiba Brian merasa tidak tenang dan Brian menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir bayangan buruk yang mulai memenuhi kepala. P

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status