MENANTU PILIHAN MAMA

MENANTU PILIHAN MAMA

last updateLast Updated : 2025-05-07
By:  Dara Tresna Anjasmara Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
30views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Model cantik dan seksi bernama Kanya, diam-diam memiliki seorang anak laki-laki dari hasil pemerkosaan terhadap dirinya yang dilakukan lebih dari 3 orang, dimasa lalu yang ia rahasiakan. Demi sang buah hati, Kanya bangkit untuk membalas dendam terhadap apa yang telah terjadi pada hidupnya dengan cara yang terpaksa ia menggunakan seorang Manager di sebuah perusahaan bernama Brian yang juga secara kebetulan telah dijodohkan dengan dirinya oleh kedua orang tua mereka sejak lama. kesempatan ini digunakan Kanya untuk memanfaatkan Brian sebagai senjatanya demi membalas dendamnya terhadap pelaku utama dalam kasus pemerkosaan yang telah ia alami.

View More

Chapter 1

AYO MAJU KALAU MAS, BERANI!

"Bri, nanti malam anterin mama sama papa ya." Isi pesan itu.

"Kemana ma?" Brian membalasnya.

"Kerumah temen mama, kita udah lama nggak ketemu, bisa kan?" Ibunya membalas lagi.

"Ehm... tumben ma? Biasanya pergi berdua?" Isi balasan pesan dari Brian.

"Ih, nurut aja deh, sekali kali ini. Pokoknya mama tunggu nanti jam 8 malam kita pergi, Brian jemput kerumah mama sama papa ya," balasan pesan dari ibunya.

"Ya udah, tunggu aja ya ma," Brian membalas pesan itu.

"Tumben, biasanya nggak gini?" Brian bergumam sambil menatap layar ponsel yang baru saja menampilkan pesan dari ibu. Brian mengerutkan dahi, mencoba memahami nada pesan itu. Ada sesuatu yang terasa berbeda kali ini. Namun, Brian tidak bisa memastikan apa. Apakah ada yang sedang terjadi di rumah? Atau ibunya hanya mencoba menyampaikan sesuatu yang penting dengan cara yang tak biasa? Kenapa tiba-tiba Brian merasa tidak tenang dan Brian menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir bayangan buruk yang mulai memenuhi kepala.

Pukul 6 sore, Brian terjebak macet. Brian kembali mengirim pesan pada ibunya,

"Mama, kayaknya nggak bisa, macet parah nih,*

"Duh... gimana ya? Penting banget loh, Brian..."

"Penting?"

"Iya, penting, kamu harus ada..."

"Emang ada apa sih ma?"

"Gini aja deh. Kamu nyusul ya, mama kasih alamatnya aja, jadi mama sama papa naik taksi sekarang,"

"Ya udah, oke, tunggu aja ya ma, hati-hati, ma."

"Okey!"

Usai membaca pesan dari ibu untuk kesekian kalinya, Brian masih saja terjebak macet. Merasa gerah, ia membuka beberapa kancing pakaiannya

"Ac kayak nggak fungsi kalo lagi macet gini," Ucapnya sambil melihat sekitar.

Sementara itu, ditempat lain.

"Wah... udah lama nggak ketemu, akhirnya, apa kabar Richard?"

Abi Atmaja, baru saja menyapa sahabat lamanya. Richard Wicaksana, ayah dari Brian.

Persahabatan mereka yang telah berlangsung sejak masih usia 8 tahun hingga kini menginjakkan usia 51 tahun.

Sekian lama, mereka bertemu kembali. Berbincang ringan, menikmati makanan ringan dan bercengkrama.

"Jadi, gimana kabar Brian? Ah, dia pasti lupa sama saya nih?" ucap Abi.

"Hahaha... dia udah kerja di perusahaan orang asing. Semoga dia masih inget sama kamu, terakhir kan kita tetanggaan, waktu di Surabaya kan?" ucap Richard.

"Apa dia masih sendiri?" tanya Ratna, istri Abi.

"Kayaknya sih, dia masih sendiri. Soalnya dia nggak pernah bawa pacar atau kenalin kita juga, ya kan pa?" ucap Indira lalu bertanya pada Richard.

"Iya, dia juga udah punya rumah sendiri. Jadi kita jarang kumpul, tapi dia nanti kesini jemput kita." ucap Richard.

"Oh gitu... sama kaya Kanya." ucap Ratna.

"Kanya, mana?" tanya Indira, "janji kita? Gimana? Oke kan?" ucap Indira lagi.

"Oh... jelas, jadi dong, sudah nggak sabar liatnya. Tunggu ya, dia ada kok. Aku panggil bentar ya." ucap Ratna.

Ratna berjalan menuju kamar Kanya, "Kanya ... sibuk nggak? Turun yok."

"Bentar mama..." Sahut Kanya dari dalam kamar.

Segera Kanya mengganti pakaian dan merapikan rambutnya, sedikit memberikan parfum lalu ia membuka pintu kamar.

"Teman mama udah sampe?" tanya Kanya.

"Udah dong, ayo turun, mungkin kamu lupa lupa inget deh sama mereka," ucap ibu Kanya.

"Masa sih?" tanya Kanya, sambil berjalan menggandeng tangan Ratna, menuruni anak tangga.

Tiba di ruang tengah, Kanya menyapa ramah kedua orang tua Brian. Duduk bersama dengan mereka dan terlihat menikmati suasana kekeluargaan.

"Kamu cantik banget sih." ucap ibu Brian, sambil tersenyum dan menggenggam tangan Kanya.

"Masa sih tante? Jadi malu ah, tante sama mama tuh yang paling cantik, " ucap Kanya, membalas pujian.

Kanya Atmaja, anak satu satunya. Cantik, cerdik dan seksi, walau hanya dapat menyelesaikan sekolah hingga SMA, Kanya tak peduli. Sebab, ia lebih memilih karir sebagai model catwalk brand pakaian ternama sejak kelas 2 SMA hingga saat ini.

"Ini Kanya yang buat risol mayonya, tante. Enak nggak?" tanya Kanya pada ibu Brian.

"Enak banget, kamu jago masak ya?" ucap ibu Brian.

"Dia jago buat itu doang, lainnya dia nggak bisa." ucap ibu Kanya.

"Mama ah, mendingan kan tante Indi, dari pada nggak bisa sama sekali." ucap Kanya, sambil menahan tawa, "Saran Kanya, kalau makan risol buatan Kanya, harus siap tisu. Nanti muncrat," ucap Kanya dengan kerling mata genit dan senyuman penuh arti.

Mereka bertiga tertawa di ruang makan, sambil menunggu kehadiran Brian. Tak lama kemudian, Brian pun datang ke kediaman keluarga Kanya.

"Wah, Brian? Inget nggak sama om?" ucap ayah Kanya, menyambut kedatangan Brian.

"Om, apakabar?" ucap Brian dengan ramah dan memeluk ayah Kanya.

Duduk bersama, berbincang, hingga akhirnya semua menjadi kacau bagi Brian.

"Nikah?" tanya Brian, dengan wajah bingung.

"Iya. Kita udah jodohin kalian dari belum ada sampe saat ini dan ya ini saatnya kalian berdua ketemu." ucap ibu Brian.

"Iya, tante sama om juga sepakat, buat jadiin kamu menantu kita. Dari dulu banget." ucap ibu Kanya.

Abi dan Richard mengiyakan. Sementara Brian, "ta ... tapi, Brian nggak kenal sama anak om, tante, terus ... dia mungkin udah ada pacar, Brian juga udah ada," ucap Brian memberikan penjelasan.

Mereka saling pandang, kemudian Ratna memutuskan untuk meminta Kanya kembali ke lantai dasar dan duduk bersama. Datanglah Kanya, dengan segala pesonanya. Duduk berseberangan dengan Brian.

Brian semakin terlihat bingung dan sedikit gugup. Sementara Kanya hanya menunduk saja tanpa melihat Brian.

"Kalian belum kenalan kan?" ucap ibu Kanya.

Keduanya mengangguk tak bersuara. Richard meminta Brian untuk mengajak Kanya duduk di tempat lain, agar dapat saling mengenal. Maklum saja, mereka berdua tak pernah bertemu. Apalagi terpaut usia antara Brian dan Kanya, 6 tahun.

Melangkah ragu, Brian lebih dulu berjalan menuju kursi taman, Kanya pun menyusul dengan membawa makanan dan minuman.

"Aku nggak kenal sama kamu," ucap Brian, sambil berdiri, melihat langit malam dan mengantungi kedua tangannya, pada saku celana.

"Aku juga nggak kenal sama mas. Soalnya jelek," ucap Kanya, saat ia duduk di kursi taman dan menyilang kakinya, tanpa melihat wajah Brian.

"Hah? Apaan tadi? Jelek?" ucap Brian, sambil menoleh pada Kanya dengan nada protes.

Kanya menatap Brian dan Brian pun membalas tatapannya. Keduanya saling pandang untuk pertama kalinya.

"Owh! Nggak mas. Nggak jelek sih, cakep, maaf, minum mas? Makan mungkin? Duduk mas atau kita pangkuan?" ucap Kanya yang mendadak genit sambil menahan tawa.

Sementara Brian, masih memandangi wajah cantik dan tubuh yang seksi itu yang sedang menggodanya.

"Apaan nih?" ucap Brian, dalam hatinya saat melihat Kanya.

"Gede banget pasti punya dia, dia aja gede banget badannya, tinggi lagi, aduh..." ucap Kanya, saat melihat Brian, atas hingga bawah.

"Apaan liat-liat?" ucap keduanya, bersamaan.

"Ih, mas yang liatin aku, kok." ucap Kanya, sambil melipat kedua tangannya.

"Kamu yang liatin aku duluan." ucap Brian, dengan tangan yang masih ia masukan dalam saku celana.

"Ih... enak aja, langit pun tau, kalo situ yang liatin aku duluan! Dasar mesum!" Ucap Kanya pada Brian.

"Sembarangan kamu bilang aku mesum?" Brian protes.

"Emang! Ih kamu pikir aku mau nikah sama cowok kayak gini? Hah?" Kanya membela diri.

"Hah apa? Kamu pikir aku mau nikah sama cewek kayak kamu?" Brian menjual mahal.

"Jelas lah, kamu tadi liatin aku kok? Atas bawah depan samping kiri kanan aku? kamu liatin! Suka kamu sama aku kan?" ucap Kanya sambil sedikit menyibak rambutnya dan sedikit menggigit bibirnya.

"Sok cantik." Brian bereaksi.

"Emang aku cantik kok! Kamu sok cakep!" Kanya tak mau kalah.

"Emang aku cakep, dih? Kenapa juga," Brian terlihat lebih tak mau kalah.

"Kamu nggak punya kuku kayak aku!" ucap Kanya samni memperlihatkan kuku cantiknya.

"Astaga! Ngapain aku pake kuku gituan?" Brian terlihat menggeleng heran.

"Kamu juga nggak punya cewek kayak aku. Aku yakin cewek kamu tuh orangnya kaku! Kayak kamu tuh!" ucap Kanya sambil menantang.

"Hahaha, sok tau," Brian tertawa remeh.

"Iyalah! Bener kan?" Kanya merasa benar.

Brian tak menjawab dan benar apa yang Kanya ucapkan tentang kekasihnya yang kaku itu.

"Diem kan? Kalah deh sama aku. Awas ya, sampe kamu cinta ke aku?!" Kanya hendak melontarkan ancaman.

"Apa? Apa coba?" tanya Brian sambil melihat wajah Kanya dan berjalan mendekat.

"Tuh kan? Deketin aku kan? Suka kan? Sange kan kamu kan?" ucap Kanya sambil tersenyum genit dan perlahan mundur.

"Ampun deh! Dah ah, males. Buang waktu. Aku nggak akan nikah sama kamu," Brian bersumpah.

"Ya udah sana, pulang kerumah kamu, awas kesini lagi sampe bawa gono gini! Awas aja!" ucap Kanya sambil kemudian menghentak kaki dan berbalik arah meninggalkan Brian di taman.

"Ih, sumpah. Kalau bukan perempuan, udah?" ucap Brian yang menahan amarahnya.

"Apa? Apa kalo aku bukan perempuan? Mau apa ke aku? Maju sini lo kalau berani!" Tantang Kanya.

"Kamu pikir aku takut?" ucap Brian yang datang mendekati Kanya.

"Kamu pikir aku berani?" sahut Kanya yang tiba-tiba mundur perlahan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
AYO MAJU KALAU MAS, BERANI!
"Bri, nanti malam anterin mama sama papa ya." Isi pesan itu. "Kemana ma?" Brian membalasnya. "Kerumah temen mama, kita udah lama nggak ketemu, bisa kan?" Ibunya membalas lagi. "Ehm... tumben ma? Biasanya pergi berdua?" Isi balasan pesan dari Brian. "Ih, nurut aja deh, sekali kali ini. Pokoknya mama tunggu nanti jam 8 malam kita pergi, Brian jemput kerumah mama sama papa ya," balasan pesan dari ibunya. "Ya udah, tunggu aja ya ma," Brian membalas pesan itu. "Tumben, biasanya nggak gini?" Brian bergumam sambil menatap layar ponsel yang baru saja menampilkan pesan dari ibu. Brian mengerutkan dahi, mencoba memahami nada pesan itu. Ada sesuatu yang terasa berbeda kali ini. Namun, Brian tidak bisa memastikan apa. Apakah ada yang sedang terjadi di rumah? Atau ibunya hanya mencoba menyampaikan sesuatu yang penting dengan cara yang tak biasa? Kenapa tiba-tiba Brian merasa tidak tenang dan Brian menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir bayangan buruk yang mulai memenuhi kepala. P
last updateLast Updated : 2025-04-27
Read more
CONGRATULATION CALON SUAMI!
Mereka berdua terlihat akrab, tapi itu dimata kedua orang tua mereka masing-masing. "Liat, mereka cocok," Ucap Ratna pada Indira. "Senengnya, artinya kita bakal besanan dan punya cucu," ucap Indira dengan rona wajah bahagia. Nyatanya? "kamu jangan pernah mikir, aku bakal mau nikah sama kamu!" tegas Brian. "Hahaha, udahlah mas, biasanya yang awalnya suka nolak, justru nanti jadi sayang dan nggak mau pisah," ucap Kanya. "Nggak akan," Brian menjawab dengan yakin. "Akan! Kamu bakal cinta sama aku. Titik!" ucap Kanya, tegas. "Ah!" Brian kesal. Brian meninggalkan Kanya ke ruang tamu, Kanya menyusul dan mereka bertemu kembali di ruang tamu. "Tante, Om, mama, papa, Kanya nggak mau jadi istri mas Brian," ucap Kanya, sambil duduk menyilang kaki dan tersenyum manja. "Brian juga nggak mau," ucap Brian tak mau kalah. Keluarga Brian pun meninggalkan kediaman keluarga, setelah mendengar penolakan perjodohan itu. "Gimana Bri? Kok pada nolak?" ucap ibunya dengan kecewa. "Lagian dia juga
last updateLast Updated : 2025-04-28
Read more
LOH, KOK KENALAN SAMA LELAKI LAIN?
"Kanya, besok kamu ke kantor dulu, terus bareng mami kita ke perusahaan yang mendapuk kamu jadi BA mereka, oke!" ucap Intan pada Kanya."Oke, mam," sahut Kanya."Ehm, terus nanti ada beberapa tanda tangan kontrak yang harus kamu tanda tanganin, juga nanti ada meeting bareng team mereka, pokoknya kamu bakal sibuk banget besok. Jaga kesehatan kamu, tetep makan makanan sehat, pola makan di jaga, mami minta kamu tetep rajin latian, karena kamu udah tau kan jadwal foto produk pakaian juga udah beberapa yang harus kita kerjain," ucap Intan yang menjabarkan isi kontrak."Oke, mam," sahut Kanya."Inget pesen mami, jangan mengecewakan agency kita, jaga nama baik perusahaan dan nama kamu," ucap Intan, lagi."Iya mam, Kanya sebisa mungkin jalanin apa yang udah seharusnya ada di kontrak kerja," jawab Kanya dengan percaya diri."Bagus, jangan sampai kamu terpengaruh sama hal yang diluar kuasa mami. Kamu tau kan? Beberapa temen kamu, yang hidupnya aneh-aneh itu, akhirnya gimana?" Intan bertanya."
last updateLast Updated : 2025-04-28
Read more
KETIKA CALON SUAMI ISTRI HARUS BERKENALAN LAGI?
Dari kejauhan, Irvan melempar senyum pada Kanya, senyum itu berbalas. Kanya pun tersenyum saat melihat senyuman itu untuknya."Senyum terus," ucap Brian, pada Irvan."Kayaknya gue jatuh cinta, BRI," sahut Irvan."Wow, siapa yang bisa bikin lu jatuh cinta? Yakin?" Brian terdengar ragu."Kalo ini nggak mau gue lepasin. Jantung gue, detaknya nggak karuan pas ketemu dia. Kita juga tukeran nomor hape tadi. Jodoh gue kayaknya," Irvan percaya diri."Bagus dong, deketin lah," ucap Brian."Pasti Bri, jangan sampe keduluan sama lelaki mana pun. Nggak terima gue kalo ada yang lebih dari gue," ucap Irvan, penuh ambisi."Iya deh, iya. Gue doain lu dapetin tuh cewek, jangan lu lepasin," ucap Brian."Thanks bro. Lu tau lah selera gue, ini cewek selera gue banget, Brian," ucap Irvan."Ngerti gue, emang gimana sih orangnya?" Brian penasaran."Disana tuh, tuh! Dia lagi rame-ramean juga," ucap Irvan sambil melihat ke arah Kanya."Mana?" tanya Brian yang terlihat ingin tahu."Itu Bri, pake baju kaos puti
last updateLast Updated : 2025-04-28
Read more
BRIAN, GUNDAH?
Bertemu tatapan yang sama, momen-momen singkat itu menjadi arena pertarungan emosi tak terucap di antara mereka. Mata mereka seolah bertaut, mengakui keberadaan satu sama lain meski dari kejauhan. Di sisi lain, Irvan yang berdiri di kejauhan, matanya berbinar menatap Kanya, wanita yang dicintainya dan kini menjadi Brand Ambassador perusahaan tempatnya bekerja. Kebanggaan tergambar jelas di wajahnya. Kanya, dengan sapaan hangatnya, tenggelam dalam obrolan ringan bersama seorang Brand Ambassador lain yang tak kalah memukau. Kecantikannya bukan sekadar paras, tetapi juga kilau di matanya yang bisa menarik perhatian siapa saja, termasuk Brian yang tampil mempesona. Hatinya tahu, kehadiran pria itu terlalu berharga untuk sekedar dilirik dan dilupakan. Brian, dengan semua pesonanya, adalah bagian dari pesona yang tak mungkin ia lewatkan dengan begitu saja.Brian berjuang keras untuk mempertahankan fokusnya, mencoba melawan godaan untuk menoleh ke arah Kanya. Namun, matanya mengkhianati usah
last updateLast Updated : 2025-04-28
Read more
SAMA-SAMA DI DALAM TOILET, EH MALAH TERANCAM OLEH CALON ISTRI.
Malam itu, atmosfer restoran mewah terasa semakin memukau dengan dekorasi yang berkilauan. Kanya dan Irvan memasuki tempat tersebut, langkah mereka serasi dalam gaun dan setelan yang mereka kenakan. "Kanya, mau duduk di mana?" tanya Irvan dengan nada penuh perhatian. "Ehm... di sana, Mas Irvan. Kayaknya sudut itu keren buat foto," Kanya menunjuk ke sebuah meja di pojok yang terlihat romantis dengan cahaya lilin yang menari-nari. "Oke," sahut Irvan. Seraya tersenyum, dia meraih tangan Kanya. Tiba-tiba, ponselnya berdering."Duh, sorry, Aku anterin kamu duluan kesana," ucap Irvan, sambil memberikan kode agar Kanya menunggu. Meski malam itu sejatinya adalah malam mereka, tetapi panggilan yang tak terduga itu menguji kesabaran Irvan sendiri.Irvan mengantar Kanya pada bangku yang mereka inginkan, Kanya duduk dan meletakkan tas disampingnya. Irvan menerima panggilan telepon dan menjauh dari Kanya."Ya pak, gimana pak?" ucap Irvan pada telepon.Kanya melihat sekeliling, lampu cantik, alunan
last updateLast Updated : 2025-05-06
Read more
KETEMU LAGI DI RUMAH SAKIT?!
Kembali bak orang normal, keduanya duduk bersama dengan Irvan dan Sintia dan mencoba menikmati makanan yang tertunda. Tatapan Kanya terfokus pada Brian, Brian menundukkan wajahnya.Entah apa yang di perbincangkan oleh Irvan dan Sintia, keduanya merasa hanya mereka saja yang ada saat ini, yang lain seolah tak kasat mata.Namun, saat terdengar suara Sintia yang memanggil Brian dengan sebutan,"Sayang, nanti kamu temenin aku ya?"DEGBrian mendadak panas dingin, apalagi saat melihat Kanya yang mengepalkan tangan sambil menopang dagu."Iya nanti aku temenin kamu," sahut Brian dengan jantung yang berdebar."Oh... iya sayang... nanti kita habis dari sana, kita bakal pergi ke..." ucap Sintia yang terus menggunakan imbuhan sayang pada tiap kalimat.Terus saja Kanya menghitung jumlah kalimat sayang itu, semakin mau mati rasanya Brianz saat melihat Kanya yang menatapnya dengan tajam, sementara Irvan tengah berbincang ringan, Kanya seolah tak menghiraukan apa yang Irvan celotehkan."Sayang..."
last updateLast Updated : 2025-05-06
Read more
KISSING IN THE CAR
"Ada hal penting yang harus kita omongin, Mas," Kanya menegaskan, nada suaranya penuh ketegasan seiring dia menggulung lengan tuniknya lebih tinggi. Ekspresi wajahnya menunjukkan kegawatan yang tidak bisa ditawar lagi. Brian menatapnya balik dengan tatapan yang tidak kalah serius, jantungnya berdegup kencang seolah bisa pecah kapan saja. Dengan gerakan tegas, ia membuka beberapa kancing kemejanya, tanda bahwa tekanan yang dia rasakan mulai tak tertahankan. "Dan aku juga perlu ngomong sesuatu yang sangat penting sama kamu," ujar Brian, suaranya terdengar berat, penuh dengan beban yang seolah telah lama dipendam.Dengan langkah yang begitu cepat, mereka berdua berjalan bersisian ke arah parkiran. Brian kemudian dengan sigap menarik tangan Kanya, membawanya menuju mobilnya yang parkir di ujung. Suasana tegang terasa menggantung di udara seakan tiap langkah mereka bertambah berat.Brian membuka pintu mobil dan dengan sedikit paksa, ia menuntun Kanya agar masuk. Kanya menurut, namun begi
last updateLast Updated : 2025-05-07
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status