Home / Romansa / MENANTU PILIHAN MAMA / SAMA-SAMA DI DALAM TOILET, EH MALAH TERANCAM OLEH CALON ISTRI.

Share

SAMA-SAMA DI DALAM TOILET, EH MALAH TERANCAM OLEH CALON ISTRI.

last update Last Updated: 2025-05-06 12:22:18

Malam itu, atmosfer restoran mewah terasa semakin memukau dengan dekorasi yang berkilauan. Kanya dan Irvan memasuki tempat tersebut, langkah mereka serasi dalam gaun dan setelan yang mereka kenakan. "Kanya, mau duduk di mana?" tanya Irvan dengan nada penuh perhatian. "Ehm... di sana, Mas Irvan. Kayaknya sudut itu keren buat foto," Kanya menunjuk ke sebuah meja di pojok yang terlihat romantis dengan cahaya lilin yang menari-nari. "Oke," sahut Irvan. Seraya tersenyum, dia meraih tangan Kanya. Tiba-tiba, ponselnya berdering.

"Duh, sorry, Aku anterin kamu duluan kesana," ucap Irvan, sambil memberikan kode agar Kanya menunggu. Meski malam itu sejatinya adalah malam mereka, tetapi panggilan yang tak terduga itu menguji kesabaran Irvan sendiri.

Irvan mengantar Kanya pada bangku yang mereka inginkan, Kanya duduk dan meletakkan tas disampingnya. Irvan menerima panggilan telepon dan menjauh dari Kanya.

"Ya pak, gimana pak?" ucap Irvan pada telepon.

Kanya melihat sekeliling, lampu cantik, alunan musik slow, tempat makan yang romantis jika di lakukan berdua.

Tak lama, calon suaminya itu tampak menggandeng tangan seorang wanita, mereka bertemu Irvan yang tengah berbincang dengan seseorang dalam panggilan telepon seraya Irvan mengarahkan jari jempolnya pada Kanya.

"Duluan, gue ada bisnis nih," ucap Irvan pada Brian.

Brian dan Sintia berjalan menuju kursi yang telah di pesan. Kanya melihat Brian, melirik wanita yang ada di sampingnya, dan memegang tangan Brian.

Brian melihat Kanya, Kanya pun sama.

Sesampainya didepan kursi makan, Kanya menghela napasnya, membingkai senyum lalu menyambut Brian dan Sintia dengan terpaksa.

"Hai..." Kanya menyapa ramah pada Sintia. Sintia membalasnya dengan ramah pula.

"Hai, maaf lama..." ucap Sintia.

"Nggak juga kok, aku baru sampe juga mbak. Oh, maaf, mbak siapa?" tanya Kanya sambil mengajak Sintia berjabat tangan.

"Saya Sintia, kamu?" Sintia menjawabnya sambil menjabat tangan Kanya.

"Kanya," ucap Kanya dengan senyuman merekah.

Brian menundukkan wajah kemudian menarik kursi untuk Sintia. Sementara Kanya seperti sengaja duduk di hadapan Brian.

"Sorry gue ada kerjaan, proyek lama, Bri. Akhirnya ke tangan gue lagi," ucap Irvan sambil tersenyum dan duduk disisi Kanya.

"Nggak papa, santai," sahut Brian dengan nada yang terpaksa.

"Sintia, apa kabar?" tanya Irvan.

"Baik, kabar baik mas," sahut Sintia dengan senyuman pada Irvan.

Mereka memilih menu dengan serius. Entah bagaimana, tanpa perlu berbicara lebih dulu, Brian dan Kanya tanpa sengaja memesan makanan serta minuman yang identik. Ketika pelayan membawa pesanan ke meja, suasana menjadi hangat. "Maaf, tapi sepertinya ada kebetulan menarik di sini," ucap pelayan dengan senyum lebar.

"Kedua bapak ibu ini memesan hidangan yang persis sama." Suasana menjadi semakin cair, dan senyum simpul muncul di wajah Brian dan Kanya, seraya mereka saling pandang, tersirat sebuah tanya; apakah ini pertanda kecocokan yang tak terduga?

Namun, karena gengsi tinggi selangit, keduanya kemudian saling acuh dan makanan itu tersaji diatas meja dengan baik.

Irvan mengajak mereka untuk menyantap makanan yang sudah tersaji hangat diatas meja.

Sedang menikmati makanan, ponsel Sintia berbunyi,

"Duh, ada panggilan dari kantor lagi. Sayang aku terima telepon dulu benta," ucap Sintia pada Brian.

"Oke," Sahut Brian.

Kanya melirik Brian, saat mendengar panggilan sayang itu dari Sintia untuknya.

Sintia menerima telepon, menjauh dari meja makan mereka. Skenario Tuhan, Irvan menerima panggilan dan juga meninggalkan meja makan.

"Bri, Kanya, gue angkat telepon dulu. Duh, maaf ya..." ucap Irvan yang terlihat sangat sibuk.

"Okey, mas Irvan," sahut Kanya dengan nada genit, membuat Brian tentu mendengar dan melihat cara Kanya melontarkan kalimat pada Irvan.

Tersisalah keduanya yang saling berhadapan,

"Sayang?" Ucap Kanya pada Brian.

Sontak Brian melihat Kanya. Lalu Kanya melanjutkan kalimatnya, "bisa romantis juga mas, kirain kaku banget," sambil tersenyum tipis dan menikmati makanannya.

"Mas Irvan, boleh juga," ucap Brian sambil melihat Kanya dan seolah membalas apa yang baru saja Kanya lakukan.

"Kenapa emangnya? Suka-suka aku kan? Emh? Daripada kamu? sayang sayang, kaku aja pake maksa romantis," ucap Kanya dengan menunjukkan rasa tak suka.

"Emang kenapa? Salah ya?" Brian terlihat menahan senyum.

"Salah! Nggak cocok! Aku nggak suka denger itu!" jawab ketus Kanya.

"Kamu pikir aku suka kamu panggil Irvan kayak tadi?" Brian rupanya keberatan.

"Apa mas? Apa? Ngomong apa tadi mas? Ulang ulang ulang?" ucap Kanya yang merasa harus ada yang diulang.

"Nggak," singkat Brian.

"Aku denger loh mas," ucap Kanya sambil tersenyum genit, "Mas, ulang lagi tadi bilang apa?"

"Kamu bisa diem nggak?" Ucap Brian dan kemudian meneguk air mineral.

"Sayang," ucap Kanya memanggil Brian dengan sengaja menggodanya.

Brian meneguk ludah kasar saat mendengar suara Kanya yang terdengar menggoda ditelinganya,

"Sayang, liat sini," ucap Kanya dengan nada manja.

"Nggak!" tegas Brian, menolak.

Kanya si jahil, ia tak habis akal untuk menggoda Brian, dengan sengaja ia menggunakan salah satu kakinya dan menyentuh kaki Brian.

"Ehm," ucap Brian menahan rasa geli dari sentuhan itu.

Kanya tersenyum saat melihat reaksi Brian,

"Itu baru kaki aku, mas," bisik Kanya yang dengan sengaja mencondongkan tubuhnya pada Brian, lalu ia duduk kembali saat melihat Sintia yang berjalan mengarah mereka.

Brian mendadak panas dingin dan meraih tisu untuk menyeka titik titik keringat pada dahinya,

"Kenapa sayang? Panas ya?" tanya Sintia saat melihat Brian yang seperti kepasnas.

"Ehm, iya sayang,  panas. Aku mau ke toilet bentar ya,"  ucap Brian yang mendadak ingin ke toilet.

"Okey," sahut Sintia.

Brian meninggalkan meja makan, sementara Kanya berbincang ringan dengan Sintia, tentang pekerjaan. Lalu, Irvan datang dan bersamaan dengan Kanya yang pamit untuk ke toilet.

Kanya sengaja mendatangi toilet untuk mencari Brian. Tibalah Kanya tepat di depan pintu toilet pria yang berdampingan dengan pintu toilet Wanita.

"Sayang?" Kanya memanggil Brian, dari balik pintu toilet.

Brian menyahut, ia berfikir itu adalah Sintia, dan ketika ia membuka pintu toilet itu?

"Eh?!" Brian terkejut saat melihat Kanya yang ternyata baru saja mengerjai dirinya. Kanya mendorong Brian agar masuk kembali ke dalam toilet,

"Ka-kamu apa-apaan sih?" Brian panik saat melihat Kanya menutup dan mengunci pintu toilet.

"Sssh!" Kanya, meminta Brian agar tak bersuara.

"Kamu tuh?!" ucap Brian sambil berbisik.

"Mas itu aneh! Kenapa nggak suka waktu aku panggil Irvan kayak gitu? Jawab?!" dengan tegas, sambil mendongak melihat Brian dan menyudutkan Brian pada tembok.

"An-aneh gimana?" tanya Brian yang tampak gugup, melihat calon istrinya ini.

"Jawab?!" tegas Kanya lagi.

"Ya, kamu juga kenapa waktu Sintia panggil aku gitu, kamu ledekin?" tanya Brian sambil berbisik.

"Karena aku nggak suka! Jelas! Aku nggak suka! Aku berani kasih alasan untuk kenapa aku nggak suka! Mas sendiri?! Jawab? Ayo jawab, kalo nggak?!" Kanya terlihat mengancam Brian.

"Ka-kalo nggak apa nih?" tanya Brian yang semakin panik.

Kanya mendorong paksa Brian dan Brian terduduk diatas kloset duduk. Kanya menaikki Brian, tepat duduk diatas pangkuan manager baru.

"Ka-kanya? Jangan. Kamu gila?" ucap Brian yang terdengar semakin panik.

Kanya memandangi wajah Brian dengan seksama, menyentuhnya dengan pelan dan hati-hati sambil tersenyum dengan amat manis.

Jantung Brian berdetak tak karuan, ia sedikit gemetar saat Kanya seolah ingin mencium bibirnya.

"Mas belum pernah kayak gini?" tanya Kanya sambil berbisik dan sengaja memperbaiki posisi duduknya dan tepat sekali menyentuh area sensitif milik Brian.

Brian menggeleng pelan, matanya menatap kosong ke arah yang tak ditentukan. Hawa dingin menyelinap ke tulang-tulangnya, membuat setiap inci kulitnya merinding tak terkendali. Dia merasakan kebekuan bukan hanya di luar tetapi juga di dalam, hatinya seakan dibalut es.

Sementara itu, Kanya, dengan gerakan yang penuh kelembutan, meletakkan kedua tangan Brian yang dingin itu di pinggulnya. Brian, yang terlihat mati rasa, hanya bisa menuruti pergerakan Kanya tanpa banyak perlawanan. Dia mencoba menutup matanya, berusaha mencari kehangatan dalam kegelapan yang menyelimutinya.

Ketika kecupan lembut Kanya mendarat di bibirnya, ada secercah kehangatan yang mulai mencairkan es di hatinya. Kecupan itu lembut, berbeda dengan hawa dingin yang menyiksa. Kanya berpindah, mencium pipi Brian yang kaku, membiarkan bibirnya bertahan sejenak di sana, seolah mengirimkan kehangatan melalui sentuhan tersebut.

Tawa kecil Kanya pecah di ruangan yang sunyi, saat dia melihat Brian dengan mata terpejam. Tawa itu, meski ringan, membawa aura keceriaan dan kehangatan yang sangat dibutuhkan Brian. Dalam kebekuan yang melanda, kecupan dan tawa Kanya menjadi sumber kehangatan yang pelan-pelan mencairkan dingin yang mematikan di dalam dada Brian.

"Kamu lucu sayang," bisik Kanya dengan menahan tawa.

"Aku baru kali ini ketemu orang kayak kamu," ucap Kanya lagi sambil memegangi wajah Brian dengan kedua tangannya.

"Buka matanya, mas? Liat aku? Mas..." Kanya menggoda Brian.

"Ehm," ucap Brian sambil perlahan membuka matanya.

Kanya meraih tisu, menyeka keringat Brian pada dahi.

"Ini baru iklan mas. Bayangin kalo kita udah nikah," ucap Kanya sambil tersenyum.

"Nggak," Brian menggeleng.

"Harus mau!" tegas Kanya.

"Enggak," Brian menolak.

"Harus mau!" Kanya memaksa.

"Enggak," Brian menolak.

"Say yes?!" Kanya mendesak

"No," Brian masih menolak.

"Bilang yes?! Yes!" Kanya semakin murka.

"No. Enggak, aku bilang enggak," Brian menjawab dengan tenang.

"Pokoknya mas harus mau! Titik! Dan jangan pernah gandeng tangan Sintia lagi! Jangan panggil dia sayang sayang lagi! Jangan pernah sama dia lagi! Titik! Jelas!" tegas Kanya sambil memukul tembok yang ada di belakang Brian dan ancaman.

"Hah?!" Brian terkejut dengan cara Anya yang mengancam dirinya.

"Bayangin kalau ini ke muka kamu!" ucap Kanya sambil tersenyum tipis dan menunjukan kepalan tangannya pada Brian. Kanya segera beranjak dari tubuh Brian dan merapikan pakaian Brian.

"Huh! awas ya!" ancam Kanya lagi dan kemudian ia membuka pintu kamar mandi, lalu meninggalkan Brian.

"A-astaga," ucap Brian yang tampak panik dan bak orang linglung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • MENANTU PILIHAN MAMA   KETEMU LAGI DI RUMAH SAKIT?!

    Kembali bak orang normal, keduanya duduk bersama dengan Irvan dan Sintia dan mencoba menikmati makanan yang tertunda. Tatapan Kanya terfokus pada Brian, Brian menundukkan wajahnya.Entah apa yang di perbincangkan oleh Irvan dan Sintia, keduanya merasa hanya mereka saja yang ada saat ini, yang lain seolah tak kasat mata.Namun, saat terdengar suara Sintia yang memanggil Brian dengan sebutan,"Sayang, nanti kamu temenin aku ya?"DEGBrian mendadak panas dingin, apalagi saat melihat Kanya yang mengepalkan tangan sambil menopang dagu."Iya nanti aku temenin kamu," sahut Brian dengan jantung yang berdebar."Oh... iya sayang... nanti kita habis dari sana, kita bakal pergi ke..." ucap Sintia yang terus menggunakan imbuhan sayang pada tiap kalimat.Terus saja Kanya menghitung jumlah kalimat sayang itu, semakin mau mati rasanya Brianz saat melihat Kanya yang menatapnya dengan tajam, sementara Irvan tengah berbincang ringan, Kanya seolah tak menghiraukan apa yang Irvan celotehkan."Sayang..."

    Last Updated : 2025-05-06
  • MENANTU PILIHAN MAMA   KISSING IN THE CAR

    "Ada hal penting yang harus kita omongin, Mas," Kanya menegaskan, nada suaranya penuh ketegasan seiring dia menggulung lengan tuniknya lebih tinggi. Ekspresi wajahnya menunjukkan kegawatan yang tidak bisa ditawar lagi. Brian menatapnya balik dengan tatapan yang tidak kalah serius, jantungnya berdegup kencang seolah bisa pecah kapan saja. Dengan gerakan tegas, ia membuka beberapa kancing kemejanya, tanda bahwa tekanan yang dia rasakan mulai tak tertahankan. "Dan aku juga perlu ngomong sesuatu yang sangat penting sama kamu," ujar Brian, suaranya terdengar berat, penuh dengan beban yang seolah telah lama dipendam.Dengan langkah yang begitu cepat, mereka berdua berjalan bersisian ke arah parkiran. Brian kemudian dengan sigap menarik tangan Kanya, membawanya menuju mobilnya yang parkir di ujung. Suasana tegang terasa menggantung di udara seakan tiap langkah mereka bertambah berat.Brian membuka pintu mobil dan dengan sedikit paksa, ia menuntun Kanya agar masuk. Kanya menurut, namun begi

    Last Updated : 2025-05-07
  • MENANTU PILIHAN MAMA   AYO MAJU KALAU MAS, BERANI!

    "Bri, nanti malam anterin mama sama papa ya." Isi pesan itu. "Kemana ma?" Brian membalasnya. "Kerumah temen mama, kita udah lama nggak ketemu, bisa kan?" Ibunya membalas lagi. "Ehm... tumben ma? Biasanya pergi berdua?" Isi balasan pesan dari Brian. "Ih, nurut aja deh, sekali kali ini. Pokoknya mama tunggu nanti jam 8 malam kita pergi, Brian jemput kerumah mama sama papa ya," balasan pesan dari ibunya. "Ya udah, tunggu aja ya ma," Brian membalas pesan itu. "Tumben, biasanya nggak gini?" Brian bergumam sambil menatap layar ponsel yang baru saja menampilkan pesan dari ibu. Brian mengerutkan dahi, mencoba memahami nada pesan itu. Ada sesuatu yang terasa berbeda kali ini. Namun, Brian tidak bisa memastikan apa. Apakah ada yang sedang terjadi di rumah? Atau ibunya hanya mencoba menyampaikan sesuatu yang penting dengan cara yang tak biasa? Kenapa tiba-tiba Brian merasa tidak tenang dan Brian menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir bayangan buruk yang mulai memenuhi kepala. P

    Last Updated : 2025-04-27
  • MENANTU PILIHAN MAMA   CONGRATULATION CALON SUAMI!

    Mereka berdua terlihat akrab, tapi itu dimata kedua orang tua mereka masing-masing. "Liat, mereka cocok," Ucap Ratna pada Indira. "Senengnya, artinya kita bakal besanan dan punya cucu," ucap Indira dengan rona wajah bahagia. Nyatanya? "kamu jangan pernah mikir, aku bakal mau nikah sama kamu!" tegas Brian. "Hahaha, udahlah mas, biasanya yang awalnya suka nolak, justru nanti jadi sayang dan nggak mau pisah," ucap Kanya. "Nggak akan," Brian menjawab dengan yakin. "Akan! Kamu bakal cinta sama aku. Titik!" ucap Kanya, tegas. "Ah!" Brian kesal. Brian meninggalkan Kanya ke ruang tamu, Kanya menyusul dan mereka bertemu kembali di ruang tamu. "Tante, Om, mama, papa, Kanya nggak mau jadi istri mas Brian," ucap Kanya, sambil duduk menyilang kaki dan tersenyum manja. "Brian juga nggak mau," ucap Brian tak mau kalah. Keluarga Brian pun meninggalkan kediaman keluarga, setelah mendengar penolakan perjodohan itu. "Gimana Bri? Kok pada nolak?" ucap ibunya dengan kecewa. "Lagian dia juga

    Last Updated : 2025-04-28
  • MENANTU PILIHAN MAMA   LOH, KOK KENALAN SAMA LELAKI LAIN?

    "Kanya, besok kamu ke kantor dulu, terus bareng mami kita ke perusahaan yang mendapuk kamu jadi BA mereka, oke!" ucap Intan pada Kanya."Oke, mam," sahut Kanya."Ehm, terus nanti ada beberapa tanda tangan kontrak yang harus kamu tanda tanganin, juga nanti ada meeting bareng team mereka, pokoknya kamu bakal sibuk banget besok. Jaga kesehatan kamu, tetep makan makanan sehat, pola makan di jaga, mami minta kamu tetep rajin latian, karena kamu udah tau kan jadwal foto produk pakaian juga udah beberapa yang harus kita kerjain," ucap Intan yang menjabarkan isi kontrak."Oke, mam," sahut Kanya."Inget pesen mami, jangan mengecewakan agency kita, jaga nama baik perusahaan dan nama kamu," ucap Intan, lagi."Iya mam, Kanya sebisa mungkin jalanin apa yang udah seharusnya ada di kontrak kerja," jawab Kanya dengan percaya diri."Bagus, jangan sampai kamu terpengaruh sama hal yang diluar kuasa mami. Kamu tau kan? Beberapa temen kamu, yang hidupnya aneh-aneh itu, akhirnya gimana?" Intan bertanya."

    Last Updated : 2025-04-28
  • MENANTU PILIHAN MAMA   KETIKA CALON SUAMI ISTRI HARUS BERKENALAN LAGI?

    Dari kejauhan, Irvan melempar senyum pada Kanya, senyum itu berbalas. Kanya pun tersenyum saat melihat senyuman itu untuknya."Senyum terus," ucap Brian, pada Irvan."Kayaknya gue jatuh cinta, BRI," sahut Irvan."Wow, siapa yang bisa bikin lu jatuh cinta? Yakin?" Brian terdengar ragu."Kalo ini nggak mau gue lepasin. Jantung gue, detaknya nggak karuan pas ketemu dia. Kita juga tukeran nomor hape tadi. Jodoh gue kayaknya," Irvan percaya diri."Bagus dong, deketin lah," ucap Brian."Pasti Bri, jangan sampe keduluan sama lelaki mana pun. Nggak terima gue kalo ada yang lebih dari gue," ucap Irvan, penuh ambisi."Iya deh, iya. Gue doain lu dapetin tuh cewek, jangan lu lepasin," ucap Brian."Thanks bro. Lu tau lah selera gue, ini cewek selera gue banget, Brian," ucap Irvan."Ngerti gue, emang gimana sih orangnya?" Brian penasaran."Disana tuh, tuh! Dia lagi rame-ramean juga," ucap Irvan sambil melihat ke arah Kanya."Mana?" tanya Brian yang terlihat ingin tahu."Itu Bri, pake baju kaos puti

    Last Updated : 2025-04-28
  • MENANTU PILIHAN MAMA   BRIAN, GUNDAH?

    Bertemu tatapan yang sama, momen-momen singkat itu menjadi arena pertarungan emosi tak terucap di antara mereka. Mata mereka seolah bertaut, mengakui keberadaan satu sama lain meski dari kejauhan. Di sisi lain, Irvan yang berdiri di kejauhan, matanya berbinar menatap Kanya, wanita yang dicintainya dan kini menjadi Brand Ambassador perusahaan tempatnya bekerja. Kebanggaan tergambar jelas di wajahnya. Kanya, dengan sapaan hangatnya, tenggelam dalam obrolan ringan bersama seorang Brand Ambassador lain yang tak kalah memukau. Kecantikannya bukan sekadar paras, tetapi juga kilau di matanya yang bisa menarik perhatian siapa saja, termasuk Brian yang tampil mempesona. Hatinya tahu, kehadiran pria itu terlalu berharga untuk sekedar dilirik dan dilupakan. Brian, dengan semua pesonanya, adalah bagian dari pesona yang tak mungkin ia lewatkan dengan begitu saja.Brian berjuang keras untuk mempertahankan fokusnya, mencoba melawan godaan untuk menoleh ke arah Kanya. Namun, matanya mengkhianati usah

    Last Updated : 2025-04-28

Latest chapter

  • MENANTU PILIHAN MAMA   KISSING IN THE CAR

    "Ada hal penting yang harus kita omongin, Mas," Kanya menegaskan, nada suaranya penuh ketegasan seiring dia menggulung lengan tuniknya lebih tinggi. Ekspresi wajahnya menunjukkan kegawatan yang tidak bisa ditawar lagi. Brian menatapnya balik dengan tatapan yang tidak kalah serius, jantungnya berdegup kencang seolah bisa pecah kapan saja. Dengan gerakan tegas, ia membuka beberapa kancing kemejanya, tanda bahwa tekanan yang dia rasakan mulai tak tertahankan. "Dan aku juga perlu ngomong sesuatu yang sangat penting sama kamu," ujar Brian, suaranya terdengar berat, penuh dengan beban yang seolah telah lama dipendam.Dengan langkah yang begitu cepat, mereka berdua berjalan bersisian ke arah parkiran. Brian kemudian dengan sigap menarik tangan Kanya, membawanya menuju mobilnya yang parkir di ujung. Suasana tegang terasa menggantung di udara seakan tiap langkah mereka bertambah berat.Brian membuka pintu mobil dan dengan sedikit paksa, ia menuntun Kanya agar masuk. Kanya menurut, namun begi

  • MENANTU PILIHAN MAMA   KETEMU LAGI DI RUMAH SAKIT?!

    Kembali bak orang normal, keduanya duduk bersama dengan Irvan dan Sintia dan mencoba menikmati makanan yang tertunda. Tatapan Kanya terfokus pada Brian, Brian menundukkan wajahnya.Entah apa yang di perbincangkan oleh Irvan dan Sintia, keduanya merasa hanya mereka saja yang ada saat ini, yang lain seolah tak kasat mata.Namun, saat terdengar suara Sintia yang memanggil Brian dengan sebutan,"Sayang, nanti kamu temenin aku ya?"DEGBrian mendadak panas dingin, apalagi saat melihat Kanya yang mengepalkan tangan sambil menopang dagu."Iya nanti aku temenin kamu," sahut Brian dengan jantung yang berdebar."Oh... iya sayang... nanti kita habis dari sana, kita bakal pergi ke..." ucap Sintia yang terus menggunakan imbuhan sayang pada tiap kalimat.Terus saja Kanya menghitung jumlah kalimat sayang itu, semakin mau mati rasanya Brianz saat melihat Kanya yang menatapnya dengan tajam, sementara Irvan tengah berbincang ringan, Kanya seolah tak menghiraukan apa yang Irvan celotehkan."Sayang..."

  • MENANTU PILIHAN MAMA   SAMA-SAMA DI DALAM TOILET, EH MALAH TERANCAM OLEH CALON ISTRI.

    Malam itu, atmosfer restoran mewah terasa semakin memukau dengan dekorasi yang berkilauan. Kanya dan Irvan memasuki tempat tersebut, langkah mereka serasi dalam gaun dan setelan yang mereka kenakan. "Kanya, mau duduk di mana?" tanya Irvan dengan nada penuh perhatian. "Ehm... di sana, Mas Irvan. Kayaknya sudut itu keren buat foto," Kanya menunjuk ke sebuah meja di pojok yang terlihat romantis dengan cahaya lilin yang menari-nari. "Oke," sahut Irvan. Seraya tersenyum, dia meraih tangan Kanya. Tiba-tiba, ponselnya berdering."Duh, sorry, Aku anterin kamu duluan kesana," ucap Irvan, sambil memberikan kode agar Kanya menunggu. Meski malam itu sejatinya adalah malam mereka, tetapi panggilan yang tak terduga itu menguji kesabaran Irvan sendiri.Irvan mengantar Kanya pada bangku yang mereka inginkan, Kanya duduk dan meletakkan tas disampingnya. Irvan menerima panggilan telepon dan menjauh dari Kanya."Ya pak, gimana pak?" ucap Irvan pada telepon.Kanya melihat sekeliling, lampu cantik, alunan

  • MENANTU PILIHAN MAMA   BRIAN, GUNDAH?

    Bertemu tatapan yang sama, momen-momen singkat itu menjadi arena pertarungan emosi tak terucap di antara mereka. Mata mereka seolah bertaut, mengakui keberadaan satu sama lain meski dari kejauhan. Di sisi lain, Irvan yang berdiri di kejauhan, matanya berbinar menatap Kanya, wanita yang dicintainya dan kini menjadi Brand Ambassador perusahaan tempatnya bekerja. Kebanggaan tergambar jelas di wajahnya. Kanya, dengan sapaan hangatnya, tenggelam dalam obrolan ringan bersama seorang Brand Ambassador lain yang tak kalah memukau. Kecantikannya bukan sekadar paras, tetapi juga kilau di matanya yang bisa menarik perhatian siapa saja, termasuk Brian yang tampil mempesona. Hatinya tahu, kehadiran pria itu terlalu berharga untuk sekedar dilirik dan dilupakan. Brian, dengan semua pesonanya, adalah bagian dari pesona yang tak mungkin ia lewatkan dengan begitu saja.Brian berjuang keras untuk mempertahankan fokusnya, mencoba melawan godaan untuk menoleh ke arah Kanya. Namun, matanya mengkhianati usah

  • MENANTU PILIHAN MAMA   KETIKA CALON SUAMI ISTRI HARUS BERKENALAN LAGI?

    Dari kejauhan, Irvan melempar senyum pada Kanya, senyum itu berbalas. Kanya pun tersenyum saat melihat senyuman itu untuknya."Senyum terus," ucap Brian, pada Irvan."Kayaknya gue jatuh cinta, BRI," sahut Irvan."Wow, siapa yang bisa bikin lu jatuh cinta? Yakin?" Brian terdengar ragu."Kalo ini nggak mau gue lepasin. Jantung gue, detaknya nggak karuan pas ketemu dia. Kita juga tukeran nomor hape tadi. Jodoh gue kayaknya," Irvan percaya diri."Bagus dong, deketin lah," ucap Brian."Pasti Bri, jangan sampe keduluan sama lelaki mana pun. Nggak terima gue kalo ada yang lebih dari gue," ucap Irvan, penuh ambisi."Iya deh, iya. Gue doain lu dapetin tuh cewek, jangan lu lepasin," ucap Brian."Thanks bro. Lu tau lah selera gue, ini cewek selera gue banget, Brian," ucap Irvan."Ngerti gue, emang gimana sih orangnya?" Brian penasaran."Disana tuh, tuh! Dia lagi rame-ramean juga," ucap Irvan sambil melihat ke arah Kanya."Mana?" tanya Brian yang terlihat ingin tahu."Itu Bri, pake baju kaos puti

  • MENANTU PILIHAN MAMA   LOH, KOK KENALAN SAMA LELAKI LAIN?

    "Kanya, besok kamu ke kantor dulu, terus bareng mami kita ke perusahaan yang mendapuk kamu jadi BA mereka, oke!" ucap Intan pada Kanya."Oke, mam," sahut Kanya."Ehm, terus nanti ada beberapa tanda tangan kontrak yang harus kamu tanda tanganin, juga nanti ada meeting bareng team mereka, pokoknya kamu bakal sibuk banget besok. Jaga kesehatan kamu, tetep makan makanan sehat, pola makan di jaga, mami minta kamu tetep rajin latian, karena kamu udah tau kan jadwal foto produk pakaian juga udah beberapa yang harus kita kerjain," ucap Intan yang menjabarkan isi kontrak."Oke, mam," sahut Kanya."Inget pesen mami, jangan mengecewakan agency kita, jaga nama baik perusahaan dan nama kamu," ucap Intan, lagi."Iya mam, Kanya sebisa mungkin jalanin apa yang udah seharusnya ada di kontrak kerja," jawab Kanya dengan percaya diri."Bagus, jangan sampai kamu terpengaruh sama hal yang diluar kuasa mami. Kamu tau kan? Beberapa temen kamu, yang hidupnya aneh-aneh itu, akhirnya gimana?" Intan bertanya."

  • MENANTU PILIHAN MAMA   CONGRATULATION CALON SUAMI!

    Mereka berdua terlihat akrab, tapi itu dimata kedua orang tua mereka masing-masing. "Liat, mereka cocok," Ucap Ratna pada Indira. "Senengnya, artinya kita bakal besanan dan punya cucu," ucap Indira dengan rona wajah bahagia. Nyatanya? "kamu jangan pernah mikir, aku bakal mau nikah sama kamu!" tegas Brian. "Hahaha, udahlah mas, biasanya yang awalnya suka nolak, justru nanti jadi sayang dan nggak mau pisah," ucap Kanya. "Nggak akan," Brian menjawab dengan yakin. "Akan! Kamu bakal cinta sama aku. Titik!" ucap Kanya, tegas. "Ah!" Brian kesal. Brian meninggalkan Kanya ke ruang tamu, Kanya menyusul dan mereka bertemu kembali di ruang tamu. "Tante, Om, mama, papa, Kanya nggak mau jadi istri mas Brian," ucap Kanya, sambil duduk menyilang kaki dan tersenyum manja. "Brian juga nggak mau," ucap Brian tak mau kalah. Keluarga Brian pun meninggalkan kediaman keluarga, setelah mendengar penolakan perjodohan itu. "Gimana Bri? Kok pada nolak?" ucap ibunya dengan kecewa. "Lagian dia juga

  • MENANTU PILIHAN MAMA   AYO MAJU KALAU MAS, BERANI!

    "Bri, nanti malam anterin mama sama papa ya." Isi pesan itu. "Kemana ma?" Brian membalasnya. "Kerumah temen mama, kita udah lama nggak ketemu, bisa kan?" Ibunya membalas lagi. "Ehm... tumben ma? Biasanya pergi berdua?" Isi balasan pesan dari Brian. "Ih, nurut aja deh, sekali kali ini. Pokoknya mama tunggu nanti jam 8 malam kita pergi, Brian jemput kerumah mama sama papa ya," balasan pesan dari ibunya. "Ya udah, tunggu aja ya ma," Brian membalas pesan itu. "Tumben, biasanya nggak gini?" Brian bergumam sambil menatap layar ponsel yang baru saja menampilkan pesan dari ibu. Brian mengerutkan dahi, mencoba memahami nada pesan itu. Ada sesuatu yang terasa berbeda kali ini. Namun, Brian tidak bisa memastikan apa. Apakah ada yang sedang terjadi di rumah? Atau ibunya hanya mencoba menyampaikan sesuatu yang penting dengan cara yang tak biasa? Kenapa tiba-tiba Brian merasa tidak tenang dan Brian menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir bayangan buruk yang mulai memenuhi kepala. P

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status